Opinion
Beranda » Berita » Menolak ISIS: Merawat Islam Damai dan Menjaga Ketahanan Bangsa

Menolak ISIS: Merawat Islam Damai dan Menjaga Ketahanan Bangsa

Menolak ISIS: Merawat Islam Damai dan Menjaga Ketahanan Bangsa.

 

Dalam dunia yang terus berubah dan semakin kompleks, tantangan terhadap stabilitas sosial dan keamanan nasional semakin nyata. Salah satu ancaman besar yang telah menimbulkan kerusakan besar di berbagai belahan dunia adalah kelompok teroris yang mengatasnamakan Islam, salah satunya adalah ISIS (Islamic State of Iraq and Syria). Gambar simbol “No ISIS” menjadi pengingat keras bahwa kelompok ini tidak mencerminkan ajaran Islam yang sebenarnya, dan kehadirannya adalah ancaman bagi umat Islam sendiri, bangsa, bahkan kemanusiaan secara luas.

ISIS: Gerakan Ekstrem yang Merusak

ISIS dikenal sebagai organisasi ekstremis yang mengklaim mendirikan kekhalifahan global dengan kekerasan dan teror. Dalam praktiknya, ISIS menerapkan interpretasi agama yang menyimpang dari prinsip Islam rahmatan lil ‘alamin. Kekejaman yang dilakukan, mulai dari pembunuhan massal, perbudakan, penghancuran warisan budaya, hingga tindakan teror di banyak negara, telah merusak citra Islam secara global.

Bahaya Sinkretisme dan Pluralisme Agama

Banyak pihak, termasuk para ulama, organisasi Islam moderat, dan negara-negara di dunia menegaskan bahwa ISIS bukan representasi Islam. Di Indonesia sendiri, Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah secara tegas menyatakan bahwa ISIS adalah kelompok teroris dan ajarannya tidak sesuai dengan prinsip-prinsip Islam yang damai dan menjunjung tinggi kemanusiaan.

Mengapa Harus Menolak ISIS?

Penolakan terhadap ISIS bukan hanya soal keamanan nasional, tapi juga tentang menjaga kemurnian ajaran Islam dan kedaulatan bangsa. Ada beberapa alasan mendasar mengapa ISIS harus ditolak:

1. Merusak citra Islam
ISIS seringkali menampilkan dirinya sebagai pejuang agama, padahal tindakan mereka justru mencoreng Islam. Kekerasan, pembunuhan, dan penindasan yang mereka lakukan bertentangan dengan ajaran Rasulullah SAW yang membawa kedamaian, toleransi, dan kasih sayang.

2. Mengancam persatuan dan kedamaian bangsa
Di Indonesia, keberagaman adalah kekuatan. ISIS berusaha memecah belah masyarakat melalui doktrin kebencian terhadap mereka yang berbeda. Jika dibiarkan, paham ini bisa menghancurkan kebinekaan dan persatuan bangsa.

Jeritan Korban Malapetaka Banjir Aceh

3. Eksploitasi generasi muda
ISIS menggunakan propaganda digital yang sangat canggih untuk merekrut anak-anak muda yang sedang mencari jati diri. Mereka dimanipulasi secara emosional dan ideologis sehingga rela menjadi martir untuk tujuan yang sesat.

4. Mengganggu stabilitas politik dan keamanan
Beberapa aksi teror di Indonesia dan negara-negara lain diketahui terkait langsung dengan jaringan ISIS. Aksi-aksi ini bukan hanya menewaskan korban sipil, tapi juga membuat masyarakat hidup dalam ketakutan dan merusak tatanan sosial.

Peran Masyarakat dalam Menolak Paham Radikal

Menolak ISIS bukan hanya tugas aparat keamanan atau pemerintah. Setiap elemen masyarakat memiliki peran penting dalam membendung penyebaran paham radikal. Beberapa langkah konkret yang bisa dilakukan adalah:

Edukasi keluarga dan masyarakat
Pendidikan adalah benteng utama. Keluarga sebagai madrasah pertama harus menjadi tempat anak-anak belajar nilai-nilai Islam yang damai dan toleran. Orang tua harus aktif mengawasi pergaulan dan konsumsi media anak.

Points Rektor UGM dan Kisah Politik Ijazah Jokowi

Perkuat literasi digital
Banyak paham ekstrem disebarkan lewat media sosial. Masyarakat perlu cakap digital untuk bisa membedakan antara informasi yang benar dengan propaganda radikal.

Aktif di komunitas dan masjid
Masjid harus menjadi tempat penyebaran ajaran Islam yang moderat. Pengurus masjid, dai, dan khatib harus menyampaikan pesan-pesan damai dan mendorong kebersamaan antarumat.

Laporkan potensi radikalisme
Jika ada gejala penyebaran ajaran radikal di lingkungan sekitar, masyarakat perlu segera melaporkan kepada aparat yang berwenang. Pencegahan dini akan menyelamatkan banyak pihak.

Peran Pendidikan dalam Mencegah Radikalisme

Lembaga pendidikan, baik formal maupun nonformal, memegang peran strategis dalam mencegah radikalisme. Kurikulum yang mengajarkan nilai kebangsaan, toleransi, dan keberagaman harus diperkuat. Di samping itu, penguatan pendidikan agama dengan pendekatan wasathiyah (moderat) sangat penting agar siswa tidak mudah terpengaruh oleh narasi ekstrem.

Pendidikan juga harus melatih siswa berpikir kritis dan terbuka terhadap perbedaan. Dengan demikian, generasi muda tidak akan mudah dimanipulasi oleh ideologi sesat yang menjanjikan surga melalui jalan kekerasan.

Peran Ulama dan Organisasi Islam

Para ulama dan organisasi Islam memiliki otoritas moral dan keagamaan yang besar. Mereka harus aktif menyuarakan penolakan terhadap ISIS dan paham-paham radikal lainnya. Fatwa, ceramah, diskusi ilmiah, dan konten digital yang moderat harus diperbanyak agar suara kebenaran lebih terdengar dibandingkan propaganda kebencian.

Organisasi seperti Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan MUI sudah banyak melakukan upaya deradikalisasi. Namun, kolaborasi yang lebih luas antara ormas Islam, lembaga pemerintah, dan masyarakat harus terus ditingkatkan.

Islam dan Terorisme: Dua Hal yang Bertentangan

Islam adalah agama yang membawa kedamaian. Kata “Islam” sendiri berasal dari kata “salaam” yang berarti damai. Dalam Al-Qur’an, Allah menyebut bahwa membunuh satu nyawa manusia yang tak bersalah sama seperti membunuh seluruh umat manusia (QS. Al-Ma’idah: 32). Rasulullah SAW juga melarang keras pembunuhan terhadap non-Muslim, wanita, anak-anak, dan orang yang tidak ikut berperang.

Maka dari itu, tindakan ISIS yang brutal dan kejam sama sekali tidak bisa disamakan dengan ajaran Islam. Mereka adalah kelompok politik yang memanipulasi agama demi ambisi kekuasaan, bukan pejuang agama.

Simbol “No ISIS”: Pesan Moral Global

Gambar dengan simbol “No ISIS” adalah pernyataan sikap yang kuat. Ini bukan sekadar penolakan terhadap sebuah kelompok, tapi juga pernyataan dukungan terhadap perdamaian, kemanusiaan, dan keutuhan agama. Setiap kita yang melihat simbol itu harus merenung: bagaimana saya bisa ikut menolak teror dan menyebarkan kedamaian?

Simbol ini bisa digunakan dalam kampanye damai di sekolah, tempat ibadah, media sosial, dan ruang publik lainnya. Semakin banyak yang menyuarakan penolakan, semakin lemah kekuatan propaganda ekstremis.

Meneguhkan Islam Rahmatan Lil ‘Alamin

Kini saatnya umat Islam meneguhkan kembali identitas sejatinya sebagai rahmat bagi seluruh alam. Islam mengajarkan akhlak, kasih sayang, keadilan, dan kebaikan. Tantangan ideologi seperti ISIS harus dijawab dengan karya, dengan dakwah bijak, dan dengan penguatan umat dalam bidang pendidikan, ekonomi, dan budaya.

Kita semua harus menjadi agen perdamaian. Jangan biarkan Islam dibajak oleh mereka yang haus darah. Jadilah Muslim yang cinta damai, cinta tanah air, dan menjadi rahmat bagi sesama.

Penutup

Menolak ISIS bukan hanya sebuah kewajiban ideologis dan keagamaan, tapi juga bentuk cinta terhadap bangsa dan sesama umat manusia. Dengan memperkuat pendidikan, keluarga, komunitas, serta dakwah yang menyejukkan, kita bisa bersama-sama melawan paham radikal. Mari teguhkan kembali Islam sebagai agama yang membawa damai, bukan teror. Sebab Islam yang sejati adalah Islam yang memuliakan manusia, bukan membunuhnya. Keterangan Foto (Tengku Iskandar)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement