SURAU.CO. Sebuah misi kemanusiaan berakhir dengan ketegangan di perairan laut. Kapal bantuan Madleen yang berlayar ke Jalur Gaza, Palestina, dihentikan secara paksa. Pasukan militer Israel mencegat kapal tersebut pada hari Minggu. Mereka kemudian menangkap seluruh relawan di dalamnya. Kabar ini dikonfirmasi langsung oleh Koalisi Freedom Flotilla, penyelenggara misi.
Organisasi internasional tersebut segera mengirimkan pesan darurat. Mereka menyampaikannya melalui aplikasi Telegram untuk mengabarkan situasi kritis yang terjadi. “SOS! Para relawan di kapal ‘Madleen’ telah diculik pasukan Israel,” tulis Koalisi Freedom Flotilla dalam pernyataannya. Insiden ini terjadi saat kapal masih berada di wilayah perairan internasional. Tindakan tersebut memicu kekhawatiran besar dari berbagai pihak. Salah satunya datang dari Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB).
Pelapor Khusus PBB, Francesca Albanese, memiliki kontak langsung dengan nakhoda. Ia sedang berkomunikasi saat kejadian pencegatan berlangsung. Albanese memastikan tidak ada relawan yang terluka saat kontak pertama terjadi. Namun, suasana berubah dengan cepat.
“Sang nakhoda meminta saya merekam,” ujar Albanese. Ia mengaku mendengar suara tentara Israel di latar belakang panggilan telepon tersebut. Tak lama kemudian, komunikasi mereka terputus secara tiba-tiba.
Panggilan itu berakhir dengan informasi genting dari sang nakhoda. “Koneksi saya dengan nakhoda terputus saat ia memberitahu saya bahwa ada kapal lain yang mendekat,” tambah Pelapor Khusus PBB itu. Kesaksian ini memperkuat dugaan bahwa militer Israel telah mengepung Madleen. Koalisi Freedom Flotilla juga mengonfirmasi hilangnya komunikasi. Mereka menyatakan tentara laut militer Israel telah menaiki kapal Madleen. Sebuah siaran langsung dari kapal sempat menunjukkan momen menegangkan. Kapal-kapal Israel terlihat mengepung Madleen dari berbagai sisi. Dalam rekaman itu, tentara Israel memerintahkan para aktivis untuk mengangkat tangan mereka.
Pihak otoritas luar negeri Israel memberikan dalih atas tindakan tersebut. Mereka menyatakan angkatan lautnya memerintahkan Madleen untuk mengalihkan jalur. Alasannya, kapal itu dianggap mendekati “kawasan terlarang” versi mereka.
Misi Mulia untuk Terobos Blokade
Koalisi Freedom Flotilla meluncurkan misi ini dengan tujuan yang jelas. Mereka berupaya menerobos blokade ilegal Israel terhadap Jalur Gaza. Kapal layar Madleen yang memiliki panjang 18 meter menjadi simbol harapan. Kapal ini membawa bantuan kemanusiaan bagi warga Palestina yang saat ini memang sanga.
Menurut pihak penyelenggara, muatan kapal sangat penting. Bantuan tersebut mencakup susu formula bayi, tepung, dan beras. Selain itu, kapal juga membawa popok, perangkat pemurni air, serta pasokan medis darurat. Obat-obatan, alat bantu jalan (kruk), dan alat prostetik untuk anak-anak termasuk dalam kargo kemanusiaan tersebut.
Perjalanan Madleen dimulai dari Pelabuhan San Giovanni Li Cuti di Catania, Italia. Kapal ini bertolak dari Pulau Sisilia pada 1 Juni lalu. Perjalanannya melintasi Mediterania adalah bagian dari upaya global untuk menarik perhatian dunia terhadap krisis di Gaza.
Nama-Nama Aktivis Internasional
Sebanyak 12 orang berada di atas kapal selama pelayaran. Tim ini terdiri dari 11 aktivis internasional dan seorang jurnalis. Kehadiran mereka menunjukkan solidaritas global untuk Palestina. Beberapa nama besar juga serta dalam misi kemanusiaan ini.
Di antara mereka adalah aktivis iklim ternama asal Swedia, Greta Thunberg. Ada pula anggota Parlemen Eropa keturunan Prancis-Palestina, Rima Hassan. Jurnalis Al-Jazeera Mubasher dari Prancis, Omar Faiad, juga ikut mendokumentasikan perjalanan.
Sekedar informasi para aktivisme tersebut berasal dari berbagai negara. Mereka adalah Yasemin Acar (Jerman), Baptiste Andre (Prancis), Pascal Maurieras (Prancis), dan Yanis Mhamdi (Prancis). Selain itu, ada pula Reva Viard (Prancis), Thiago Avila (Brasil), Suayb Ordu (Turki). Kemudian ada Sergio Toribio (Spanyol), dan Marco van Rennes (Belanda). Penangkapan mereka kini menjadi sorotan dunia internasional. Hingga saat ini nasib nasib para relawan dan bantuan yang mereka bawa belum ada beritanya.