SURAU.CO – Shalat adalah ibadah utama dalam Islam, yang menjadi tiang agama dan pembeda antara Muslim dan non-Muslim. Kewajiban shalat memiliki sejarah panjang yang erat kaitannya dengan peristiwa-peristiwa besar dalam kehidupan Rasulullah ﷺ, termasuk momen turunnya wahyu pertama di Gua Hira. Sejarah shalat tidak hanya berbicara tentang kewajiban ibadah, tetapi juga perjalanan spiritual umat Islam dari masa awal kenabian hingga penyempurnaan syariat. Jika menelusuri sejarahnya, Rasulullah sudah Shalat sebelum wahyu pertama turun.
Artikel ini akan membahas sejarah shalat, bermula dari wahyu pertama, perintah shalat awal, perubahan tata cara, hingga menjadi kewajiban lima waktu seperti yang kita kenal saat ini.
Wahyu Pertama di Gua Hira
Sebelum membahas langsung tentang shalat, penting memahami peristiwa awal kenabian. Rasulullah ﷺ dikenal sebagai pribadi yang gemar menyendiri untuk beribadah dan merenungi ciptaan Allah. Beliau sering menghabiskan waktu di Gua Hira, sebuah gua kecil di Jabal Nur, sekitar 3 mil dari Makkah.
Pada usia 40 tahun, di bulan Ramadan, Malaikat Jibril datang membawa wahyu pertama. Imam Bukhari dari ‘Aisyah r.a. meriwayatkan peristiwa ini sebagai berikut :
“Datanglah malaikat kepada beliau dan berkata: ‘Bacalah.’ Rasulullah menjawab: ‘Aku tidak bisa membaca.’ Lalu malaikat memeluk beliau dengan kuat, kemudian melepaskannya dan berkata lagi: ‘Bacalah.’ Rasulullah menjawab: ‘Aku tidak bisa membaca.’ Hingga ketiga kalinya malaikat berkata:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia, yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-‘Alaq: 1–5)
Wahyu pertama ini menjadi awal kenabian, menegaskan pentingnya ilmu, iman, dan kesadaran akan Sang Pencipta. Meskipun perintah shalat belum turun secara formal, peristiwa ini menandai dimulainya hubungan langsung Rasulullah ﷺ dengan wahyu Allah.
Awal Perintah Shalat
Perintah shalat tidak datang bersamaan dengan wahyu pertama, melainkan beberapa tahun kemudian melalui peristiwa Isra’ Mi’raj. Namun, sebelum Isra’ Mi’raj, Rasulullah ﷺ sudah melaksanakan shalat dalam bentuk yang lebih sederhana. Ulama berbeda pendapat tentang bagaimana bentuk shalat pada masa awal kenabian:
- Shalat Dua Rakaat Pagi dan Petang
Sebagian riwayat menyebutkan bahwa sejak awal dakwah, Rasulullah ﷺ dan para sahabat melaksanakan shalat dua rakaat pada pagi dan dua rakaat pada sore hari, mengikuti jejak para nabi sebelumnya. - Pengaruh Shalat Nabi Ibrahim dan Nabi Musa
Beberapa pendapat mengatakan bahwa bentuk awal shalat sudah dikenal dalam ajaran Nabi Ibrahim dan Nabi Musa, namun tata caranya disempurnakan oleh Rasulullah ﷺ. - Bimbingan Langsung dari Malaikat Jibril
Dalam hadits disebutkan bahwa Malaikat Jibril pernah mengajarkan langsung kepada Rasulullah ﷺ cara bersuci (wudhu) dan melaksanakan shalat.
Peristiwa Isra’ Mi’raj dan Penetapan Shalat Lima Waktu
Perintah shalat lima waktu secara formal turun pada peristiwa Isra’ Mi’raj, sekitar satu setengah tahun sebelum hijrah ke Madinah. Peristiwa ini terjadi di saat Rasulullah ﷺ menghadapi tekanan berat dari kaum Quraisy.
Dalam Isra’ Mi’raj, Rasulullah ﷺ melakukan perjalanan malam dari Masjidil Haram (Makkah) ke Masjidil Aqsa (Palestina), lalu dinaikkan ke Sidratul Muntaha di langit ketujuh. Di sanalah beliau menerima perintah langsung dari Allah untuk melaksanakan shalat.
