Sosok
Beranda » Berita » Menelusuri Aktivisme Ummu Salamah di Zaman Fitnah

Menelusuri Aktivisme Ummu Salamah di Zaman Fitnah

Ilustrasi Muslimah

Sejarah Islam menawarkan sebuah jawaban kuat di tengah perdebatan peran perempuan. Kisah tentang muslimah dan aktivisme menemukan teladan pada Ummu Salamah dalam mediasi politik di zaman fitnah. Beliau adalah istri Nabi Muhammad SAW. Sosoknya yang cerdas dan tegas menjadi mediator ulung. Ia berperan penting di tengah konflik besar antar sahabat. Ia menjadi bukti bagaimana seorang Muslimah bisa berperan strategis. Ia melakukannya tanpa kehilangan marwah, iman, dan kebijaksanaan. Tulisan ini akan menelusuri aktivisme Ummu Salamah terutama di zaman fitnah. Pijakan tulisan ini berasal  dari sebuah hadis mengingatkan kita akan sebuah prinsip penting.

“Katakanlah yang benar meskipun pahit.”
(HR. Ahmad, sanad hasan)

Mengenal Sosok Cerdas Ummu Salamah

Nama asli beliau adalah Hindun binti Abi Umayyah. Beliau berasal dari suku Quraisy yang terpandang. Ummu Salamah memiliki kecerdasan yang sangat tajam. Beliau juga mempunyai daya ingat yang begitu kuat. Pandangan politiknya pun sangat jernih dan berwawasan. Beliau tidak ragu menyuarakan pendapatnya kepada Nabi. Ummu Salamah bahkan menjadi salah satu mufti perempuan di kalangan sahabat. Ia meriwayatkan lebih dari 300 hadis. Perannya tidak berhenti di ranah domestik atau ilmu saja. Ia terlibat aktif dalam peristiwa politik paling krusial.

Mediator Ulung di Zaman Fitnah

Umat Islam menghadapi ujian berat setelah wafatnya Rasulullah SAW. Konflik politik mulai memanas. Pertikaian antara kubu Sayyidina Ali RA dan Sayyidah Aisyah RA memuncak. Peristiwa ini dikenal sebagai Perang Jamal. Di tengah situasi genting itu, Ummu Salamah mengambil posisi penting. Beliau menjadi suara nalar dan pembawa pesan damai. Khalifah Ali bin Abi Thalib RA bahkan meminta nasihat politiknya. Ummu Salamah menjadi penyeimbang opini yang krusial. Ia mencegah keputusan militer yang tergesa-gesa. Beliau juga aktif mengirim surat kepada para tokoh. Tujuannya satu, menghindari pertumpahan darah sesama Muslim.

Strategi Mediasi yang Penuh Hikmah

Ummu Salamah tidak memilih jalan diam. Beliau aktif menulis dan memberi nasihat. Beliau bahkan berani menyanggah pendapat yang berbahaya bagi umat. Namun, caranya sangat berhikmah dan elegan. Beliau tidak menggunakan agitasi atau konfrontasi keras. Beliau selalu menjaga akhlak dalam berkomunikasi. Sikapnya tetap santun meski sedang berbeda pendapat. Beliau menggunakan argumentasi kuat berdasarkan syariat. Nasihatnya selalu merujuk pada teladan Nabi. Beliau tidak menonjolkan ego sebagai perempuan. Beliau justru mengedepankan kekuatan ilmu dan empati. Inilah aktivisme spiritual dan intelektual sejati. Beliau bergerak bukan karena ingin tampil. Beliau melakukannya karena tanggung jawab menjaga umat.

Syekh Ihsan al-Jampasi dan Pandangannya Tentang Rokok

Relevansi Kisah Ummu Salamah Hari Ini

Kisah Ummu Salamah sangat relevan untuk zaman kita. Kita hidup di era fitnah informasi dan polarisasi politik. Konflik identitas terjadi di mana-mana. Dalam situasi ini, peran Muslimah sangat strategis. Kita tidak boleh mereduksi peran mereka menjadi simbol semata. Teladan Ummu Salamah mengajarkan banyak hal. Perempuan berilmu dapat menjadi mediator andal. Mereka bukan korban narasi, melainkan pembentuk solusi. Beliau adalah pemimpin opini yang sangat dihormati bahkan oleh para khalifah.

Jalan Tengah Perempuan dalam Ruang Publik

Islam tidak pernah menghalangi perempuan dari ruang publik. Sejarah justru mencatat peran aktif mereka. Para perempuan ikut berbaiat kepada Nabi. Mereka meriwayatkan hadis dan mengeluarkan fatwa. Mereka bahkan terlibat dalam negosiasi politik penting. Yang menjadi pembeda adalah niat, akhlak, dan metodenya. Aktivisme dalam Islam bukan tentang siapa yang berteriak paling kencang. Ia adalah tentang siapa yang mampu menghadirkan ketenangan di tengah badai.

Sosok Ummu Salamah adalah bukti nyata. Aktivisme seorang Muslimah tidak harus selalu di panggung orasi. Kekuatan terbesar justru seringkali tersembunyi. Ia bisa berupa satu nasihat tulus di waktu yang tepat. Ia bisa berbentuk satu surat yang mendamaikan perselisihan. Atau satu prinsip yang dipegang teguh di tengah fitnah. Jika perempuan Muslim ingin berkontribusi hari ini, pelajarilah kisahnya. Dari sosok mulia seperti Ummu Salamah, kita belajar sebuah kebenaran. Kebesaran seseorang tidak ditentukan oleh gendernya. Ia ditentukan oleh akhlak dan keberanian bersuara saat yang lain memilih diam.

× Advertisement
× Advertisement