Umat Muslim di seluruh dunia menyambut hari istimewa pada Sabtu, 6 Juli 2025. Tanggal ini bertepatan dengan 10 Muharram 1447 Hijriah. Mereka melaksanakan ibadah puasa Asyura. Ibadah sunnah ini memiliki kedudukan yang sangat mulia. Bahkan, Rasulullah SAW menyebutnya keutamaan puasa Asyura adalah sebagai puasa terbaik setelah Ramadan. Keistimewaan utamanya sangat dinantikan oleh setiap hamba. Puasa ini menjanjikan untuk penghapusan dosa selama setahun yang telah berlalu.
Memahami Makna di Balik Kata Asyura
Nama Asyura memiliki akar kata dari bahasa Arab. Kata ‘asyarah’ berarti sepuluh. Ini secara langsung merujuk pada tanggal pelaksanaannya, yaitu hari kesepuluh di bulan Muharram. Hari ini bukanlah hari biasa. Sehingga, banyak riwayat memuliakannya sebagai hari yang penuh berkah. Sejarah Islam mencatat peristiwa agung pada tanggal ini. Allah SWT menyelamatkan Nabi Musa AS beserta kaumnya. Mereka selamat dari kejaran Firaun yang zalim. Peristiwa inilah yang menjadi fondasi spiritual puasa Asyura.
Janji Pengampunan: Keutamaan Puasa Asyura dalam Hadis
Keutamaan puasa Asyura bukanlah sekadar cerita. Ia bersumber dari sabda Nabi Muhammad SAW. Sebuah hadis shahih memperkuat keistimewaan ibadah ini. Rasulullah SAW bersabda:
“Puasa pada hari Asyura, aku berharap kepada Allah agar dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu.”
(HR. Muslim, No. 1162)
Hadis ini memberikan harapan besar bagi umat Islam. Oleh karena itu, para ulama memberikan penjelasan lebih lanjut. Mereka menegaskan bahwa “dosa” yang dimaksud adalah dosa-dosa kecil. Adapun dosa-dosa besar tetap memerlukan taubat nasuha. Meskipun demikian, janji pengampunan ini menunjukkan betapa besar rahmat Allah. Dia mencintai hamba-Nya yang bersungguh-sungguh mendekatkan diri melalui ibadah.
Akar Sejarah: Bentuk Penghormatan kepada Nabi Musa AS
Ibadah puasa Asyura memiliki jejak sejarah kenabian yang kuat. Riwayat mencatat sebuah momen penting ketika Nabi Muhammad SAW tiba di Madinah. Beliau mendapati komunitas Yahudi di sana sedang berpuasa dan Nabi pun bertanya mengenai alasan mereka berpuasa pada hari itu. Mereka menjawab bahwa 10 Muharram adalah hari kemenangan. Pada hari itu, Allah menyelamatkan Nabi Musa AS dan menenggelamkan Firaun.
Mendengar jawaban itu, Nabi Muhammad SAW memberikan penegasan. Oleh karena itu, beliau bersabda:
“Kami lebih berhak atas Musa daripada mereka.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Sejak saat itu, Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk berpuasa. Ibadah ini menjadi wujud penghormatan atas perjuangan Nabi Musa AS. Sekaligus, ia menegaskan identitas spiritual umat Islam. Umat yang menghargai dan melanjutkan risalah para nabi terdahulu.
Panduan Praktis Pelaksanaan Ibadah
Bagi yang ingin melaksanakannya, penting untuk memahami aturannya. Berikut panduan ringkas mengenai puasa Asyura.
-
Hukum Pelaksanaan: Hukumnya adalah sunnah muakkadah. Artinya, ibadah ini sangat dianjurkan untuk dikerjakan.
-
Waktu Puasa: Puasa dilaksanakan pada tanggal 10 Muharram. Oleh karena itu, waktunya dimulai sejak terbit fajar (waktu Subuh). Puasa berakhir saat matahari terbenam (waktu Maghrib).
-
Niat Puasa: Niat menjadi rukun utama dalam setiap ibadah. Anda cukup berniat di dalam hati dengan tulus. Contoh lafal niatnya: “Saya niat puasa sunnah Asyura karena Allah Ta’ala.”
Spiritualitas Asyura: Lebih dari Sekadar Menahan Lapar
Para ulama besar menekankan makna mendalam di balik puasa ini. Imam Nawawi dalam kitabnya, Syarh Shahih Muslim, menyatakan puasa Asyura adalah sunnah Nabi. Beliau melaksanakannya secara konsisten. Imam Ibnul Qayyim juga menyoroti spiritnya. Keutamaan Asyura bukan hanya soal menahan lapar dan dahaga. Akan tetapi, ia mengandung semangat tauhid, syukur, dan refleksi sejarah.
Puasa Asyura membuka ruang bagi setiap Muslim untuk merenung. Sehingga, ibadah ini mengajak kita untuk:
-
Mengenang kembali perjuangan para nabi melawan kezaliman.
-
Memperbanyak amalan lain seperti doa, zikir, dan sedekah.
-
Memohon ampunan tulus atas segala kesalahan di masa lalu.
-
Memperkuat ikatan spiritual dengan Allah SWT.
Pada akhirnya, puasa Asyura adalah kesempatan emas. Sebuah ibadah yang ringan namun memiliki dampak spiritual yang besar. Ia menjadi momen untuk memulai lembaran baru yang lebih bersih.