Ibadah
Beranda » Berita » Ngaji Matan Al Hikam

Ngaji Matan Al Hikam

Ngaji Matan Al Hikam
Ngaji Matan Al Hikam

SURAU.CO. “Ngaji matan al hikam” merujuk pada kegiatan mempelajari kitab Al-Hikam, sebuah kitab tasawuf yang ditulis oleh Syaikh Ibnu ‘Athâ’illah as-Sakandari. Kitab al-Hikam menyediakan panduan spiritual bagi para salik. Dan banyak orang mempelajari serta menyampaikan isinya dalam majelis taklim dan pesantren.

“Matan al Hikam” adalah kitab klasik tasawuf karya Syaikh Ibnu ‘Athâillah As-Sakandarî yang berisi untaian hikmah dan panduan spiritual untuk mencapai kesadaran spiritual yang lebih tinggi. Kita dapat membaca dan memahami Kitab al Hikam yang berisi nasihat-nasihat mendalam tentang hubungan hamba dengan Tuhan dalam berbagai terjemahan, termasuk terjemahan bahasa Indonesia.

Filosofi Matan al-Hikam berpusat pada pengenalan diri dan Allah melalui kesadaran spiritual, terutama dalam tasawuf. Kitab ini mengajarkan pentingnya tawakal, keikhlasan, dan berserah diri pada kehendak Allah, bukan bergantung pada amalan atau usaha manusia sendiri. Konsep utamanya mencakup peningkatan kesadaran akan keterbatasan diri di hadapan kekuasaan Allah, pentingnya membersihkan hati. Serta memahami bahwa ujian dan nikmat adalah bagian dari cara Allah menunjukkan diri dan menguji keimanan seorang hamba.

Aspek filosofis Matan al-Hikam mengajarkan kita untuk berserah diri kepada Allah dan tidak bergantung pada amalan yang telah kita lakukan, melainkan kepada Allah yang memudahkan amalan itu. Memahami bahwa “kemauan keras tak bisa menerobos pagar takdir,”. Sehingga manusia harus berserah diri pada ketetapan-Nya. Menekankan bahwa amalan sedikit yang ikhlas lebih baik daripada amalan banyak yang riya.  Mengajarkan bahwa yang kita kira baik belum tentu selalu baik di mata Allah. Seperti halnya manusia yang saat baik saja masih ada sisi jeleknya.

Menjelaskan bahwa bala (musibah) bukan untuk menghancurkan, melainkan untuk menguji keimanan. Mengajarkan untuk menerima segala takdir, baik nikmat maupun musibah, karena keduanya adalah cara Allah untuk menunjukkan diri dan kekuasaan-Nya. Mengenalkan konsep zuhud bukan berarti meninggalkan dunia, tetapi tidak menjadikan dunia sebagai tujuan utama dalam hidup. Kita harus menekankan pentingnya ilmu yang diamalkan, karena ‘ilmu tanpa amal bagaikan pohon tanpa buah’.

Shalat Dhuha: Cahaya Rezeki di Pagi Hari

Pokok-pokok pembahasan Matan Al Hikam:

Kitab ini memandu para ‘salik’ atau pejalan spiritual dalam perjalanan mereka mendekatkan diri kepada Allah. Berisi hikmah-hikmah yang membantu meningkatkan kesadaran spiritual dan menjalani hidup dengan tujuan yang lebih baik.  Menjelaskan konsep-konsep penting seperti pentingnya tidak mengandalkan amal semata, tetapi meyakini bahwa semua kebaikan adalah karunia Allah.  Menggabungkan berbagai ajaran tasawuf, termasuk tasawuf akhlaqi (moral), tasawuf amali (praktik), dan tasawuf falsafi (filosofis).  Kitab ini sering kali dilengkapi dengan syarah (penjelasan) dari para ulama lain untuk membantu pemahaman yang lebih mendalam.

