Sosok
Beranda » Berita » Hoegeng: Polisi Panutan Hingga Sekarang

Hoegeng: Polisi Panutan Hingga Sekarang

kapolri Hoegeng
Foto Kapolri Hoegeng

Surau.co. Nama Hoegeng Imam Santoso telah menjadi simbol kejujuran dan integritas di dunia kepolisian Indonesia.

Hoegeng lahir di Pekalongan, Jawa Tengah, pada 14 Oktober 1921 dari keluarga berdarah Jawa. Ia tumbuh dalam lingkungan yang menanamkan nilai-nilai disiplin dan kejujuran sejak dini.

Hoegeng bersekolah di Hollandsch-Inlandsche School (HIS; sekolah dasar) Pekalongan dan lulus pada tahun 1934. Ia kemudian mendaftar di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO; sekolah menengah pertama) di kota yang sama dan lulus tiga tahun kemudian.

Ia pindah ke Yogyakarta untuk melanjutkan studinya di Algemene Middelbare School (AMS; sekolah menengah atas) jurusan bahasa dan sastra Barat. Selama di AMS, Setelah itu, ia meneruskan studinya ke Perguruan Tinggi Hukum di Jakarta, namun berhenti saat masa pendudukan Jepang.

Semasa muda, Hoegeng sempat bergabung dalam dunia pergerakan kemerdekaan dan aktif dalam Badan Keamanan Rakyat (BKR). Pengalaman ini menguatkan semangat nasionalismenya yang kelak terbawa hingga kariernya di kepolisian.

Syekh Ihsan al-Jampasi dan Pandangannya Tentang Rokok

Karier di Kepolisian

Karier Hoegeng di Kepolisian dimulai secara resmi pada tahun 1945. Ia menjadi bagian penting dari pembentukan struktur awal kepolisian nasional di masa transisi revolusi.

Sebelum menjabat sebagai Kapolri, Ia pernah menjabat Kepala Direktorat Reserse Kriminal dan Kepala Jawatan Imigrasi. 

Pada tahun 1968, Presiden Soeharto menunjuk Hoegeng sebagai Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) yang kelima. Masa jabatannya berlangsung hingga tahun 1971, dan selama periode itu ia gencar memberantas korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan di tubuh kepolisian.

Sepak Terjang Memberantas Korupsi dan Mafia

Hoegeng dikenal sebagai sosok yang berani melawan mafia dan koruptor, meski nyawanya sering terancam. Ia tak segan menindak pejabat tinggi atau pengusaha besar yang terlibat kejahatan.

Salah satu kasus terkenal yang ia tangani adalah pembongkaran jaringan penyelundupan mobil mewah dan pelanggaran hukum oleh oknum elite. Ia bahkan sempat menghadapi tekanan politik, tetapi tetap teguh pada prinsipnya.

Bukan Nabi, Tapi Namanya Diabadikan: Siapa Sebenarnya Luqman?

Keberaniannya dalam membongkar kasus-kasus besar membuat banyak orang segan dan hormat padanya. keberaniannya juga membuatnya tidak disukai oleh pihak-pihak yang merasa terganggu.

Kisah Ikonik Naik Sepeda Ontel

Hoegeng biasa mengendarai sepeda Ontel. Bahkan saat menjabat Kapolri beliau sengaja mengayuh sepeda ontel tua untuk pergi ke kantor Mabes Polri.

Politisi senior Megawati Soekarnoputri pernah bercerita bahwa dia heran melihat Kapolri yang merakyat itu naik sepeda ke kantornya di pagi hari. Menurut pengakuan Megawati, ia pernah memanggil “Om” saat berpapasan dengannya dan menawarkan tumpangan.

Hoegeng menolak dengan sopan sambil mengatakan bahwa bersepeda juga merupakan olahraga dan membuatnya lebih dekat dengan situasi masyarakat.

Ketika menduga ada penyelundupan, ia bahkan turun tangan menyamar dan menyebrangi pelabuhan—tidak mengandalkan laporan saja. 

Nasihat Khalifah Umar: Cermin Tata Kelola Pemerintahan Ideal

Legenda Polisi Jujur dan Sederhana

Gaya hidupnya yang sederhana dengan naik sepeda, menolak hadiah, dan tinggal di rumah tanpa mobil pribadi—menjadikan Hoegeng legenda ketiadaan korupsi dan keteladanan moral. Tagar bahkan menyebut sepedanya “berbaur dengan barang-barang pribadinya di museum” sebagai simbol hidup sederhana beliau

Pengakuan yang populer datang dari Gusdur terhadap Hoegeng. “Di Indonesia hanya ada tiga polisi yang tidak bisa disuap yaitu, patung polisi, polisi tidur, dan Hoegeng.” kata Abdurahman Wahid, mantan Presiden RI. 

Pengunduran Diri dan Kehidupan Setelah Pensiun

Pada tahun 1971, Hoegeng mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Kapolri karena tekanan politik dan intervensi pihak tertentu. 

Setelah pensiun, Hoegeng hidup sederhana dan jauh dari kemewahan, tetap konsisten menunjukkan integritas hingga akhir hayat. Ia juga aktif dalam dunia seni dan budaya serta pernah tampil sebagai musisi di televisi.

Hoegeng meninggal dunia pada tanggal 14 Juli 2004. Kepergiannya meninggalkan duka sekaligus teladan moral bagi bangsa Indonesia.

Warisan Moral dan Inspirasi Bagi Generasi Muda

Kejujuran, keberanian, dan kesederhanaannya menjadi inspirasi bagi aparat penegak hukum hingga kini.

Banyak generasi muda yang belajar dari kisah hidupnya, terutama dalam menghadapi tantangan moral di tengah godaan kekuasaan.

Bahkan, berbagai tokoh nasional menyebut bahwa “Jika semua polisi seperti Hoegeng, Indonesia akan aman dan adil.” Ia juga menjadi bahan perbandingan dalam reformasi Polri untuk menciptakan institusi yang bersih dan profesional. *TeddyNs

× Advertisement
× Advertisement