CM Corner
Beranda » Berita » Agama Melawan Kemiskinan

Agama Melawan Kemiskinan

Agama Melawan Kemiskinan

Oleh : Masykurudin Hafidz, Mahasiswa Pasca Sarjana Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta

SURAU.CO Kemiskinan di negeri ini semakin parah. Roda kehidupan hanya menyejahterakan segelintir orang kaya. Sebagian kecil orang membumbung tinggi dengan kekayaannya. Sementara itu, mayoritas warga justru melorot dalam kemiskinan. Data Merril Lynch dan Capgemini membuktikan hal ini. Jumlah orang kaya di Indonesia naik 16,2 persen. Namun, angka kemiskinan juga naik 6 persen. Artinya, 20 ribu orang menguasai 184 triliun rupiah. Sedangkan pendapatan 200 juta lainnya hanya 15 juta.

Agama Gagal Menerjemahkan Ajarannya

Kondisi timpang ini menunjukkan suatu fakta menyedihkan. Baik si kaya maupun si miskin, sebenarnya sama-sama miskin. Satu miskin karena kekurangan, yang lain miskin karena kerakusan. Padahal, agama-agama sejak awal punya misi dasar. Agama ingin mengangkat derajat manusia berdasarkan spiritualitas dan moralitas. Namun, di negeri yang mayoritas beragama ini, agama justru gagal. Agama gagal menerjemahkan ajaran sosialnya ke dalam tindakan nyata.

Ajaran dan tindakan kini tidak lagi sejalan. Agamawan tidak lagi serius memperhatikan kemiskinan. Agama justru meninabobokkan umat dengan janji kesabaran di hari nanti. Orang miskin mendengar khotbah bahwa kemiskinan adalah takdir. Sementara itu, orang rakus cukup menebus dosanya dengan simbol-simbol agama.

Sejarah Agama adalah Perang Melawan Kerakusan

Padahal, sejarah agama adalah sejarah perlawanan. Agama selalu berperang melawan kemiskinan. Tidak ada satupun agama yang memberi penghargaan terhadap kemiskinan. Apalagi kemiskinan yang lahir dari kerakusan. Justru, semua agama melihat kerakusan sebagai masalah paling serius. Mahatma Gandhi pernah berkata. Dunia ini cukup untuk kebutuhan semua manusia. Tetapi, tidak cukup untuk kerakusan satu orang saja.

Yakin, Pertolongan Allah Pasti Datang

Itulah sebabnya, agama membela kaum miskin dan terpinggirkan. Caranya adalah dengan menghardik mereka yang rakus. Kaum miskin menjadi lapar karena kerakusan orang lain. Oleh karena itu, orang rakus adalah pendosa besar di hadapan Tuhan. Bukan mereka yang lapar, tertindas, dan terpinggirkan.

Panggilan Aksi untuk Para Agamawan

Kini, agama tertantang untuk menyelesaikan ketimpangan sosial ini. Para agamawan wajib mengotorkan tangannya. Mereka harus berkubang dalam lumpur pemberantasan kemiskinan. Sebagai juru bicara Tuhan, mereka harus melakukan tindakan nyata. Jadi, bagaimana cara mengendalikan kerakusan agar kelaparan dapat kita hindari?

1. Menganalisis Akar Kemiskinan Secara Struktural

Pertama, agamawan harus sanggup mengurai akar kemiskinan. Mereka perlu membaca masalah ini secara individual dan struktural. Kemiskinan bukan hanya perkara tidak punya uang. Ini juga soal ketidakadilan dan akses yang tersumbat. Pendekatan struktural meyakini kemiskinan akan menjadi-jadi. Hal itu terjadi jika ada kongkalikong antara pasar, birokrat, dan politisi. Kebijakan negara yang pro-pasar seringkali meminggirkan orang miskin.

2. Meneguhkan Pemihakan pada Kaum Miskin

Kedua, agamawan harus meneguhkan kembali pemihakannya. Mereka perlu membela nasib orang miskin. Caranya dengan menyadarkan umat tentang dosa dan bahaya kerakusan. Meskipun kekurangan, kaum miskin tetap berhak hidup layak. Doktrin agama harus mempertajam kepekaan sosial. Sehingga, agama menjadi energi utama bagi setiap pemeluknya. Kristen memandang kaum miskin mencari kepenuhan hidup. Sementara Islam menegaskan kemiskinan dekat dengan kekufuran.

3. Melakukan Aksi Sosial yang Konkret

Ketiga, agamawan harus mampu melakukan aksi sosial. Mereka perlu membenahi struktur dan sistem ekonomi masyarakat. Tujuannya agar neraca kekuatan tidak makin timpang. Caranya adalah mendesak pemerintah menemukan sintesis keadilan. Melalui negara, orang kaya dapat membayar kewajibannya. Mereka wajib memberdayakan kaum miskin yang tertindas. Tindakan praksis ini harus melalui sistem hukum dan regulasi. Tujuannya jelas: memerangi nafsu keserakahan dan menjamin redistribusi kekayaan.

Jejak Keemasan Wakaf: Inspirasi Peradaban dari Masa ke Masa

Misi Profetis Melawan Ketidakadilan

Ketimpangan sosial di negeri ini harus segera kita atasi. Misi profetis agama-agama adalah melawan kemiskinan. Sudah saatnya agamawan berkata dengan lantang:

“Bagi kami, orang kaya adalah orang lemah hingga kami ambil hak kaum tertindas dari mereka. Sementara itu, kaum tertindas adalah orang kuat, hingga kami serahkan hak itu kepada mereka.”

× Advertisement
× Advertisement