Sosok
Beranda » Berita » KH. Ahmad Abdul Hamid : Sosok Ulama Multitalenta, Atlet, dan Penulis Produktif

KH. Ahmad Abdul Hamid : Sosok Ulama Multitalenta, Atlet, dan Penulis Produktif

KH. Ahmad Abdul Hamid

SURAU.CO – Banyak orang mengenal ulama sebagai sosok yang lekat dengan kitab dan majelis ilmu. Namun, KH. Ahmad Abdul Hamid Kendal mematahkan stereotip tersebut. Beliau adalah seorang kiai karismatik yang juga seorang atlet tangguh. Kegemarannya pada olahraga, terutama sepak bola dan lari maraton, membuatnya menjadi figur yang unik dan inspiratif. Sosoknya membuktikan bahwa semangat spiritual dapat berjalan beriringan dengan kebugaran jasmani.

Lahir di Kendal, Jawa Tengah, pada tahun 1915, KH. Ahmad Abdul Hamid memiliki fisik yang prima bahkan di usia senja. Salah satu momen paling ikonik adalah ketika ia bertugas sebagai pembawa obor Pekan Olahraga Nasional (PON) XI. Saat itu, usianya sudah menginjak 72 tahun. Semangatnya yang membara menjadi cerminan dari dedikasinya yang luar biasa, baik di lapangan olahraga maupun di medan dakwah.

Perjalanan Intelektual dari Pesantren ke Pesantren

Dasar pendidikan formalnya ia tempuh di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Ulum Kendal. Setelah itu, KH. Ahmad Abdul Hamid memulai pengembaraan intelektualnya ke berbagai pondok pesantren ternama. Beliau menimba ilmu dari para kiai besar di zamannya. Perjalanannya meliputi Pondok Pesantren Rembang, Pondok Pesantren Tebuireng, Pondok Pesantren Jamsaren Solo, hingga Pondok Pesantren Buntet Cirebon.

Di setiap pesantren, beliau berguru kepada ulama-ulama paling berpengaruh. Beberapa guru utamanya adalah KH. Kholil bin Harun, Hadratussyekh KH. Hasyim Asy’ari, KH. Idris, dan KH. Abbas. Kehausannya akan ilmu tidak berhenti di nusantara. Beliau juga berangkat ke Makkah untuk memperdalam ilmunya. Di Tanah Suci, beliau secara khusus belajar kepada Syekh Abdul Jalil al-Muqaddasi dan bahkan dipercaya untuk ikut mengajar di madrasah pimpinan gurunya itu.

Inovator Salam Penutup Khas Nahdliyin

Apakah Anda sering mendengar kalimat penutup pidato yang sangat populer? Kalimat “wabillahi taufiq wal hidayah” dan “wallahul muwaffiq ila aqwamit thariq” memiliki sejarah yang erat dengan KH. Ahmad Abdul Hamid. Konon, beliaulah yang pertama kali mempopulerkannya.

KH. Abdullah Umar Al-Hafidz: Sosok Ulama Penjaga Al-Qur’an dari Semarang

Awalnya, beliau menciptakan frasa “wabillahi taufiq wal hidayah” dalam sebuah acara di Magelang. Tujuannya adalah untuk menciptakan identitas atau ciri khas bagi para tokoh Nahdlatul Ulama (NU). Kalimat ini dengan cepat menjadi “viral” dan digunakan secara luas oleh kiai serta warga NU. Namun, popularitasnya meluas hingga digunakan oleh berbagai kalangan di luar NU.

Melihat hal itu, KH. Ahmad Abdul Hamid merasa perlu ada penanda baru yang lebih spesifik. Maka, beliau menciptakan kalimat kedua: “wallahul muwaffiq ila aqwamit thariq”. Kalimat yang berarti “Dan Allah adalah Dzat yang memberi petunjuk ke jalan yang selurus-lurusnya” ini kemudian menjadi salam penutup yang identik dengan kalangan nahdliyin hingga saat ini.

Dedikasi untuk Umat dan Organisasi

Ahmad Abdul Hamid mendedikasikan hidupnya untuk melayani umat. Beliau merupakan pengasuh Pondok Pesantren al-Hidayah di Kendal. Selain mengajar para santri, beliau juga menjabat sebagai Imam Besar Masjid Agung Kendal dan rutin mengisi pengajian di sana. Di bawah kepemimpinannya, Pondok Pesantren al-Hidayah berkembang pesat. Kini, pesantren tersebut memiliki lembaga pendidikan formal yang lengkap, dari tingkat diniyah, ibtidaiyah, hingga aliyah.

Pengabdiannya juga tercatat dalam struktur organisasi. Beliau pernah mengemban amanah sebagai Rais Syuriah PCNU Kendal, Rais Syuriah PWNU Jawa Tengah, hingga Mustasyar PBNU. Tak hanya di lingkungan NU, beliau juga dipercaya menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah. Sikapnya yang rendah hati dan wara’ membuatnya sangat dihormati. Salah satu bukti kezuhudannya adalah saat ia menolak menggunakan mobil dinas plat merah dan lebih memilih memakai mobil pribadi atau bahkan naik bus umum.

Karya Tulis yang Melimpah

Selain sebagai pendakwah dan olahragawan, KH. Ahmad Abdul Hamid adalah seorang penulis yang sangat produktif. Beliau banyak menulis kitab dalam berbagai bahasa, mulai dari bahasa Indonesia, Jawa, hingga Sunda, mayoritas menggunakan aksara Arab Pegon. Karya-karyanya menjadi rujukan penting bagi masyarakat luas.

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

Berikut adalah sebagian dari karya-karya beliau yang monumental:

  1. Fasholatan Jawa: Kitab legendaris tentang tata cara shalat yang telah terjual puluhan juta eksemplar.
  2. Risalatun Nisa’: Membahas panduan kehidupan berumah tangga.
  3. Tashilut Thariq: Berisi panduan lengkap ibadah haji.
  4. I’anatul Muhtaj fi Qisshati al-Isra’ wal Mi’raj: Mengulas peristiwa Isra’ Mi’raj.
  5. Risalatus Shiyam: Kitab panduan lengkap mengenai ibadah puasa.
  6. Fasholatan Sunda: Versi bahasa Sunda dari kitab panduan shalat.
  7. Sabilul Munji fi Tarjamati Maulid al-Barzanji: Terjemahan Maulid al-Barzanji ke dalam bahasa Jawa.
  8. Manarul Jum’ah: Kumpulan materi khotbah Jumat selama setahun.
  9. Tarikh Nabi: Mengisahkan perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW dalam bahasa Jawa.
  10. Miftahud Da’wah wat Ta’lim: Berisi materi pokok untuk kehidupan bermasyarakat.

Ahmad Abdul Hamid wafat pada 14 Februari 1998. Beliau meninggalkan warisan ilmu, keteladanan, dan semangat yang terus hidup melalui karya-karya serta para santrinya. Sosoknya menjadi bukti bahwa seorang ulama bisa menjadi pribadi yang dinamis, relevan, dan menginspirasi dalam berbagai bidang kehidupan. (Tri/berbagai sumber)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement