SURAU.CO – Air zam-zam menjadi sumber air paling bersejarah di dunia Islam. Sumber air ini berada di Masjidil Haram, Makkah, tepat di sebelah Ka’bah. Airnya tidak pernah kering meskipun jutaan orang dari seluruh dunia menggunakannya setiap tahun. Keberadaannya menjadi saksi perjalanan iman, kesabaran, dan tawakal seorang ibu mulia, Siti Hajar, bersama anaknya, Nabi Ismail AS.
Di balik keberkahan air zam-zam, tersimpan kisah penuh kesabaran, ketabahan, dan keyakinan seorang ibu bernama Siti Hajar yang berjuang bersama putra, Nabi Ismail AS. Kisah ini memuat nilai sejarah sekaligus menjadi bagian dari syiar Islam yang Allah abadikan dalam ibadah haji dan umrah. Apalagi Allah menyebut keutamaan air zam-zam dalam QS Al-Baqarah: 158.
Asal Usul Siti Hajar dan Kelahiran Nabi Ismail
Ibnu Katsir dalam Kisah Para Nabi: Sejarah Lengkap Kehidupan Para Nabi Sejak Adam hingga Isa (2017) menjelaskan bahwa Siti Hajar adalah perempuan salehah asal Mesir. Orang-orang mengenalnya sebagai Siti Hajar al-Qibthiyah al-Mishriyah. Siti Sarah, istri pertama Nabi Ibrahim AS, awalnya memiliki Siti Hajar sebagai budaknya.
Karena Siti Sarah belum memiliki keturunan, ia dengan ikhlas memberikan Siti Hajar kepada Nabi Ibrahim untuk dinikahi. Dari pernikahan itu, Allah SWT menganugerahkan seorang putra yang kelak menjadi nabi, yakni Ismail AS.
Perintah Allah untuk Membawa Siti Hajar dan Ismail ke Tanah Tandus
Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim melalui mimpi untuk membawa Siti Hajar dan bayi Ismail menuju sebuah lembah sunyi yang tandus, tanpa sumber air maupun tanaman. Wilayah itu berada di sekitar Baitullah (Ka’bah) di Makkah yang saat itu belum berpenghuni.
Setelah sampai di lokasi, Nabi Ibrahim meninggalkan keduanya dengan sedikit bekal. Siti Hajar bertanya, “Apakah ini perintah Allah?” Nabi Ibrahim mengangguk. Siti Hajar pun menjawab dengan penuh keyakinan, “Kalau begitu, Allah tidak akan menelantarkan kami.” (HR.Bukhari)
Kalimat tersebut menunjukkan betapa kuatnya iman yang dimiliki Siti Hajar.
Perjuangan Siti Hajar di Bukit Shafa dan Marwah
Ketika bekal habis dan air susu mengering, Ismail menangis kehausan. Siti Hajar berusaha mencari air atau pertolongan. Ia naik ke Bukit Shafa dan memandang ke segala arah, namun ia tidak melihat siapa pun. Lalu ia berlari menuju Bukit Marwah dengan harapan menemukan bantuan.
Siti Hajar mengulangi perjalanan bolak-balik antara Bukit Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali. Perjuangannya inilah yang kemudian menjadi ritual sa’i dalam ibadah haji dan umrah, sebagaimana firman Allah:
اِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَاۤىِٕرِ اللّٰهِ ۚ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ اَوِ اعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ اَنْ يَّطَّوَّفَ بِهِمَا ۗ وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًاۙ فَاِنَّ اللّٰهَ شَاكِرٌ عَلِيْمٌ
“Sesungguhnya Shafa dan Marwah merupakan sebagian dari syiar Allah. Maka, orang yang mendengarkan haji ke Baitullah atau berumrah, tidak berdosa bila mengerjakan sa’i di antara keduanya. Siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakannya, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.” (QS Al-Baqarah : 158)
Ayat ini menegaskan bahwa sa’i menjadi simbol perjuangan, kesabaran, dan tawakal kepada Allah yang diteladani Siti Hajar.
Munculnya Air Zam-zam : Pertolongan Allah yang Nyata
Ketika Siti Hajar mulai kelelahan, ia mendengar suara gemericik udara di dekat Ismail. Dari bekas hentakan kaki bayi Ismail, memancar air jernih dari tanah tandus. Siti Hajar segera membuat cekungan di sekitar sumber itu untuk menampung udara sambil berkata, “Zam… zam… zam…,” yang berarti “berkumpullah” atau “melimpah-ruahlah.”
Peristiwa itu menjadi awal mula munculnya mata air zam-zam yang terus mengalir hingga sekarang tanpa pernah kering. Kejadian ini membuktikan bahwa Allah selalu memberikan pertolongan pada saat yang tepat kepada hamba-Nya yang berusaha dan bertawakal sepenuhnya.
Pelajaran Penting dari Kisah Siti Hajar dan Nabi Ismail
- Tawakal penuh kepada Allah
Nabi Ibrahim, Siti Hajar, dan Nabi Ismail selalu menaati perintah Allah sepenuhnya. Meski logika manusia sulit menerimanya, mereka yakin Allah tidak akan menelantarkan hamba-Nya. - Usaha maksimal pantang menyerah
Siti Hajar berlari tujuh kali antara Bukit Shafa dan Marwah, membuktikan bahwa manusia harus terus berusaha meski belum melihat hasilnya. - Pertolongan Allah datang pada waktu yang tepat
Air zam-zam muncul saat Siti Hajar berada di titik lelah. Hal ini mengingatkan bahwa Allah selalu memberi jalan keluar bagi orang yang bersabar. - Peran ibu yang luar biasa
Siti Hajar menunjukkan bagaimana seorang ibu mampu menjadi sumber kekuatan dan pelindung demi keselamatan anaknya, bahkan dalam situasi paling sulit. - Keberkahan dari kesabaran
Kesabaran Siti Hajar menghadirkan keberkahan yang luar biasa, yaitu air zam-zam yang tak pernah habis dan terus menjadi sumber kehidupan.
Kisah Siti Hajar dan Nabi Ismail merupakan warisan iman yang sangat berharga. Dari tanah tandus yang sepi, Allah menumbuhkan mata air zam-zam yang menghidupi jutaan orang dan menjadi awal berdirinya kota Makkah.
Air zam-zam bukan sekedar air, melainkan simbol keajaiban, bukti pertolongan Allah, dan pengingat bahwa setiap kesulitan pasti memiliki jalan keluar. Hingga hari ini, setiap tetes air zam-zam menjadi saksi kesabaran dan tawakal seorang ibu yang percaya sepenuhnya pada Tuhannya.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
