Setiap orang tua tentu menginginkan anaknya tumbuh menjadi pribadi yang cerdas, berakhlak mulia, dan memiliki pemahaman agama yang baik. Namun, harapan tersebut tidak akan terwujud begitu saja tanpa upaya yang sungguh-sungguh sejak dini. Dalam Islam, pendidikan anak merupakan tanggung jawab utama keluarga, sebagaimana sabda Rasulullah : “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadis ini menjadi pengingat bahwa orang tua memiliki peran besar dalam membentuk arah hidup dan nilai spiritual anak. Salah satu cara yang paling mendasar adalah dengan menanamkan semangat belajar Islam sejak usia dini, dan bukan sekadar mengajarkan pengetahuan agama, tetapi membangun kecintaan terhadap ilmu, iman, dan amal saleh sebagai satu kesatuan yang hidup dalam keseharian anak.
Masa Keemasan yang Tak Terulang
Usia dini sering disebut sebagai golden age, masa di mana kemampuan kognitif, emosional, dan spiritual anak berkembang sangat pesat. Pada usia 0–7 tahun, anak mudah meniru dan menyerap perilaku di sekitarnya. Karena itu, masa ini menjadi waktu paling efektif untuk menanamkan nilai-nilai keislaman.
Orang tua mengajak anak untuk mengenal Allah, memahami makna doa, dan merasakan kasih sayang melalui cerita-cerita Islami, mereka tidak sekadar belajar tentang agama, tetapi juga menginternalisasi nilai-nilai iman secara alami. Anak akan terbiasa berpikir bahwa segala sesuatu berasal dari Allah, bahwa kebaikan adalah bagian dari ibadah, dan bahwa menuntut ilmu adalah perintah yang mulia.
Menanamkan semangat belajar Islam pada masa ini berarti menyiapkan pondasi kokoh bagi pembentukan karakter di masa depan. Sebagaimana pepatah Arab mengatakan, “Belajar di waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu, sedangkan belajar di waktu dewasa bagaikan mengukir di atas air.”
Metode Menanamkan Semangat Belajar Islam
Menumbuhkan semangat belajar agama pada usia dini dengan menghilangkan sikap kaku oleh orang tua. Justru, cara yang menyenangkan, penuh cinta, dan berulang secara konsisten akan jauh lebih efektif.
Orang tua dapat memulainya dengan menciptakan suasana rumah yang Islami. Orang tua senantiasa mendorong anak mendengarkan lantunan Al-Qur’an. Menerapkan pola membiasakan doa sebelum dan sesudah aktivitas. Menceritakan kisah para nabi dan sahabat memudahkan anak untuk memahami nilai-nilai Islami.
Selain itu, keteladanan orang tua merupakan metode paling kuat. Membandingkan anak-anak yang belajar sendiri (aktif) dengan yang mendengarkan adalah dua hal yang berbeda. Ketika mereka melihat orang tuanya rajin salat, menjaga ucapan, atau mengucap syukur. Maka, anak akan meniru perilaku itu secara alami. Pendidikan dalam keluarga tidak berhenti di lisan, tetapi hidup melalui tindakan sehari-hari.
Cara lain adalah dengan membangun rutinitas kecil yang bernilai ibadah, misalnya shalat berjamaah, mengaji bersama, atau berbagi sedekah kepada sesama. Aktivitas sederhana ini akan menumbuhkan rasa senang dan bangga pada nilai-nilai Islam. Dari hal-hal kecil seperti inilah semangat belajar itu tumbuh, bukan dari paksaan, tetapi dari rasa cinta dan keteladanan.
Belajar Islam Sebagai Bentuk Iman dan Identitas
Menanamkan semangat belajar Islam sejak dini bukan hanya tentang mengajarkan ilmu agama, tetapi juga membentuk identitas diri seorang Muslim. Anak yang tumbuh dengan semangat belajar Islam akan memahami bahwa setiap ilmu bersumber dari Allah dan harus digunakan untuk kebaikan.
Semangat ini juga melahirkan sikap rendah hati, tangguh, dan berorientasi pada amal saleh. Ketika mereka terbiasa menanyakan makna di balik setiap perintah agama. Seperti mengapa harus jujur, mengapa harus berdoa, mengapa harus berbagi itu berarti mereka belajar mengaitkan nilai spiritual dengan kehidupan nyata.
Dari sinilah muncul generasi muda Muslim yang tidak hanya tahu “apa yang harus dilakukan”, tetapi juga memahami “mengapa ia harus melakukannya.”
Tiga Alasan Mengapa Orang Tua Menanamkan Semangat Belajar Islam Sejak Dini
Menanamkan semangat belajar Islam sejak dini memiliki urgensi yang besar bagi orang tua karena tiga alasan utama. Pertama, pendidikan agama di usia dini membantu membentuk fondasi akidah yang kuat, sehingga anak tumbuh dengan arah spiritual yang jelas dan mampu menolak pengaruh negatif di tengah arus globalisasi yang sering mengaburkan nilai moral.
Kedua, kegiatan belajar Islam bersama anak juga menguatkan ikatan emosional antara anak dan orang tua, sebab momen seperti membaca doa bersama, mendampingi salat, atau bercerita kisah nabi tidak hanya mengajarkan agama, tetapi juga menumbuhkan rasa aman, cinta, dan kedekatan batin yang mendalam.
Ketiga, menumbuhkan nilai Islam sejak dini membentuk karakter dan ketahanan moral anak di masa depan, karena nilai-nilai kejujuran, kedisiplinan, tanggung jawab, dan kepedulian yang diajarkan sejak kecil akan menjadi kompas hidup yang menuntun mereka menghadapi tantangan zaman. Dengan demikian, pendidikan Islam sejak dini menjadi investasi moral dan spiritual yang hasilnya akan dirasakan seumur hidup, baik bagi anak maupun bagi orang tua yang mendidiknya dengan cinta dan keteladanan.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
