SURAU.CO – Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi), tampil dengan respons tenang namun tegas di tengah pusaran isu ijazah palsu. Isu ini kembali menghangat. Menanggapi hasil survei terbaru Indikator Politik Indonesia, Jokowi menyoroti “logika sehat” masyarakat. Survei tersebut menunjukkan mayoritas publik tak percaya tudingan itu. Namun, ia tak berhenti di situ. Selain itu, Presiden juga memberi sinyal jelas. Babak selanjutnya dari polemik ini akan berlanjut ke meja hijau.
Angka signifikan, 66 persen, terekam dalam survei Indikator Politik Indonesia. Angka ini seolah menjadi validasi atas keyakinan Presiden. Kemudian, ketika wartawan meminta tanggapannya di kediaman Sumber, Kota Solo, Jawa Tengah, Kamis (29/5/2025), Jokowi menyambut temuan itu dengan pandangan optimis. Ia percaya, angka tersebut adalah cerminan dari nalar publik yang berfungsi baik.
“Ya artinya masyarakat memiliki logika dan penalaran yang sehat. Memiliki logika, logika penalaran yang sehat, artinya itu,” ujar Jokowi.
Ia menggarisbawahi esensi dari respons publik. Menurutnya, tudingan pemalsuan ijazah itu sendiri bertentangan dengan akal sehat. Oleh karena itu, “Karena logikanya memang nggak masuk (akal). Saya kira 68 persen ya mau menyampaikan ketidakpercayanya,” imbuhnya. Ia seolah ingin menekankan betapa absurdnya tuduhan tersebut bagi sebagian besar masyarakat.
Seni Menerima Perbedaan di Panggung Demokrasi
Akan tetapi, demokrasi adalah panggung ragam suara. Survei yang sama juga menangkap adanya 19 persen responden. Mereka meyakini ijazah Jokowi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) bermasalah. Meskipun demikian, mantan Wali Kota Solo ini justru menunjukkan sikap lapang dada, alih-alih gusar. Baginya, perbedaan pendapat adalah bumbu penyedap dalam kehidupan berbangsa.
“Ya, pasti ada yang pro, ada yang kontra, ada percaya, ada yang nggak percaya,” tutur Jokowi dengan nada santai. Ia melihat spektrum pandangan ini sebagai hal yang wajar. Lebih lanjut, ini adalah konsekuensi alamiah dari kebebasan berpendapat. Ini adalah sinyal bahwa ia menghargai dinamika opini publik. Bahkan, itu berlaku sekalipun menyangkut integritas pribadinya.
Panggung Pengadilan: Arena Pembuktian Mutlak
Di sinilah ketegasan Jokowi mulai terasa. Ia tidak ingin isu ini terus menjadi bola liar. Isu ini bergulir tanpa akhir di ruang publik. Karena itu, Presiden dengan mantap menyatakan akan menyerahkan seluruh persoalan ini pada koridor hukum. Babak baru dari saga ini, menurutnya, adalah pembuktian di pengadilan.
“Tapi semuanya nanti kita serahkan pada proses hukum,” tegas Jokowi. Keyakinan terpancar jelas saat ia menggambarkan bagaimana proses peradilan akan menguak tabir kebenaran.
“Nanti di pengadilan akan terbuka semuanya secara jelas dan gamblang terang-benderang semuanya. Karena di situ pasti nanti ada fakta-fakta, ada bukti-bukti, ada saksi-saksi semuanya akan di buka di sidang pengadilan ya,” paparnya.
Pernyataan ini bukan hanya sekadar kesiapan. Sebaliknya, ini adalah sebuah tantangan terbuka bagi siapapun yang meragukan. Mereka dipersilakan membawa kasus ini ke ranah legal, tempat semua argumen akan diuji secara faktual.
Di Balik Angka Survei: Kesadaran Publik dan Metodologi
Penting untuk dicatat, Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, sebelumnya telah membeberkan sesuatu. Kesadaran publik akan isu ini sangat tinggi, yakni mencapai 75,9 persen. Artinya, mayoritas masyarakat memang mengikuti perkembangan kontroversi ini.
Survei tersebut melibatkan 1.286 responden. Mereka diwawancarai melalui telepon. Dengan metode double sampling, Indikator Politik Indonesia menghasilkan survei. Survei ini memiliki margin of error sekitar 2,8 persen dan tingkat kepercayaan 93 persen. Angka-angka ini memberikan landasan ilmiah. Akibatnya, klaim bahwa mayoritas publik memang tidak mempercayai tudingan ijazah palsu tersebut menjadi kuat.
Respons Jokowi menunjukkan strategi komunikasi yang matang. Pertama, ia mengakui suara publik. Kedua, ia menghargai perbedaan. Namun, ia tetap mengarahkan penyelesaian sengketa pada jalur formal yang paling kredibel, yakni pengadilan. Bola panas isu ijazah ini kini bergulir. Publik menanti siapa yang akan membawanya ke babak pembuktian sesungguhnya. Kemudian, publik pun menanti apakah “panggung” pengadilan akan benar-benar menjadi ajang pembuktian final. Ajang yang diharapkan mengakhiri segala spekulasi. (KAN)