Ibadah
Beranda » Berita » “Samina wa atho’na”

“Samina wa atho’na”

samina wa atho’na
samina wa atho’na

“Samina wa atho’na” (سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا) adalah ungkapan bahasa Arab yang berarti “kami mendengar dan kami taat”. Untuk menunjukkan ketaatan dan kepatuhan kepada Allah dan Rasul-Nya, ungkapan  “samina wa atho’na” sering digunakan.

Secara lebih rinci, ungkapan ini memiliki makna :

  • Samina (سَمِعْنَا) : Berarti “kami mendengar”. Tidak hanya berarti mendengar secara fisik, tetapi juga mendengar dengan penuh perhatian dan pemahaman.
  • Wa (وَ) : Berarti “dan”.
  • Atho’na (أَطَعْنَا) : Berarti “kami taat”. Mmenunjukkan kesediaan untuk melaksanakan apa yang telah didengar.

Secara keseluruhan, “sami’na wa atho’na” menegaskan bahwa seorang Muslim telah mendengar perintah Allah dan Rasul-Nya dan bersedia untuk patuh dan mentaatinya. Dalam shalat, ceramah agama, atau ketika seorang Muslim menghadapi perintah atau ajaran agama; ungkapan ini sering digunakan. “Sami’na wa atho’na” menjadi komitmen untuk melaksanakan ajaran agama dalam setiap aspek kehidupan.

Penerapan prinsip “samina wa atho’na” dalam kehidupan sehari-hari bisa terlihat dalam berbagai bentuk, yakni :

Pertama ketaatan pada perintah agama : Melaksanakan shalat lima waktu, puasa, zakat, dan ibadah lainnya sesuai dengan tuntunan agama.

Jangan Merugi Sia-Siakan Waktu Sholat

Kedua menghindari larangan agama : Menjauhi perbuatan dosa seperti mencuri, berbohong, berjudi, dan perbuatan maksiat lainnya.

Ketiga menerima nasihat dan petuah : Terbuka terhadap saran dan bimbingan dari orang tua, guru, ulama, atau tokoh agama yang lebih berpengalaman.

Keempat berusaha memperbaiki diri : Berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik dengan terus belajar dan memperbaiki diri dari kesalahan yang pernah dilakukan.

Kelima mengutamakan kepentingan agama : Mengambil keputusan dengan mempertimbangkan nilai-nilai agama dan tidak hanya berdasarkan kepentingan pribadi.

“Samina wa athona” : Dalam Konteks Pendidikan

Dalam konteks pendidikan, “sami’na wa atho’na” (kami mendengar dan kami taat) berarti ketaatan dan kepatuhan terhadap guru atau sistem pendidikan. Ini mencerminkan sikap murid yang bersedia mendengarkan dan melaksanakan perintah serta aturan yang diberikan, baik dalam pembelajaran maupun dalam tata tertib sekolah.

Bahaya Riya Penyakit Hati yang Merusak Amal

Dalam proses belajar mengajar murid harus mendengarkan dan mengikuti arahan guru. Sikap “sami’na wa atho’na” juga mencakup kepatuhan pada peraturan sekolah, seperti tata tertib, jadwal, dan lain-lain. Meskipun menekankan ketaatan, prinsip ini juga mendorong murid untuk belajar secara aktif dan memahami materi yang diajarkan, tidak hanya sekadar menerima informasi secara pasif. Sikap “sami’na wa atho’na” dapat membentuk karakter disiplin, bertanggung jawab, dan menghargai otoritas, yang penting dalam lingkungan pendidikan dan kehidupan bermasyarakat.

“Samina wa athona” : Dalam Konteks Kehidupan Modern

Dalam konteks kehidupan modern pola perilaku sehari-hari yang dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dan tren terkini. “Sami’na wa atho’na” tetap relevan sebagai dasar ketaatan terhadap perintah Allah SWT dan ajaran agama Islam. Menekankan pentingnya kepatuhan dan loyalitas seorang Muslim terhadap Rabb-nya, bukan hanya dalam ibadah ritual, tetapi juga dalam seluruh aspek kehidupan.

Perbuatan dosa dan maksiat yang dilarang oleh agama akan dijauhi oleh seseorang yang memiliki sikap “sami’na wa atho’na”. Selain itu juga mendorong umat Islam untuk menjalankan hukum-hukum Islam dalam berbagai aspek kehidupan, seperti hukum keluarga, hukum ekonomi, dan lain-lain.

Ketaatan pada pemimpin (dalam konteks ini, pemimpin yang adil dan menjalankan syariat) adalah bagian dari prinsip “Sami’na wa atho’na”. Seorang Muslim yang taat diharapkan mampu berpikir kritis dan menganalisis setiap perintah atau kebijakan yang dikeluarkan, memastikan bahwa perintah tersebut tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama.

“Sami’na wa atho’na” mengajarkan untuk tidak hanya mendengar, tetapi juga menganalisis informasi dan mempertimbangkan konsekuensinya sebelum mengambil keputusan. Dalam setiap pengambilan keputusan, seorang Muslim yang memiliki sikap “Sami’na wa atho’na” akan selalu mempertimbangkan nilai-nilai agama sebagai landasan utama.

Menghindari Su’ul Khatimah dengan Sedekah

“Sami’na wa atho’na” menekankan pada ketaatan hati, bukan hanya ketaatan lahiriah. Seorang Muslim harus memiliki keyakinan dan kesadaran penuh dalam melaksanakan perintah agama. Kemukafikan yang harus dihindari tercermin dalam sikap “kami mendengar, tapi tidak taat”.

(Dikutip dari berbagai sumber : Budi S)

 

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement