SUARU.CO – Dalam sejarah Islam, banyak tokoh besar yang berasal dari latar belakang sederhana, namun dengan ketulusan dan kesungguhan mereka menjadi pelita ilmu bagi umat. Salah satu sosok istimewa itu adalah ‘Ikrimah al-Qurasyi, atau lebih kita kenal dengan sebutan ‘Ikrimah maula Ibnu Abbas — seorang mantan budak yang kelak menjadi pakar tafsir dan hadis ternama pada kalangan tabi’in. Kisah hidupnya menggambarkan bagaimana keturunan atau status sosial tidak menentukan kemuliaan seseorang, tetapi oleh ilmu, keimanan, dan kesetiaan pada kebenaran.
Asal-Usul dan Latar Belakang
‘Ikrimah al-Qurasyi lahir sebagai seorang budak dalam keluarga Quraisy. Ia kemudian menjadi maula (hamba yang dimerdekakan) oleh Abdullah bin Abbas, sepupu Rasulullah ﷺ yang terkenal sebagai “Hibrul Ummah” atau “Ulama Besar Umat Islam.”
Sebagai budak yang kemudian hidup dalam asuhan salah satu sahabat paling alim, Ikrimah tumbuh dalam lingkungan ilmu. Ia menyaksikan langsung bagaimana Ibnu Abbas menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an, berdialog dengan para sahabat, dan menjawab berbagai persoalan umat. Dari sinilah kecintaan Ikrimah terhadap ilmu mulai tumbuh subur.
Berguru kepada Ibnu Abbas
‘Ikrimah tidak sekadar menjadi pelayan atau pembantu dalam rumah Ibnu Abbas. Ia menjadi murid dan penulis setia yang mencatat penjelasan-penjelasan gurunya tentang ayat-ayat Al-Qur’an. Dalam waktu yang lama, ia menyertai Ibnu Abbas dalam perjalanan, majelis, dan diskusi keagamaan.
Ibnu Abbas terkenal sebagai rujukan utama tafsir Al-Qur’an dalam kalangan sahabat. Oleh sebab itu, Ikrimah pun menjadi perantara penting ilmu tafsir dari generasi sahabat kepada tabi‘in. Banyak ulama setelahnya, seperti Mujahid bin Jabr, Atha’ bin Abi Rabah, dan Amr bin Dinar, yang belajar tafsir melalui Ikrimah.
Imam Adz-Dzahabi dalam Siyar A‘lam an-Nubala’ menulis:
“Sebagian besar tafsir Ibnu Abbas diriwayatkan oleh tiga orang: Mujahid, Ikrimah, dan Atha’. Mereka adalah penjaga warisan ilmu tafsir dari sahabat kepada generasi setelahnya.”
Ilmu dan Kealiman Ikrimah
Kecerdasan dan hafalan Ikrimah luar biasa. Ia mampu menguasai banyak riwayat hadis, memahami hukum-hukum fikih, dan menjelaskan makna ayat dengan mendalam. Para ulama ahli hadis seperti Imam al-Bukhari, Imam Muslim, Abu Dawud, dan an-Nasa’i meriwayatkan hadis-hadis darinya.
Dalam bidang tafsir, namanya menjadi salah satu sumber pokok dalam penjelasan ayat-ayat Al-Qur’an yang dinisbatkan kepada Ibnu Abbas. Dalam banyak kitab tafsir klasik seperti Tafsir ath-Thabari, Ibn Kathir, dan Ad-Durr al-Mantsur, sering disebut:
“قال عكرمة: …”
(“Ikrimah berkata…”)
yang menandakan bahwa pendapat tafsirnya menjadi rujukan utama di masa tabi‘in.
Ujian dan Kontroversi
Seperti banyak tokoh besar lainnya, perjalanan hidup Ikrimah tidak lepas dari ujian. Beberapa ulama pada masa berikutnya pernah menuduhnya memiliki pandangan politik yang ekstrem, bahkan dikaitkan dengan kelompok Khawarij. Namun tuduhan itu banyak terbantahkan oleh ulama besar seperti Imam Ahmad bin Hanbal, Ibn Ma‘in, dan Al-Bukhari, yang menegaskan bahwa Ikrimah adalah tsiqah (terpercaya) dan riwayatnya sahih.
Imam Adz-Dzahabi menjelaskan:
“Ikrimah termasuk tokoh yang sangat berilmu dan terpercaya. Jika pun ada yang mencelanya karena tuduhan politik, itu tidak menjatuhkan kedudukannya sebagai perawi hadis yang kuat.”
