SURAU.CO – Sejarah Islam penuh dengan kisah-kisah heroik. Banyak Sahabat menghadapi cobaan berat. Mereka tetap teguh pada iman. Terutama sekali, para Muslimah. Mereka menunjukkan keteguhan luar biasa. Salah satu kisah paling mengharukan adalah kisah Lubainah. Ia adalah seorang budak perempuan. Ia disiksa dengan kejam oleh tuannya. Ia ditaburi pasir panas. Ia juga ditindih batu besar. Meskipun demikian, ia tetap memilih Islam.
Pada masa awal dakwah Nabi Muhammad SAW, situasi di Mekah sangatlah sulit. Kaum Quraisy, pemimpin Mekah, menentang keras ajaran Islam. Mereka khawatir kehilangan kekuasaan. Mereka khawatir kehilangan status sosial. Oleh karena itu, mereka melakukan segala cara. Mereka ingin menghentikan penyebaran Islam.
Salah satu metode yang mereka gunakan adalah penyiksaan. Mereka menyiksa para Muslim yang lemah. Mereka memaksa mereka untuk kembali pada agama nenek moyang mereka. Jelas sekali, ini adalah ujian berat bagi keimanan.
Momen Krusial: Siksaan Keji dan Keteguhan Hati Lubainah
Lubainah adalah salah satu budak yang memeluk Islam. Ia adalah budak dari Umar bin Khattab. Pada masa itu, Umar belum memeluk Islam. Ia adalah salah satu penentang Islam paling keras.
Umar menyiksa Lubainah dengan sangat kejam. Ia menyeretnya ke padang pasir Mekah. Ia menaburkan pasir panas ke tubuhnya. Ia juga menindihnya dengan batu besar. Tujuan utamanya, ia ingin Lubainah kembali pada agama lamanya.
Namun, Lubainah adalah perempuan yang memiliki iman kuat. Meskipun tubuhnya tersiksa, hatinya tetap teguh. Ia menolak untuk menyerah. Ia tidak mengucapkan satu kata pun yang menunjukkan penyesalan. Ia tetap memilih Islam. Ia tetap mengucapkan kalimat tauhid.
Umar terus menyiksanya hingga lelah. Akhirnya, ia berhenti. Ia berkata, “Aku tidak berhenti karena kasihan padamu, tetapi karena aku lelah.” Lubainah menjawab, “Jika engkau berhenti karena lelah, maka Allah tidak akan lelah menyiksaku jika aku tidak teguh.” Jawaban ini menunjukkan betapa kuat imannya.
Wawasan Baru: Kekuatan Iman Melampaui Derita Fisik
Kisah Lubainah memberikan kita beberapa wawasan penting. Pertama, ia menunjukkan kekuatan iman yang luar biasa. Derita fisik yang ia alami sangat parah. Namun demikian, ia tetap teguh. Imannya tidak goyah. Ini adalah bukti bahwa iman adalah kekuatan sejati.
Kedua, kisah ini menyoroti peranan budak dalam Islam. Mereka adalah manusia yang memiliki hak yang sama di hadapan Allah. Mereka mampu menunjukkan keteguhan iman.
Ketiga, kisah ini juga menjadi saksi bisu. Ia menjadi saksi kebrutalan kaum Quraisy. Di sisi lain, ia juga menjadi saksi ketabahan para Sahabat. Mereka adalah para Sahabat awal.
Peran Abu Bakar: Membeli Kebebasan Lubainah
Melihat kekejaman yang Lubainah alami, Abu Bakar Ash-Shiddiq merasa sangat iba. Abu Bakar adalah Sahabat terdekat Nabi. Ia dikenal dermawan. Oleh karena itu, ia membeli Lubainah dari Umar. Ia membebaskannya.
Tindakan Abu Bakar ini bukan hanya membebaskan seorang budak. Ia adalah tindakan kemanusiaan. Ia adalah tindakan yang dilandasi iman. Dengan demikian, ia menyelamatkan Lubainah dari penderitaan. Ia memberinya kebebasan.
Kisah Lubainah adalah teladan keteguhan iman yang abadi. Ia adalah perempuan yang ditaburi pasir panas dan ditindih batu besar. Ia tetap memilih Islam. Ia mengajarkan kita tentang arti sejati pengorbanan. Ia juga mengajarkan tentang keteguhan dalam menghadapi cobaan. Pada akhirnya, kisah ini menginspirasi umat Islam. Ia mengingatkan kita bahwa iman sejati tidak akan goyah. Ia tidak akan goyah meskipun menghadapi derita paling berat sekalipun.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
