Ibadah
Beranda » Berita » Keistimewaan Bulan Dzulqa’dah dalam Islam

Keistimewaan Bulan Dzulqa’dah dalam Islam

Bulan Dzulqa'dah adalah bulan mempunyai keutamaan dalam Islam
DAFTAR ISI+

    SURAU.CO. Bulan Dzulqa’dah dalam Islam merupakan salah satu bulan penting dalam kalender hijriyah. Menurut Wakil Ketua Komisi Dakwah MUI, Habib Nabiel Almusawa bulan Dzulqa’dah adalah momen persiapan spiritual menyambut keutamaan kedatangan bulan Dzulhijah atau bulan haji.

    Menurutnya, dalam Dzulqa’dah agar memperbanyak amal saleh dan menjauhi perbuatan maksiat sebagai bentuk persiapan menuju sepuluh hari pertama Dzulhijah. “Begitu juga dengan haji. Hajinya di Dzulhijah, maka dari Dzulqadah kita sudah mulai mempersiapkan diri. Bagi yang berangkat haji, Dzulqa’dah adalah titik awal menuju ibadah haji. Bagi yang tidak berhaji, sepuluh hari pertama Dzulhijah adalah waktu terbaik untuk meningkatkan amal. Tidak ada bandingannya di bulan lain,” ungkapnya.

    Oleh karena itu, Habib Nabil mengajak umat Islam untuk memperbanyak ibadah sejak awal Dzulqa’dah agar bisa mencapai puncak spiritual saat memasuki Dzulhijah. “Perbanyak amal saleh, tinggalkan maksiat, dan benahi diri agar saat memasuki satu hingga sepuluh Dzulhijah kita berada dalam kondisi terbaik secara rohani,” pungkasnya.

    bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia bisa berarti menjadi bulan duduk-duduk. Sekilas penamaan aneh namun penamaannya memiliki alasan yang cukup dalam. Menurut al-Biruni dalam karyanya “al-Atsar al-Baqiyah ‘anil Qurun al-Khaliyah”, penamaan tersebut berdasar pada tradisi orang Arab, lebih banyak berdiam diri di rumah pada bulain tersebut. Selain itu, di bulan Dzulqadah orang Arab lebih memilih “duduk” menahan diri dari peperangan. (al-Atsar al-Baqiyah, 69, 416)

    Sementara itu Ibnu Mandzur, salah satu ulama ahli bahasa Arab berpendapat penamaan Dzulqa’dah karena orang Arab pada bulan ini memilih duduk-duduk bersantai di rumah tidak melakukan peperangan dan mencari kehidupan atau perlindungan. (Lisanul Arab, 3/357)

    Sejarah Nabi Muhammad saw.: Risalah, Peristiwa Penting, & Teladan Abadi

    Keutamaannya

    Dalam Islam bulan Dzulqa’dah adalah salah satu bulan utama. Berikut penjelasannya :

    Pertama, Dzulqa’dah adalah permulaan dari empat bulan yang dimuliakan (al-Asyhur al-Hurum). Empat bulan haram atau empat bulan yang mulia itu adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Orang Arab menyebut bulan Dzulqa’dah karena pada masa lalu orang-orang Arab pada masa lalu pantang melakukan peperangan atay qu’uud ‘anil qitaal. dalamnya. Allah SWT berfirman :

    “Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah adalah dua belas bulan, sebagaimana dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan yang diagungkan (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab)” (QS at-Taubah: 36).

    Kedua , Dzulqa’dah adalah satu di antara tiga bulan haji, yaitu Syawal, Dzulqa’dah dan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Tidak sah ihram untuk haji pada selain waktu tersebut. Allah SWT berfirman :
    “Musim haji itu pada bulan-bulan yang telah dimaklumi (ditentukan)” (QS al-Baqarah: 197).

    Ketiga , Rasulullah SAW tidak pernah menunaikan umroh kecuali pada bulan Dzulqa’dah. Sahabat Anas bin Malik RA meriwayatkan:

    Polemik Dam Tamattu, MUI Tegaskan Penolakan Penyembelihan di Dalam Negeri

    “Rasulullah SAW berumrah sebanyak empat kali. Semuanya pada bulan Dzulqa’dah kecuali umrah yang dilaksanakan bersama haji beliau, yaitu satu umrah dari Hudaibiyah. Satu umrah pada tahun berikutnya. Satu umrah dari Ji’ranah ketika membagikan rampasan perang Hunain dan satu lagi umrah bersama haji.” (HR al-Bukhari).

    Keempat, Dzulqa’dah adalah 30 malam yang disebutkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya “Dan Kami telah berjanji kepada Musa untuk memberikan kepadanya kitab Taurat setelah berlalu tiga puluh malam (bulan Dzulqa’dah), dan Kami menyempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh malam lagi (sepuluh malam pertama bulan Dzulhijjah), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya menjadi empat puluh malam. Dan Musa berkata kepada saudaranya, yaitu Harun, “Gantikanlah aku dalam kaumku, dan cepatlah kamu dan kaummu, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang kerusakan”.(al-A’raf: 142).


    Eksplorasi konten lain dari Surau.co

    Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

    × Advertisement
    × Advertisement

    Eksplorasi konten lain dari Surau.co

    Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

    Lanjutkan membaca