Awalnya, Allah mewajibkan shalat sebanyak 50 kali sehari. Namun, setelah beberapa kali kembali dan meminta keringanan atas saran Nabi Musa, kewajiban tersebut Allah ringankan menjadi 5 kali sehari, dengan pahala setara 50 kali. Hal ini sebagaimana riwayat oleh Imam Bukhari dan Muslim.
Penyempurnaan Tata Cara Shalat
Seiring waktu, tata cara shalat disempurnakan melalui wahyu dan tuntunan Rasulullah ﷺ. Penyempurnaan tersebut meliputi:
- Arah Kiblat
Pada awalnya, umat Islam shalat menghadap Baitul Maqdis. Namun, setelah turun wahyu di Madinah, kiblat berubah ke Ka’bah di Makkah:
“Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram…” (QS. Al-Baqarah: 144) - Gerakan dan Bacaan
Rasulullah ﷺ mengajarkan gerakan rukun shalat (takbir, rukuk, sujud, dan duduk) serta bacaan yang harus diucapkan. - Waktu Shalat
Allah menetapkan lima waktu shalat yang pasti: Subuh, Zuhur, Asar, Magrib, dan Isya, sesuai dengan pergerakan matahari.
Kedudukan Shalat dalam Islam
Shalat memiliki kedudukan yang sangat penting dalam agama Islam. Al Qur’an memberikan perhatian yang lebih terhadap perintah shalat. Bahkan Islam menyebut shalat sebagai tiang agama. Shalat adalah ibadah wajib yang pertama kali dan merupakan wasiat terakhir Nabi Muhammad SAW. Selain itu, shalat juga menjadi amalan yang pertama kali akan mendapat hisab di hari kiamat.
Shalat menempati posisi istimewa dalam Islam. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Shalat adalah tiang agama. Barangsiapa mendirikannya, ia telah menegakkan agama; dan barangsiapa meninggalkannya, ia telah merobohkan agama.”
(HR. Baihaqi)
Selain itu, shalat sebagai amal pertama yang akan mendapat hisab pada hari kiamat. Jika shalatnya baik, maka amal lainnya juga akan baik, dan jika shalatnya rusak, maka amal lainnya pun akan rusak (HR. Tirmidzi).
Hikmah dan Makna Shalat
Shalat tidak hanya ritual ibadah atau rutinitas semata, tetapi juga memiliki hikmah yang mendalam. Jika mengamalkan shalat dengan sungguh-sungguh, pasti akan mendatangkan ketenangan hati dan keselamatan dalam hidup di dunia maupun di akhirat nanti. Beberapa hikmah shalat antara lain yaitu :
- Hubungan Langsung dengan Allah
Shalat adalah sarana komunikasi seorang hamba dengan Tuhannya, mengandung pujian, doa, dan pengakuan akan kebesaran-Nya. - Penyucian Jiwa
Shalat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar (QS. Al-Ankabut: 45). - Disiplin Waktu
Dengan lima waktu yang pasti, shalat melatih kedisiplinan dan keteraturan dalam hidup. - Persatuan Umat
Shalat berjamaah mempererat ukhuwah dan menyatukan umat Islam tanpa memandang latar belakang.
Hubungan Wahyu Pertama dan Shalat
Meski wahyu pertama di Gua Hira belum memerintahkan shalat secara eksplisit, ayat tersebut menekankan membaca, belajar, dan mengingat Allah. Nilai-nilai ini menjadi fondasi shalat: kesadaran, pengetahuan, dan penghambaan kepada Allah. Dengan demikian, perjalanan dari wahyu pertama hingga perintah shalat lima waktu adalah proses pembentukan spiritual umat Islam.
Sejarah shalat bermula dari momen monumental turunnya wahyu pertama di Gua Hira, yang menanamkan kesadaran ber-Tuhan dan pentingnya ilmu, hingga penetapan shalat lima waktu melalui Isra’ Mi’raj. Shalat menjadi pilar utama agama, penghubung langsung antara hamba dan Tuhannya, serta pengingat akan tujuan hidup yang sesungguhnya.
Memahami sejarah shalat membuat kita lebih menghargai ibadah ini. Shalat bukan sekadar rutinitas, tetapi warisan agung dari Rasulullah ﷺ yang harus dijaga kualitas dan kekhusyukannya. Dengan demikian, setiap rakaat yang kita laksanakan adalah kelanjutan dari perjalanan spiritual panjang yang berawal dari Gua Hira lebih dari 14 abad yang lalu.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
