Masjid
Beranda » Berita » Lafadz Al-Qur’an: Pentingnya Mempelajari Ilmu Nahwu

Lafadz Al-Qur’an: Pentingnya Mempelajari Ilmu Nahwu

Lafadz Al-Qur'an: Pentingnya Mempelajari Ilmu Nahwu

Lafadz Al-Qur’an: Pentingnya Mempelajari Ilmu Nahwu.

 

 

Pada zaman kekhalifahan Umar bin Khattab, ada seorang Arab Badui yang datang dan meminta seseorang untuk membacakan ayat Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad kepadanya. Namun, orang tersebut salah membacakan ayat tersebut, sehingga maknanya menjadi berbeda. Arab Badui tersebut meragukan bahwa Allah berlepas diri dari Rasul-Nya, dan jika Allah berlepas diri dari Rasul-Nya, maka dia juga akan berlepas diri dari Rasul-Nya.

Umar mendengar percakapan tersebut dan bertanya kepada Arab Badui apakah dia benar-benar berlepas diri dari Rasulullah. Arab Badui menjelaskan bahwa dia datang ke Madinah tanpa pengetahuan tentang Al-Qur’an, dan ketika dia meminta seseorang untuk membacakan Al-Qur’an kepadanya, orang tersebut salah membacakan ayat Bara’ah (At-Taubah).

Thoha Husein Pemikir Besar Mesir dan Pembaharu Sastra Arab

Umar menjelaskan bahwa sebenarnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrik, bukan dari Rasul-Nya sendiri. Arab Badui kemudian bertanya bagaimana sikap yang benar menurut amirul mukminin, dan Umar menjelaskan bahwa sebenarnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrik (Qs. At-Taubah [9]:3). Dalam cerita ini, kita belajar pentingnya pemahaman yang benar terhadap Al-Qur’an dan betapa pentingnya untuk memahami ayat-ayat dengan benar agar tidak terjadi kesalahpahaman.

Al-Quran Untuk Yang Memahami Bahasa Arab

Arab badui itu berkata “Jika demikian maka aku akan berlepas diri dari apa yang Allah dan Rasul-Nya berlepas diri.” Selanjutnya Umar bin Khathab memerintahkan untuk tidak sembarangan membacakan Al Qur’an kepada orang-orang. Umar memerintahkan untuk tidak membacakan Al Qur’an selain orang yang memahami bahasa Arab.

Umar lalu memerintahkan kepada Abu Al Aswad untuk membuatkan kitab tentang ilmu nahwu. Dari Ali bin Al Ja’ ad, dia berkata, “Aku mendengar Syu’bah berkata ‘Perumpamaan orang yang menguasai hadits namun tidak mengetahui ilmu bahasa Arab adalah seperti seekor keledai yang membawa tempat makanan hewan ternak namun tidak ada makanan (rumput) di dalamnya’.” Hammad bin Salamah berkata, “Siapa saja yang mempelajari hadits namun tidak manpelajari ilmu nahwu atau bahasa Arab maka orang itu bagaikan keledai yang di atasnya terdapat wadah makanan ternak namun tidak terdapat gandum di dalamnya.”

Kerusakan Madzhab Yang Mengikari Ilmu Nahwu

Ibnu Athiyyatr berkata “I’rab Al Qur an (membaca Al Qur’an dengan fasih) adalah dasar dalam syariat Islam. Karena dengannya makna-makna Al Qur)an berdiri. Dan, makna-makna tersebut merupakan syariat.” Ibnu Al Anbari berkata, “Ada beberapa riwayat yang datang dari para sahabat Rasulullah dan tabi’in. Mereka berhujjah atas lafazh yang asing dalam Al Qur an dan permasalahan yang ada padanya dengan menggunakan bahasa Arab dan syair. Hal ini menjelaskan bahwa apa yang dilakukan oleh madzhab ahli nahwu adalah benar. Hal tersebut juga menjelaskan bahwa madzhab yang mengingkari hal tersebut adalah madzhab yang rusak (salah).

Lafadz Al-Qur’an Yang Asing Seperti Syair

Di antara riwayat tersebut adalah riwayat yang diceritakan oleh Ubaid bin Abdul Wahid bin Syuraik Al Bazzar kepada kami, dia berkata: Ibnu Abi Maryam menceritakan kepada kami, Ibnu Farukh memberitahukan kepada kami, dia berkata: Usamah mengabarkan kepada kami, dia berkata Ikrimah mengabarkan kepada kami bahwa lbnu Abbas berkata: “Jika kalian hendak bertanya kepadaku mengenai lafazh Al Qur an yang asing maka carilah dalam syair, sesungguhnya syair adalah kumpulan bahasa Arab.”  Idris bin AMul Karim menceritakan kepada kami, dia berkata Khalaf
menceritakan kepada kami, dia berkata, Hammad bin Zaid menceritakan kepada kami dari Ali bin Zaid bin Jud’an, dia berkata “Aku mendengar Sa’id bin Jubair dan Yusuf bin Mihran, mereka berkata, ‘Kami mendengar Ibnu Abbas pernah ditanya mengenai sesuatu dalam Al Qur’an, kemudian dia berkata, Seperti ini dan seperti itu. Tidakkah kalian mendengar syair mengatakan ini dan itu?’.” Dari lkrimah, dari Ibnu Abbas, seseorang bertanya kepadanya mengemi firman Allah, ” Dan pakaianmu bersihkalah. ” (Qs.Al Mudatsir 74: 4) Dia berkata, “Maksudnya, janganlah kamu memakai pakaianmu dengan berlebihan.” Al Qurthubi (Muh. Ibrahim-Mahmud Hamid)

Menunggu 6 Fatwa Krusial MUI Dalam Munas XI


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement