SURAU.CO – Sejarah Islam mencatat banyak peran penting dari kaum wanita. Mereka turut berjuang dalam menyebarkan ajaran agama. Masa awal Islam benar-benar menguji keimanan mereka. Meskipun demikian, mereka menghadapi berbagai cobaan dengan penuh kesabaran. Di antara sosok yang bersinar terang, muncullah nama Asma’ binti ‘Umais. Ia adalah sahabat wanita yang memiliki banyak keutamaan. Hidupnya senantiasa ia isi dengan rasa syukur dan ketakwaan mendalam.
Keimanan yang Teruji Sejak Awal Islam
Asma’ binti ‘Umais menjadi salah satu wanita pertama yang memeluk Islam. Ia bahkan sudah beriman sebelum Rasulullah SAW berdakwah di Darul Arqam. Keimanan yang kokoh ini kemudian mendorongnya untuk hijrah ke Habasyah (Ethiopia). Ia pergi bersama suaminya tercinta, Ja’far bin Abi Thalib. Tentu saja, perjalanan hijrah ini sangat berat. Mereka rela meninggalkan keluarga dan harta benda demi mempertahankan iman kepada Allah.
Di Habasyah, Asma’ menunjukkan kesetiaan yang luar biasa kepada suaminya. Ia tetap teguh memegang ajaran Islam meskipun berada di negeri asing. Saat itu, kaum Muslimin di sana menghadapi berbagai tantangan yang berat. Sebagai contoh, utusan kaum Quraisy datang dengan membawa banyak hadiah. Mereka berupaya membujuk Raja Najasyi agar mengusir kaum Muslimin. Mereka berharap kaum Muslimin kembali ke Mekkah.
Dalam situasi yang menegangkan tersebut, Asma’ tetap menunjukkan kesabaran. Ia percaya sepenuhnya pada keadilan Allah SWT. Pada akhirnya, Raja Najasyi memutuskan untuk tetap memberikan perlindungan kepada kaum Muslimin.
Nasab Istimewa dan Pernikahan Penuh Berkah
Asma’ tidak hanya dikenal karena keteguhan imannya. Ia juga memiliki kedudukan istimewa dalam nasab dan pernikahannya. Suami pertamanya, Ja’far bin Abi Thalib, gugur sebagai syahid dalam Perang Mu’tah. Setelah masa iddahnya selesai, Asma’ kemudian menikah dengan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Abu Bakar merupakan sahabat terdekat Rasulullah SAW dan khalifah pertama.
Ketika Abu Bakar wafat, Asma’ kembali menikah. Kali ini, ia menjadi istri dari Ali bin Abi Thalib. Pernikahan-pernikahan ini memberinya hubungan keluarga dengan tiga sahabat paling mulia dalam Islam. Kisah hidupnya yang luar biasa ini terangkum dalam kitab Nisa>’ Sya>hira>t (Wanita-Wanita Terkenal). Buku tersebut menyoroti kecerdasan dan ketakwaan Asma’.
“وهي بالإضافة لزوجها جعفر بن أبي طالب، فقد تزوجت بعده من أبي بكر الصديق خليفة المسلمين الأول، وقد كانت أثيرة لديه، وذات مكانة مرموقة، وظلت إلى جانبه حتى توفي، فقامت بغسله بناء على وصيته، وبعد وفاة أبي بكر تزوجها علي بن أبي طالب.” (نساء شهيرات، السيد محمد بن علوي العيدوس (سعد). ص.19)
Artinya: Asma’ binti Umais merupakan salah satu wanita istimewa dalam sejarah Islam. Ia memiliki peran besar dalam perjalanan dakwah, tidak hanya sebagai istri dari tiga tokoh besar Islam Ja’far bin Abi Thalib, Abu Bakar Ash-Shiddiq, dan Ali bin Abi Thalib tetapi juga sebagai wanita yang dikenal dengan keilmuan, keteguhan iman, serta ketulusan dalam beribadah. Ketika bulan Ramadhan tiba, ia semakin meningkatkan ibadahnya, memperbanyak shalat malam, membaca Al-Qur’an, dan memperdalam ilmunya. Ramadan bagi Asma’ bukan hanya bulan menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga momen untuk mendekatkan diri kepada Allah swt dan meningkatkan ketakwaan.
Sosok Cerdas dengan Ilmu yang Mendalam
Selain iman yang kuat, Asma’ juga merupakan sosok yang sangat bijaksana. Para sahabat mengenalinya sebagai wanita yang cerdas dan berilmu.
“تعتبر من أنجب النساء وأسناهن رأياً، وأنفذهن في دين الله، ذات قول فصل وعلم مكين.” (نساء شهيرات، السيد محمد بن علوي العيدوس (سعد). ص.19)
Artinya, “Ia termasuk di antara wanita yang paling cerdas dan paling bijaksana dalam pendapatnya, serta yang paling kuat dalam memahami agama Allah. Ia memiliki perkataan yang tegas dan ilmu yang mendalam.”
Sebagai wanita berilmu, Asma’ memahami makna sejati bulan Ramadhan. Ia tahu bahwa bulan ini adalah waktu untuk memperkuat hubungan dengan Allah. Oleh karena itu, ia memanfaatkan setiap momen Ramadhan untuk mendalami ajaran Islam. Bahkan, para sahabat sering mendatanginya untuk meminta nasihat.
“يذكر أن عمر بن الخطاب، كان يأتي إليها دائماً لتفسر له رؤياه. فقالت: ما رأيت شاباً من العرب خيراً من جعفر، ولا رأيت كهلاً خيراً من أبي بكر.” (نساء شهيرات، السيد محمد بن علوي العيدوس (سعد). ص.19)
Artinya, “Disebutkan bahwa Umar bin Khattab sering datang kepadanya untuk meminta tafsir mimpi. Lalu ia (Asma’ binti ‘Umais) berkata: ‘Aku tidak pernah melihat pemuda Arab yang lebih baik daripada Ja’far, dan aku tidak pernah melihat pria dewasa yang lebih baik daripada Abu Bakar.'”
Ramadhan Sebagai Puncak Ibadah dan Introspeksi
Selama Ramadhan, Asma’ memperbanyak dzikir dan doa. Ia juga aktif mengajarkan ilmu kepada orang lain di sekitarnya. Keistimewaan ini menunjukkan betapa besar peran seorang wanita. Ia mampu berkontribusi nyata dalam bidang dakwah dan ilmu pengetahuan.
Dalam rumah tangganya, Asma’ selalu menunjukkan kebijaksanaan. Sebagai contoh, saat ia menjadi istri Ali bin Abi Thalib, terjadi perselisihan. Perselisihan itu melibatkan kedua putranya, Muhammad bin Ja’far dan Muhammad bin Abu Bakar. Ali kemudian meminta Asma’ untuk menjadi penengah. Jawaban Asma’ menunjukkan kejujuran dan sikap adilnya. Ia tetap menghormati kebaikan dari suami-suaminya yang terdahulu.
Ketika Ramadhan tiba, Asma’ semakin giat meningkatkan ibadah malamnya. Ia mencontoh para ulama dan orang saleh pada masanya. Ia mengerti bahwa sepuluh hari terakhir Ramadhan sangatlah istimewa. Itulah waktu terbaik untuk mencari Lailatul Qadar. Oleh karena itu, ia selalu mengajarkan pentingnya bulan suci ini di dalam keluarganya. Ia mendorong anak-anaknya untuk melakukan introspeksi diri dan memperbanyak amal saleh.
Teladan Abadi bagi Generasi Muslim
Kisah Asma’ binti ‘Umais memberikan kita sebuah teladan yang sangat penting. Ketakwaan dan keilmuan harus selalu berjalan secara seimbang. Ia bukan hanya istri dari tokoh-tokoh besar Islam. Lebih dari itu, ia adalah sosok wanita yang cerdas, sabar, dan teguh pendirian.
Ramadhan baginya adalah momen untuk memperkuat hubungan dengan Allah. Selain itu, bulan suci juga menjadi waktu untuk memperdalam ilmu agama. Keistiqomahan Asma’ binti ‘Umais menjadi inspirasi abadi bagi kita semua. Kisahnya terus memotivasi kita untuk memanfaatkan bulan Ramadhan dengan sebaik-baiknya.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
