SURAU.CO – Sejarah Islam mencatat banyak sosok agung yang menginspirasi umat. Di antara para sahabat Nabi Muhammad ﷺ, Sa’ad bin Abi Waqqas muncul sebagai tokoh yang sangat istimewa. Beliau merupakan salah satu dari sepuluh sahabat yang Nabi ﷺ jamin masuk surga. Keberaniannya luar biasa, dan ketangkasannya dalam memanah tak tertandingi. Kisah hidupnya mengajarkan banyak hal berharga, meliputi iman yang kokoh, keberanian, dan doa yang mustajab. Artikel ini akan membahas perjalanan hidup beliau dengan detail.
Mengenal Sang Khal Rasulillah: Sosok dan Keislaman Awal
Sa’ad bin Abi Waqqas memiliki nama lengkap Sa’ad bin Malik bin Wuhaib bin Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Beliau berasal dari Bani Zuhrah, salah satu kabilah terkemuka suku Quraisy. Sa’ad juga memiliki hubungan kekerabatan yang unik dengan Nabi Muhammad ﷺ. Beliau adalah paman Nabi ﷺ dari jalur ibu, sehingga beliau menyandang gelar “Khal Rasulillah” (Paman Rasulullah dari pihak ibu).
Sa’ad memeluk Islam pada masa awal dakwah Nabi ﷺ. Beliau menjadi salah satu dari delapan orang pertama yang masuk Islam. Ia menerima Islam ketika masih sangat muda, usianya baru sekitar tujuh belas tahun. Keislamannya menunjukkan keyakinan yang kuat, sebab ia tidak gentar menghadapi penindasan Quraisy. Ini membuktikan iman beliau yang mendalam.
Anak Panah Pertama di Jalan Allah: Awal Perjuangan yang Berani
Sejarah Islam mencatat sebuah momen penting: Sa’ad bin Abi Waqqas melesatkan panah pertama di jalan Allah.
Peristiwa ini terjadi sebelum perang besar. Saat itu, ia bersama beberapa sahabat lain bersembunyi untuk shalat. Kaum musyrikin Quraisy menemukan mereka, lalu menghina dan mencaci maki agama Islam. Pertengkaran pun terjadi. Sa’ad bin Abi Waqqas merasa geram. Ia segera mengambil busur panahnya dan melesatkan anak panah itu. Panah itu mengenai salah satu musyrikin. Ini menjadi panah pertama yang seorang muslim terlontarkan demi membela Islam. Tindakan ini jelas menunjukkan keberanian Sa’ad.
Nabi Muhammad ﷺ sangat menghargai Sa’ad bin Abi Waqqas. Beliau sering memuji keahlian memanahnya dan juga keberaniannya.
Nabi ﷺ seringkali meminta Sa’ad memanah. “Panahlah! Demi ayah dan ibuku sebagai tebusanmu,” sabda Nabi ﷺ. Ini merupakan pujian tertinggi yang hanya Nabi ﷺ berikan kepada Sa’ad. Keahlian memanahnya sangat akurat, dan ia jarang sekali meleset. Ketangkasan ini menjadikannya prajurit tangguh, salah satu ahli panah terbaik di seluruh jazirah Arab. Dengan demikian, ia menggunakan keahliannya di jalan Allah.
Peran di Medan Jihad: Dari Badar hingga Uhud, Pelindung Sejati Nabi
Sa’ad bin Abi Waqqas aktif di medan jihad dan ikut serta dalam banyak pertempuran. Perannya terbukti sangat krusial.
Pada Perang Badar, ia bertarung gagah berani. Ia menunjukkan keberanian luar biasa, dan kaum muslimin memenangkan perang itu. Kemudian, di Perang Uhud, ia memainkan peran penting dalam pertempuran yang sangat sulit. Kaum muslimin sempat terdesak, dan banyak sahabat lari dari medan perang. Namun, Sa’ad bin Abi Waqqas tetap bertahan. Ia melindungi Nabi ﷺ dengan panahnya, sementara Nabi ﷺ terus menyemangatinya: “Panahlah, Sa’ad! Demi ayah dan ibuku!” Ini membuktikan kesetiaannya, sebab ia rela berkorban demi Nabi ﷺ.
Sa’ad bin Abi Waqqas memiliki keistimewaan lain: doanya selalu Allah kabulkan. Ini merupakan anugerah besar dari Allah.
Nabi Muhammad ﷺ pernah berdoa untuknya, “Ya Allah, kabulkanlah doanya jika ia berdoa kepada-Mu.” Doa Nabi ﷺ ini menjadi kenyataan. Doanya selalu terkabul. Misalnya, suatu ketika ia berdoa agar seorang gubernur zalim celaka. Gubernur itu telah berbuat buruk. Doanya pun terkabul, dan gubernur itu akhirnya celaka. Ini menunjukkan betapa kuatnya doanya, dan juga membuktikan kemuliaan beliau.
Pembuka Negeri Persia: Memimpin Penaklukan Al-Qadisiyah
Sa’ad bin Abi Waqqas memimpin pasukan besar dalam penaklukan Persia. Ini merupakan salah satu peristiwa terbesar di masa Khalifah Umar bin Khattab.
Beliau memimpin Perang Al-Qadisiyah, sebuah pertempuran yang sangat menentukan. Sa’ad saat itu sedang sakit parah, menderita penyakit serius. Ia memimpin pasukan dari belakang, memberikan instruksi dari atas bukit. Meskipun sakit, semangatnya tidak padam. Allah memberikan kemenangan, dan kaum muslimin berhasil menaklukkan Persia. Ini adalah pencapaian luar biasa yang menunjukkan kepemimpinannya.
Perjalanan panjang Sa’ad bin Abi Waqqas berakhir. Beliau wafat di Al-Aqiq, sebuah daerah dekat Madinah, pada tahun 55 Hijriah. Jenazahnya dibawa ke Madinah dan dimakamkan di sana. Sa’ad adalah sahabat Muhajirin terakhir yang wafat, menunjukkan panjang umurnya. Kehidupannya penuh berkah, meninggalkan warisan besar berupa keimanan dan kepahlawanan.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
