Pendidikan Formal Bukan SegalanyaS
Surau.co-Pernyataan mengejutkan datang dari Ketua Umum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia, soal dunia pendidikan. Bahlil menyampaikan ini ketika sedang menyapa para pejabat yang hadir dalam acara Musyawarah Pimpinan Nasional (Muspinas) III Kosgoro 1957 di Jakarta, Rabu (7/5/2025) malam, ia menyebut kuliah tidak menjamin kesuksesan di dunia politik.
Adapun Bahlil awalnya menyapa Gubernur Lemhannas, Ace Hasan Syadzily yang hadir ke acara itu. Ucapan itu langsung menyedot perhatian publik dan ramai dibicarakan di berbagai platform media.
Banyak yang setuju, tapi tak sedikit juga yang langsung menyerang balik argumen tersebut. Apakah benar pendidikan tinggi tak lagi penting dalam membangun karier di dunia politik?
Kampus Tak Selalu Jadi Jalan Utama Menuju Kursi Kekuasaan
Bahlil bukan sosok politikus yang lahir dari universitas bergengsi dengan gelar berjajar rapi. Ia meniti karier dari bawah, bahkan sempat menjadi sopir angkot sebelum duduk di pemerintahan.
Dalam pernyataannya, ia menegaskan bahwa pengalaman dan ketekunan lebih penting dari gelar. Menurutnya, banyak tokoh sukses yang kariernya tak ditentukan oleh latar pendidikan formal.
Hal itu memicu diskusi besar tentang peran kampus dalam membentuk pemimpin masa depan bangsa. Tak bisa dimungkiri, banyak pejabat sukses bukan karena nilai IPK atau kampus ternama.
Mereka justru unggul karena koneksi sosial, mental baja, dan keberanian mengambil keputusan. Bahlil bahkan menyebut, dirinya adalah contoh nyata dari hal tersebut yang patut dicermati.
Ia mengajak masyarakat, terutama generasi muda, tidak terlalu memuja gelar akademik semata. Menurutnya, dunia nyata justru menuntut kecerdikan, keberanian, dan kepemimpinan sejati.
Reaksi Publik Terbelah, Netizen Heboh Komentari Pernyataan Bahlil
Ucapan Bahlil ini tentu saja langsung viral dan menuai beragam reaksi dari berbagai kalangan. Ada yang merasa pernyataannya meremehkan pentingnya pendidikan bagi masa depan generasi bangsa. Namun, ada juga yang membela dan menilai Bahlil hanya menyampaikan realita yang sebenarnya.
Di media sosial, topik ini menjadi trending dan memicu perdebatan panjang antar warganet. Sebagian menganggap ini tamparan keras bagi sistem pendidikan yang tak sesuai dunia nyata.
Beberapa netizen menyindir, “Jadi kuliah mahal-mahal buat apa kalau akhirnya nggak dipakai?” Komentar itu memicu diskusi lebih dalam mengenai relevansi kurikulum pendidikan saat ini.
Banyak yang mulai bertanya, apakah kampus hanya jadi formalitas tanpa dampak signifikan? Di sisi lain, beberapa akademisi mempertahankan argumen bahwa pendidikan tetap sangat penting. Menurut mereka, pendidikan bukan hanya soal gelar, tapi juga membentuk cara berpikir kritis.
Apa Makna Sebenarnya di Balik Ucapan Bahlil?
Meski kontroversial, bisa jadi ucapan Bahlil punya pesan tersirat yang layak dipahami mendalam. Ia tak sedang menghina pendidikan, tapi menyadarkan bahwa politik butuh lebih dari sekadar ijazah. Panggung politik dipenuhi tantangan yang tak diajarkan di bangku kuliah manapun di dunia.
Skill negosiasi, kepemimpinan, dan komunikasi tak selalu bisa diajarkan lewat teori akademik. Realita di lapangan seringkali menuntut adaptasi dan keberanian yang datang dari pengalaman hidup.
Bahlil ingin menegaskan bahwa setiap orang punya jalan berbeda dalam mencapai kesuksesan pribadi. Ia memberi inspirasi bahwa keterbatasan bukan penghalang, selama kita mau terus berjuang. Namun, tetap penting diingat bahwa pendidikan tetap jadi fondasi penting dalam pembangunan bangsa.
Jangan sampai pernyataan ini dijadikan dalih untuk meremehkan pentingnya menempuh pendidikan. Karena di dunia politik maupun lainnya, bekal ilmu tetap jadi kekuatan utama menghadapi masa depan.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.