Penulis Artikel : Hendri Hasyim
SURAU.CO-Syekh Abdul Qodir Al-Jailani terkenal sebagai ulama besar yang meneladani kejujuran dan keberanian sejak usia muda. Kisah pertemuannya dengan sekelompok perampok dalam perjalanan menuju Baghdad mengajarkan kita bahwa kejujuran mampu menaklukkan kekerasan dan mengubah hidup banyak orang.
Keberangkatan Menuju Baghdad
Pada suatu hari, Syekh Abdul Qodir yang masih muda memutuskan untuk pergi ke Baghdad. Ia ingin memperdalam ilmu agama. Ibunya merestui kepergiannya dengan air mata haru. Sebagai bekal, sang ibu memberikan empat puluh dinar emas dan menjahitkannya di dalam bajunya.
Tak hanya itu, ibunya juga menyampaikan pesan penting:
“Wahai anakku, tetaplah jujur dalam keadaan apapun.”
Mendengar nasihat itu, Syekh Abdul Qodir berjanji untuk selalu memegang teguh kejujuran. Ia membawa tekad itu bersama bekalnya dalam perjalanan panjang.
Rombongan Diserang Perampok
Beberapa hari kemudian, Syekh Abdul Qodir bergabung dengan rombongan kafilah. Mereka menempuh perjalanan melewati gurun dan padang yang luas. Tiba-tiba, sekelompok perampok bersenjata menghadang dan menyerang mereka.
Para perampok mengambil semua harta milik kafilah. Mereka memaksa dan menggeledah seluruh penumpang. Ketika mereka memeriksa Syekh Abdul Qodir, mereka tidak menemukan apa pun.
Namun, dengan suara tenang, ia berkata,
“Aku membawa empat puluh dinar emas yang dijahit di dalam bajuku.”
Para perampok terperanjat. Mereka tidak menyangka ada seorang pemuda yang mengaku jujur tanpa dipaksa. Karena merasa heran, mereka membawa Syekh Abdul Qodir ke hadapan kepala perampok.
Kejujuran yang Mengguncang Hati
Kepala perampok menatapnya tajam lalu bertanya, “Mengapa engkau mengaku membawa uang? Bukankah kami tidak akan tahu jika kau diam saja?”
Syekh Abdul Qodir menjawab,
“Ibuku berpesan agar aku selalu berkata jujur, dan aku telah berjanji kepadanya.”
Jawaban itu membuat suasana hening. Sang kepala perampok menunduk. Ia merenung dalam diam. Beberapa saat kemudian, ia berkata pelan,
“Engkau takut mengingkari janji kepada ibumu, sedangkan aku telah mengingkari janji kepada Tuhanku selama bertahun-tahun.”
Air matanya jatuh. Ia menyesali hidupnya. Para perampok yang lain juga tersentuh. Mereka mendengarkan dengan mata berkaca-kaca. Tanpa banyak bicara, kepala perampok langsung menyatakan tobat. Ia memerintahkan anak buahnya untuk mengembalikan semua harta rampasan. Seluruh kelompok itu pun bertobat dan meninggalkan dunia kejahatan.
Nilai Kejujuran yang Tak Ternilai
Kisah ini mengandung banyak pelajaran berharga. Pertama, kejujuran tidak hanya menunjukkan akhlak mulia, tetapi juga mampu meluluhkan hati yang keras. Kedua, nasihat orang tua mampu membentuk karakter yang kuat. Ketiga, teladan nyata lebih menyentuh daripada seribu kata.
Meskipun Syekh Abdul Qodir masih sangat muda, ia berhasil menunjukkan keteguhan hati dan komitmen terhadap nilai Islam. Ia tidak memilih jalan mudah. Sebaliknya, ia memilih untuk memegang prinsip meski berada dalam bahaya.
Kisah Syekh Abdul Qodir Al-Jailani melawan perampok bukan sekadar cerita moral. Ini adalah kisah nyata yang menyentuh hati dan menunjukkan bagaimana satu tindakan jujur dapat mengubah jalan hidup banyak orang.
Dalam kehidupan kita hari ini, kejujuran menjadi nilai yang semakin langka. Namun, kisah ini mengingatkan bahwa orang yang jujur tetap memancarkan cahaya di tengah kegelapan. Mari kita teladani kejujuran beliau dalam setiap aspek kehidupan.
hal ini dapat kita jadikan teladan agar tentunya kita selalu dapat berbuat dan berkata jujur kepada siapapun. karena sifat jujur tentu membawa kita dalam hal kebaikan. dari sini dapat kita mengambil hikmahnya. Barokalloh
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
