Mode & Gaya
Beranda » Berita » Obsesi: Ancaman Tersembunyi terhadap Efisiensi Kerja

Obsesi: Ancaman Tersembunyi terhadap Efisiensi Kerja

Visualisasi Obsesi
Visualisasi Obsesi

SURAU.CO – Efisiensi kerja menjadi salah satu faktor utama dalam dunia profesional modern. Namun, tidak semua hambatan produktivitas bersifat eksternal. Michael J. Napoliello dalam jurnalnya menyebut bahwa obsessive thinking atau pikiran penuh obsesi dapat menjadi sumber gangguan internal paling signifikan dalam lingkungan kerja kognitif tinggi.

 

Apa Itu Obsessive Thinking?

Menurut American Psychiatric Association, obsesi didefinisikan sebagai “gagasan atau dorongan yang tidak diinginkan dan terus-menerus yang tidak bisa dieliminasi dengan logika.” Sementara itu, Wölpe menggambarkannya sebagai pola pikir berulang yang tidak realistis, tidak produktif, dan memicu kecemasan.

Napoliello menekankan bahwa obsesi sering muncul tanpa kendali individu. Ia bukan sekadar pikiran yang melekat, melainkan mekanisme pertahanan psikologis ketika ego gagal meredam emosi kuat seperti rasa takut, amarah, atau hasrat.

“Obsessions are persistent, intrusive, unwanted ideas that are unproductive and anxiety-arousing.” (Napoliello, 1980:410)

Kisah Abadi Resep Kue Para Arifin

 

Dampak Obsesi dalam Konteks Kerja

Di lingkungan kerja, obsesi bertindak sebagai distraksi internal yang memperburuk produktivitas, terutama pada pekerjaan yang bersifat kognitif seperti manajerial, administrasi, dan penelitian. Dalam pekerjaan manual, obsesi mungkin tidak mempengaruhi ritme secara signifikan. Namun, dalam pekerjaan berpikir, gangguan internal ini dapat menghancurkan konsentrasi.

Sebagai contoh, seorang eksekutif yang terobsesi dengan kekuasaan akan cenderung bersikap agresif, mendominasi, dan sulit berkolaborasi. Sementara itu, karyawan yang terus-menerus memikirkan urusan pribadi akan kesulitan fokus menyelesaikan tugas-tugas penting.

“Obsessions can be considered a major variety of internal distraction…” (Napoliello, 1980:411)

 

Dahlan: Bisikan Prabowo Subianto

Perbedaan Obsesif Normal dan Patologis

Napoliello membedakan antara refleksi mendalam yang produktif dan obsesi patologis. Refleksi bisa adaptif dan bermanfaat. Namun, jika pikiran tersebut berulang secara tidak terkendali dan menimbulkan tekanan, maka hal itu berubah menjadi gangguan.

Obsesi patologis sering muncul bersama kompulsi, yaitu dorongan tak tertahankan untuk melakukan tindakan tertentu secara berulang. Contoh klasik adalah orang yang mencuci tangan puluhan kali sehari karena takut kotor.

Kasus ini juga berkaitan erat dengan phobia, yakni rasa takut terhadap objek atau situasi tertentu yang bersifat simbolik.

 

Tantangan Mengukur dan Menangani Obsesif di Kantor

Sayangnya, penelitian ilmiah tentang obsesi di tempat kerja masih sangat minim. Hal ini terjadi karena obsesi bersifat subjektif dan sulit diukur. Instrumen seperti Leyton Obsessional Inventory lebih cocok digunakan pada pasien gangguan berat, bukan pada karyawan umum.

Hikmah Permintaan Maaf: Perjalanan Nikah Sahabat Karib

Napoliello menyebut bahwa tingkat keparahan, frekuensi, dan intensitas menjadi pembeda utama antara obsesi normal dan patologis. Namun, pengukuran dampak langsungnya terhadap produktivitas tetap menjadi tantangan besar.

 

Strategi Mengurangi Dampak Obsesif dalam Dunia Kerja

Meskipun sulit diukur, Napoliello menawarkan beberapa strategi pengelolaan obsesi di lingkungan kerja:

  • Kolaborasi tim untuk mengalihkan perhatian dari obsesi
  • Penggunaan jadwal, diagram alir, dan tenggat waktu untuk menjaga fokus
  • Peran supervisor atau rekan kerja sebagai pengingat produktivitas
  • Rujukan ke profesional kesehatan mental jika kasus ini mengarah ke kecemasan berat atau depresi

Dalam kasus berat, hal ini mungkin muncul sebagai bagian dari gangguan obsesif-kompulsif (OCD). Dalam konteks ini, pengobatan dengan antidepresan seperti clomipramine atau teknik perilaku seperti thought-stopping dan flooding dapat digunakan.

“Obsessions that are secondary to anxiety or depression tend to remit when the respective condition is treated.” (Napoliello, 1980:411)

 

Penutup: Kesadaran Psikologis sebagai Kunci Produktivitas

Michael J. Napoliello menutup artikelnya dengan seruan perlunya pendekatan psikologis yang lebih terstruktur dalam memahami obsesi kerja. Ia mengajak para peneliti untuk menciptakan instrumen evaluasi yang bisa mengukur gangguan ini secara kuantitatif.

Bagi dunia profesional, penting untuk menyadari bahwa tidak semua hambatan bersifat eksternal. Banyak orang bekerja di bawah tekanan pikiran yang tidak mereka sadari. Oleh karena itu, membangun budaya kerja yang sehat secara mental menjadi langkah krusial. (AE).

 

× Advertisement
× Advertisement