Perdebatan ini menunjukkan bahwa walaupun ia berasal dari latar belakang budak, kedalaman ilmunya membuatnya berdiri sejajar dengan para ulama besar. Bahkan, sebagian muridnya kelak menjadi guru bagi generasi imam seperti Imam Malik dan Imam Syu‘bah.
Perjalanan dan Dakwah
Ikrimah tidak hanya alim, tetapi juga terkenal pemberani dalam menyampaikan kebenaran. Ia sering berdiri pada masjid-masjid dan pasar untuk menyeru manusia agar berpegang kepada sunnah Rasulullah ﷺ.
Dalam beberapa riwayat, menyebutkan bahwa ia pernah diusir dari suatu wilayah karena terlalu tegas menegur penguasa yang berbuat zalim. Namun ia tidak pernah gentar. Ikrimah lebih memilih dimusuhi manusia daripada mengkhianati ilmu dan kebenaran.
Ia juga terkenal suka bepergian ke berbagai daerah untuk menyebarkan ilmu. Pada setiap tempat, ia mendirikan halaqah tafsir dan hadis, mengajarkan pengetahuan yang ia warisi dari gurunya, Ibnu Abbas.
Akhir Hayat dan Keteladanan
Ikrimah wafat di Makkah al-Mukarramah sekitar tahun 105 Hijriah (sekitar 723 Masehi), pada masa pemerintahan Khalifah Khalid bin Abdullah al-Qasri. Ia wafat dalam keadaan mulia — sebagai ulama besar yang ilmunya terus mengalirkan pahala.
Sejarah mencatat bahwa ribuan riwayat tafsir dan hadis dari Ibnu Abbas sampai kepada kita melalui perantara Ikrimah, menjadikannya salah satu tokoh paling berjasa dalam menjaga warisan ilmu Islam. Kehidupan Ikrimah menyimpan banyak pelajaran berharga bagi umat Islam:
1. Ilmu Mengangkat Derajat
Status sosial bukanlah ukuran kemuliaan. Dari seorang budak, Ikrimah diangkat Allah menjadi seorang ulama besar.
Sebagaimana firman Allah Ta‘ala:
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”
(QS. Al-Mujādilah [58]: 11)
2. Kesetiaan kepada Guru
Ikrimah setia menjaga dan menyebarkan ilmu gurunya, Ibnu Abbas. Ia tidak menambah-nambah atau mengubah makna, melainkan menyampaikan sebagaimana yang diajarkan. Ini menjadi teladan adab bagi setiap penuntut ilmu.
3. Keteguhan dalam Dakwah
Ia berani berdiri di hadapan penguasa dan masyarakat untuk menyeru pada kebenaran, meskipun harus menghadapi ancaman. Keteguhan seperti inilah yang membuat ilmu tetap hidup sepanjang masa.
4. Ikhlas dalam Menuntut Ilmu
Ikrimah tidak mencari kedudukan atau kekayaan. Ia menuntut ilmu karena Allah semata. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.”
(HR. Muslim)
Warisan Abadi Ikrimah
Hingga hari ini, kitab-kitab tafsir, hadis, dan sejarah Islam menyebutkan nama Ikrimah. Ulama besar seperti Imam ath-Thabari, Ibn Kathir, dan As-Suyuthi menjadikan riwayatnya sebagai bagian penting dalam memahami makna Al-Qur’an.
Betapa besar jasa seorang budak yang telah dimerdekakan itu — karena darinya, jutaan umat Islam mengenal tafsir ayat-ayat suci dengan pemahaman yang benar.
Sosok Ikrimah al-Qurasyi adalah bukti bahwa dalam Islam garis keturunan bukan penentu kemuliaan seseorang, tetapi oleh ilmu dan takwa. Ia lahir sebagai hamba, tetapi wafat sebagai ulama besar yang terhormat.
Kisahnya menjadi pengingat bagi setiap penuntut ilmu bahwa pintu kemuliaan selalu terbuka bagi siapa pun yang bersungguh-sungguh menempuh jalan ilmu dan kebenaran.
Sebagaimana sabda Nabi ﷺ:
“Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat hati dan amal kalian.”
(HR. Muslim)
Semoga Allah meridhai sosok Ikrimah al-Qurasyi, menjadikan ilmunya cahaya bagi kita, dan menginspirasi setiap muslim untuk terus menuntut ilmu, berpegang teguh pada kebenaran, serta rendah hati sebagaimana para ulama salaf terdahulu.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
