Sosok
Beranda » Berita » Biografi Singkat Ulama besar Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Basa

Biografi Singkat Ulama besar Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Basa

Oplus_131072

Biografi Ulama besar Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Basa.

 

Nama Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz rahimahullah telah menjadi cahaya dalam dunia keilmuan Islam. Hampir setiap ceramah, khutbah, kajian, dan fatwa di seluruh penjuru dunia Islam, pasti tak lepas dari menyebut nama beliau. Tapi, sudahkah kita benar-benar menyelami kisah hidup beliau yang penuh inspirasi dan pengorbanan? (Biografi).

Jika belum, maka luangkanlah waktumu sejenak. Bacalah dan hayatilah kisah hidup seorang ulama yang telah mengabdikan seluruh hidupnya untuk ilmu, dakwah, dan umat. Kau mungkin akan menangis bukan karena sedih, tapi karena takjub dan haru melihat keteguhan seorang hamba Allah dalam meniti jalan kebenaran.

Kehidupan Awal: Lahir dalam Kesederhanaan

Syekh Ihsan al-Jampasi dan Pandangannya Tentang Rokok

Syaikh bin Baaz lahir pada tahun 1330 H (1909 M) di kota Riyadh, Arab Saudi. Beliau berasal dari keluarga yang sederhana, bukan dari keturunan bangsawan atau keluarga ulama terkenal. Bahkan, beliau kehilangan penglihatan secara total pada usia 16 tahun, akibat penyakit mata yang saat itu tidak bisa diobati.

Namun, kebutaan itu tidak membuatnya putus asa. Sebaliknya, hal itu menjadi salah satu alasan utama beliau menghafal dan memahami Al-Qur’an serta hadits dengan lebih mendalam. Allah menutup mata beliau, namun membuka mata hati dan ilmu yang luar biasa luasnya. Beliau pernah berkata:

“Aku kehilangan penglihatan, namun Allah gantikan dengan penglihatan hati terhadap ilmu agama yang sangat besar”.

Menuntut Ilmu Tanpa Lelah

Meski dalam keadaan buta, Syaikh bin Baaz sangat bersemangat dalam menuntut ilmu. Beliau belajar kepada para ulama besar di Riyadh, termasuk Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh, yang kemudian menjadi guru utama beliau.

Bukan Nabi, Tapi Namanya Diabadikan: Siapa Sebenarnya Luqman?

Dengan ketekunan dan hafalan yang luar biasa, beliau menjadi salah satu murid paling cerdas dan cepat menangkap pelajaran. Karena itu, beliau pun diangkat menjadi pengajar, dan akhirnya menjadi qadhi (hakim) serta mufti besar kerajaan Saudi Arabia.

Pengabdian sebagai Ulama dan Mufti

Pada tahun 1993, Syaikh bin Baaz diangkat sebagai Mufti Agung Kerajaan Arab Saudi, posisi tertinggi dalam otoritas keagamaan di negeri tersebut. Meski menjabat posisi tinggi, beliau tetap rendah hati, zuhud, dan selalu hidup sederhana. Rumahnya terbuka untuk siapa saja, bahkan rakyat kecil bisa datang langsung bertanya atau minta fatwa.

Setiap hari, beliau menyempatkan waktu untuk menjawab surat-surat umat Islam dari berbagai penjuru dunia. Ribuan surat ditangani langsung olehnya, dan semua dijawab dengan teliti dan penuh perhatian.

Selain itu, beliau juga rutin mengajar tafsir, hadits, fiqih, dan aqidah, baik secara langsung maupun melalui radio dan televisi. Meski telah tua dan buta, beliau tetap hadir di majelis ilmu dan dakwah sampai hari-hari terakhir hidupnya.

Nasihat Khalifah Umar: Cermin Tata Kelola Pemerintahan Ideal

Keistimewaan Akhlak dan Keteladanan

Salah satu hal yang paling membekas dari Syaikh bin Baaz adalah akhlaknya yang luhur. Beliau:

Tidak pernah meninggikan suara dalam debat.

Menyambut semua tamu dengan senyum dan kelembutan.

Tidak merasa lebih tinggi dari murid-muridnya.

Sangat sabar terhadap orang awam yang bertanya berulang-ulang.

Menolong fakir miskin secara diam-diam, bahkan mengirimkan bantuan langsung ke rumah mereka.

Beliau tidak hanya dikenal karena ilmunya, tetapi juga karena kelembutan hatinya. Banyak yang menyaksikan bahwa air mata beliau mudah menetes ketika membaca ayat-ayat Al-Qur’an atau mendengar kisah-kisah sahabat.

Wafatnya Ulama Tercinta

Syaikh bin Baaz wafat pada tanggal 27 Muharram 1420 H (13 Mei 1999 M) dalam usia 89 tahun. Dunia Islam berduka. Ribuan orang dari berbagai negara datang ke Arab Saudi untuk menghadiri pemakaman beliau.

Jenazahnya dishalatkan di Masjidil Haram dan dimakamkan di Makkah. Tangisan dan doa mengiringi kepergiannya. Ribuan pelajar, ulama, dan rakyat biasa menyebut beliau sebagai “ayah bagi umat Islam”.

Warisan Ilmu yang Kekal

Syaikh bin Baaz meninggalkan ratusan karya tulis, rekaman ceramah, dan fatwa-fatwa ilmiah yang menjadi rujukan utama hingga hari ini. Di antaranya:

Majmu’ Fatawa wa Maqalat Mutanawwi’ah (Kumpulan Fatwa dan Artikel)

Penjelasan berbagai kitab aqidah, fiqih, dan tafsir

Ribuan fatwa yang dijawab dengan teliti dan berdasarkan dalil-dalil yang shahih

Beliau juga membina generasi ulama setelahnya, seperti Syaikh Shalih al-Fauzan, Syaikh Utsaimin, dan lainnya yang kini meneruskan perjuangan dakwah beliau.

Pelajaran yang Bisa Kita Ambil

1. Jangan pernah menyerah pada kekurangan fisik. Syaikh bin Baaz membuktikan bahwa kebutaan tidak menghalangi ilmu dan keberhasilan dalam dakwah.

2. Hiduplah sederhana meskipun berada di posisi tinggi. Jabatan tidak membuat beliau sombong atau tertutup dari rakyat.

3. Layanan untuk umat adalah tugas utama ulama. Setiap detik waktunya digunakan untuk membimbing umat, tanpa pamrih.

4. Akhlak mulia adalah buah dari ilmu yang bermanfaat. Semakin tinggi ilmu, semakin rendah hati.

Penutup

Kini, sosok Syaikh bin Baaz memang telah tiada. Tapi jejak ilmunya tetap hidup dalam buku, rekaman, dan teladan yang beliau tinggalkan. Sudah sepantasnya bagi kita untuk mengenal beliau lebih dekat, mendoakan kebaikan untuknya, dan meneladani semangat beliau dalam menuntut ilmu dan berdakwah.

Jika engkau belum pernah membaca riwayat hidup beliau, maka bacalah hari ini. Karena kisah hidup Syaikh bin Baaz bukan hanya menggetarkan hati, tapi juga menyadarkan kita bahwa ulama pewaris nabi adalah pelita yang tak boleh kita abaikan. Ditulis oleh: Abu Ziyad Berik Said, Keterangan Foto (Tengku Iskandar)

× Advertisement
× Advertisement