Fiqih
Beranda » Berita » Krisis Iklim dalam Islam, hingga Larangan Menebang Pohon

Krisis Iklim dalam Islam, hingga Larangan Menebang Pohon

Ilustrasi Peduli Lingkungan
Ilustrasi Peduli Lingkungan

Isu krisis iklim, banjir bandang, dan krisis air bersih bukan lagi sekadar berita. Ini adalah realitas yang kita hadapi. Di kalangan generasi muda, muncul istilah eco-anxiety. Istilah tersebut merujuk pada sebuah kecemasan mendalam tentang masa depan bumi. Namun, tahukah Anda bahwa ajaran Islam dan lingkungan memiliki kaitan yang sangat erat? Lebih dari 1400 tahun yang lalu, Nabi Muhammad SAW telah meletakkan fondasi etika lingkungan yang sangat relevan untuk menjawab krisis iklim dalam Islam.

Larangan Keras Menebang Pohon, Ancaman Serius dari Nabi

Salah satu hadis yang paling menonjol terkait Islam dan lingkungan adalah tentang larangan menebang pohon. Rasulullah SAW memberikan sebuah peringatan yang sangat keras.

“Barangsiapa menebang pohon sidrah, maka Allah akan menghempaskan kepalanya ke neraka.”
(HR. Abu Dawud)

Hadis ini terdengar sangat tegas. Pohon sidrah (bidara) dipilih sebagai contoh karena ia adalah simbol. Pohon ini memberikan keteduhan dan manfaat besar bagi manusia serta hewan di gurun yang panas. Para ulama, seperti Imam As-Suyuthi, menafsirkan hadis ini secara lebih luas. Peringatan ini tidak hanya berlaku untuk pohon sidrah. Ia mencakup larangan merusak sumber daya alam apa pun yang memberikan manfaat bagi publik.

Cara Tepat Menyempurnakan Shalat bagi Makmum Masbuq

Menebang pohon yang bermanfaat tanpa alasan syar’i yang jelas adalah sebuah kejahatan ekologis. Tindakan ini termasuk dalam kategori fasad fi al-ardh, yaitu perbuatan membuat kerusakan di muka bumi.

Fikih Hijau: Manusia sebagai Penjaga, Bukan Pemilik

Konsep Islam dan lingkungan berdiri di atas prinsip amanah. Manusia bukanlah pemilik mutlak bumi ini. Kita adalah khalifah atau penjaga yang diamanahkan untuk merawatnya. Allah SWT berfirman dengan sangat jelas:

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya…” (QS. Al-A’raf: 56)

Dari ayat inilah lahir sebuah cabang ilmu yang disebut fikih lingkungan (fiqh al-bi’ah) atau “Fikih Hijau”. Cabang ilmu ini membahas hukum-hukum syariat yang berkaitan dengan pelestarian alam. Menurut fikih ini, merusak habitat alam tanpa kebutuhan mendesak adalah sebuah maksiat. Contohnya meliputi:

  • Menebang hutan secara membabi buta untuk proyek komersial.

    Memahami Syarat Sahnya Azan

  • Membakar lahan pertanian tanpa kontrol hingga menyebabkan polusi udara.

  • Mencemari sungai dan lautan dengan limbah industri atau rumah tangga.

  • Melakukan eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya alam.

Perbuatan-perbuatan ini bukan hanya pelanggaran hukum negara. Dalam pandangan Islam, ia juga merupakan dosa yang akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat. Maka dari itu penting untuk menelaah hubungan natara krisis iklim dalam Islam.

Jejak Ekologis dalam Sirah Nabawiyah

Nabi Muhammad SAW tidak hanya memberikan perintah dan larangan. Beliau memberikan teladan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Jejak kepedulian beliau terhadap lingkungan terekam jelas dalam banyak hadis.

Panduan Amalan Khusus di Kota Suci Madinah

  • Mendorong Rehabilitasi: Beliau menganjurkan kita untuk menanam pohon, bahkan jika hari kiamat sudah di depan mata (HR. Ahmad). Ini adalah pesan tentang pentingnya berbuat baik hingga detik terakhir.

  • Menjaga Kebersihan Air: Beliau melarang keras buang air kecil di air yang tergenang atau mengalir (HR. Muslim). Ini adalah prinsip dasar sanitasi untuk mencegah penyakit dan pencemaran.

  • Menyayangi Makhluk Hidup: Beliau melarang menyakiti hewan dan bahkan menjanjikan pahala bagi siapa saja yang memberi minum seekor anjing yang kehausan.

  • Etika Perang yang Beradab: Bahkan dalam kondisi perang, Rasulullah SAW melarang pasukannya untuk menebang pohon buah-buahan atau membakar lahan pertanian musuh tanpa alasan darurat.

Etika perang ini menunjukkan betapa tingginya standar pelestarian lingkungan dalam ajaran Islam. Jika dalam perang saja alam harus dilindungi, apalagi dalam kondisi damai.

Islam dan Masa Depan Bumi Kita

Krisis iklim yang kita hadapi hari ini sejatinya adalah krisis nilai dan moral. Banyak kerusakan terjadi karena keserakahan dan eksploitasi tanpa batas. Di sinilah peran Islam dan lingkungan menjadi sangat penting. Islam menawarkan jalan tengah. Agama ini tidak anti-kemajuan. Namun, Islam menentang keras eksploitasi yang rakus dan merusak.

Bagi generasi muda yang peduli terhadap isu lingkungan, Islam bukanlah penghalang. Justru sebaliknya, Al-Qur’an dan Sunnah menyediakan bekal moral dan spiritual yang sangat kuat. Kita bisa menjadi pejuang lingkungan yang berlandaskan iman. Kita bisa menjadi bagian dari solusi untuk menyelamatkan bumi, rumah kita bersama.

Dari Iman Menuju Aksi Lingkungan

Pada akhirnya, menjaga lingkungan dalam Islam adalah bagian dari iman. Oleh karena itu, setiap pohon yang kita tanam, setiap sampah yang kita kelola dengan baik, dan setiap air yang kita hemat adalah bentuk ibadah. Aksi kita untuk merawat bumi adalah wujud rasa syukur kita kepada Sang Pencipta. Mari kita ubah kepedulian kita menjadi aksi nyata, dimulai dari diri sendiri, untuk bumi yang lebih baik.

× Advertisement
× Advertisement