Matan Al-Hikam karya Syekh Ibnu Atha’illah as-Sakandari merupakan kitab tasawuf yang berisi panduan mendalam bagi para penempuh jalan spiritual (salik). Pokok-pokok pembahasannya meliputi beberapa aspek utama:

  • Pemahaman Tauhid yang Luas: Kitab ini membahas konsep tauhid pada tingkatan yang lebih tinggi, tidak hanya sekadar pengakuan.  Tetapi penghayatan mendalam akan keesaan dan kekuasaan Allah dalam setiap aspek kehidupan.
  • Akhlak dan Penyucian Jiwa (Tazkiyah an-Nafs): Fokus utama lainnya adalah perbaikan akhlak dan pembersihan hati dari sifat-sifat tercela. Seperti riya (pamer), sombong, dan mengandalkan amal perbuatan diri sendiri secara berlebihan.
  • Panduan Perjalanan Spiritual (Suluk): Kitab ini berfungsi sebagai peta jalan bagi salik, menjelaskan berbagai stasiun spiritual (maqam) seperti taubat, zuhud, sabar, tawakal, dan ridha, serta kondisi spiritual (ahwal) yang dialami dalam perjalanan menuju Allah.
  • Hakikat Ketergantungan kepada Allah: Kitab ini menekankan pentingnya menyadari bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendak dan karunia Allah semata, bukan karena kekuatan atau usaha manusia. Hal ini termasuk menghilangkan harapan pada selain Allah dan mengikhlaskan perbuatan hanya untuk-Nya.
  • Hubungan antara Takdir dan Usaha Manusia: Al-Hikam juga membahas isu-isu pelik seperti hubungan antara ikhtiar (usaha) manusia dengan takdir (ketentuan) Allah, menjelaskan bahwa kemauan keras manusia tidak dapat menembus pagar takdir Ilahi.

Secara keseluruhan, Matan Al-Hikam memadukan ajaran tasawuf akhlaki (etika), amali (praktis), dan filosofis, disajikan dalam gaya bahasa aforisma yang padat makna dan mendalam.

Siapa saja yang bisa membaca Matan al Hikam?

  • Siapa saja yang ingin meningkatkan kesadaran spiritualnya.
  • Para santri atau orang yang menempuh jalan spiritual.
  • Umat Islam yang ingin memperdalam pemahaman tentang tasawuf dan hubungannya dengan Allah.

Isi dan Makna Kitab Al-Hikam

Al-Hikam bukanlah kitab fikih yang berisi hukum-hukum formal, melainkan kumpulan hikmah (kata-kata bijak) dan nasihat mendalam tentang kehidupan spiritual, akhlak, tauhid tingkat tinggi, dan hubungan manusia dengan Allah.

Beberapa poin kunci yang dibahas dalam kitab ini meliputi:

  • Panduan Spiritual (Suluk): Kitab ini berfungsi sebagai panduan praktis dan teoretis bagi mereka yang ingin menempuh perjalanan spiritual mendekatkan diri kepada Allah.
  • Pembersihan Hati dan Keikhlasan: Banyak bahasannya fokus pada pentingnya membersihkan hati dari ketergantungan pada selain Allah, termasuk dari amalan baik diri sendiri (riya).
  • Hakikat Tauhid: Kitab ini mengajarkan konsep tauhid (keesaan Allah) pada tingkatan yang mendalam, mengajak pembacanya untuk melihat Allah dalam segala sesuatu dan tidak mengandalkan perbuatan atau kekuatan diri sendiri.
  • Dialog dengan Hati: Penulis menyampaikan pesan-pesan tersebut dengan bahasa puitis dan diksi yang tinggi, merancangnya untuk menyentuh hati pembaca dan mendorong perenungan.
  • Mengenal Diri dan Tuhan: Kitab Suci mengajarkan manusia perlu menyadari kelemahan dan ketidakberdayaan dirinya di hadapan keagungan Allah.

Kitab ini sering membutuhkan penjelasan (syarah) dari para ulama atau guru yang mumpuni karena kedalaman maknanya, untuk menghindari kesalahpahaman bagi pembaca awam. Kitab ini memadukan pendekatan tasawuf akhlaki (etika), amali (praktis), dan falsafi (filosofis). (mengutip dari berbagai sumber).

Ayat Kursi: Kunci Surga di Ujung Shalat

 

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement