SURAU.CO – Bayangkan Tuhan hadir dalam gemericik air sawah. Atau, Dia menjelma dalam diri supir dan kucing. Bagi Danarto sastrawan spiritual paling unik Indonesia, pengalaman ini membentuk jiwanya. Pengalaman tersebut kemudian mengalir kuat ke dalam karya-karyanya yang penuh daya pikat gaib. Danarto, yang wafat pada 10 April 2018, tidak lahir dari tradisi agama formal. Ia menemukan jalan rohaninya sendiri. Perjalanan ini melahirkan karya sastra dengan nuansa magis yang kental.
Dalam wawancara Jaringan Islam Liberal (JIL), Danarto mengaku sebagai bagian dari Islam abangan. Hingga usia matang, ia belum akrab dengan shalat. Namun, perubahan besar terjadi pada usia 27 tahun. Sebuah ilham di tengah sawah Garut membuka kesadaran barunya. Padi yang bersemi dan air yang mengalir perlahan menyadarkannya akan kebesaran Tuhan. Ia berkata, “Andai bibit padi ini diguyur air satu tong, dia tentu bisa hanyut dan mati. Makanya harus disiram secara perlahan-gemericik.” Sejak momen pencerahan itu, Danarto mulai menyelami religiusitas, menjalankan shalat. Ini membuka pintu menuju pengalaman spiritual yang lebih mendalam bagi sang sastrawan.
Jejak Awal dan Panggilan Seni Danarto
Danarto lahir di Sragen pada 27 Juni 1941. Ayahnya, Jakio Harjodinomo, seorang mandor pabrik tebu. Ibunya, Siti Aminah, berjualan batik. Meski sederhana, keluarganya memberi bekal pendidikan hingga Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) di Yogyakarta (1958-1961). Di ASRI, ia mengasah kepekaan seni lukis. Kemampuan visual ini nantinya memberi warna pada prosa-prosanya dengan imaji hidup dan sureal.
Akan tetapi, kanvas saja tidak cukup untuk gejolak kreatifnya. Dunia sastra dan drama juga memanggilnya. Selama di Yogyakarta (1959-1964), Danarto bergabung dengan Sanggar Bambu. Sanggar ini menjadi tempat penting bagi seniman muda. Di sana, ia menyalurkan minat dramanya. Ia juga terlibat dalam pagelaran Rendra dan Arifin C. Noer, seringkali sebagai seniman rias dan dekorasi.
Karya Monumental dan Pengakuan Sastra
Tahun 1969 menjadi titik penting. Saat itu, Danarto pindah ke Jakarta. Kota ini menjadi saksi lahirnya karya-karya besarnya. Taman Ismail Marzuki (TIM) menjadi tempat pertamanya. Ia sempat bekerja sebagai tukang poster. Kemudian, pada 1973, ia menjadi pengajar di Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Dari periode inilah lahir Godlob (1974). Kumpulan cerpen ini diambil dari cerpennya di majalah Horison (1968). Godlob segera menandai suara baru yang unik, penuh simbolisme mistis.
Jejak magis Danarto sastrawan spiritual semakin jelas dalam Adam Ma’rifat. Antologi cerpen ini meraih penghargaan Yayasan Buku Utama (1982) dan Dewan Kesenian Jakarta. Selanjutnya, Berhala juga mendapat penghargaan antologi cerpen terbaik (Yayasan Buku Utama, 1987). Karya lain seperti Gergasi (1996), novel Asmaraloka (1999), dan Setangkai Melati di Sayap Jibril (2000) terus mengukuhkan posisinya. Kacapiring (2008), salah satu antologi cerpen terakhirnya, tetap menunjukkan gaya khasnya. Gaya itu memadukan realitas sehari-hari dengan dimensi transendental.
Gaya Surealis dan Nuansa Magis Danarto
Setiap karya Danarto kaya akan nuansa mistis. Ia melukisnya dengan gaya surealis yang bebas. Akmal Nassery dari Tempo, berdasarkan Kacapiring, pernah melabelinya Sastrawan Realis Magis. Namun, banyak yang merasa sebutan itu kurang menangkap imajinasi liar dan kedalaman spiritual karya awalnya, seperti Adam Makrifat. Memang, Danarto sebagai sastrawan sering berada di antara dua dunia: realitas kasat mata dan alam gaib.
Inti kemagisan Danarto adalah pengalaman spiritual yang melimpah. “Saya mengalami pangalaman spiritualitas yang luar biasa pada tahun 1968,” ujarnya kepada JIL. “Saya bangun pagi di rumah orang kaya di Dago, Bandung. Lantas saya dapatkan Tuhan ada di mana-mana. Supir yang Tuhan, kucing yang Tuhan, ayam yang Tuhan, dan lain-lain.” Pengalaman wahdatul wujud (kesatuan wujud) ini sangat memengaruhinya. Akibatnya, ia melihat Ilahi dalam segala bentuk. Setahun sebelumnya, saat pertama shalat, ia merasa seluruh alam bertakbir bersamanya. Ini pengalaman yang juga dahsyat.
Adam Makrifat: Puncak Spiritualitas Karya Danarto
Getaran rohani inilah yang menjadi napas dalam karyanya, terutama Adam Makrifat. Kumpulan cerpen ini adalah cerminan kuat spiritualitas Danarto. Misalnya, cerpen ‘Mereka Toh Tidak Mungkin Menjaring Malaikat’ menampilkan Jibril yang usil. Lalu, ‘Adam Ma’rifat’ sendiri menonjolkan “aku” sebagai cahaya ilahi. Kemudian, ‘Megatruh’ mengisahkan perjalanan suluk seorang salik yang eksentrik. Tokohnya bercengkerama dengan kadal dan batang pisang. Dengan ini, Danarto mengajak pembaca melampaui logika biasa.
Bahkan, dalam cerpen berjudul seperti notasi musik (“Ngung Ngung Cak Cak”), ia seolah ingin menunjukkan bahwa aura spiritual bisa hadir lewat media apa saja. Tidak harus melalui nama-nama Tuhan yang biasa. Sementara itu, ‘Lahirnya Sebuah Kota Suci’ bermain dengan konsep waktu dan kesakralan. Terakhir, ‘Bedoyo Robot Membelot’ menyindir kondisi manusia yang terlena dan melupakan esensi spiritual.
Warisan Abadi Danarto Sastrawan Spiritual
Umar Kayam, dalam pengantar Berhala (Umar Kayam, 1987), melihat Danarto melampaui realisme. Karyanya menyentuh absurditas surealis. Danarto bukanlah sastrawan yang mudah dikategorikan. Ia lincah berpindah dari alam nyata ke alam lain. Kemampuannya keluar-masuk antara dunia konkret dan abstrak menjadikan karyanya memikat.
Pengalaman mistis seperti yang dikenalkan sufi besar seperti Ibn Arabi atau Hamzah Fansuri terasa dalam tulisannya. Pandangan dunia tentang kesatuan wujud, berpadu kultur Jawa yang spiritual, melahirkan karya Danarto yang unik.
Jadi, apakah ia surealis, realis magis, atau lainnya? Danarto sastrawan spiritual ini selalu berada dalam lintasan rohani. Bersama Abdul Hadi W.M., ia menjadi pelopor sastra religius dan magis Indonesia. Kepergiannya pada 2018 adalah kehilangan besar. Namun, warisan magisnya akan terus hidup. Karya-karyanya mengajak kita melihat dunia dengan mata batin. Ia menunjukkan bahwa sastra bisa menjadi jembatan menuju Yang Tak Terkatakan. (Khayun Ahmad Noer)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.