Politik
Beranda » Berita » PBNU Dukung Strategi Damai Prabowo Buka Diplomasi dengan Israel

PBNU Dukung Strategi Damai Prabowo Buka Diplomasi dengan Israel

Prabowo Buka Peluang Diplomasi dengan Israel
Prabowo Buka Peluang Diplomasi dengan Israel

Diplomasi Damai Prabowo: Bukan Sekadar Retorika

Surau.co – Pernyataan mengejutkan datang dari Presiden terpilih Prabowo Subianto yang membuka opsi hubungan diplomatik Indonesia-Israel, dengan satu syarat: pengakuan terhadap kemerdekaan Palestina. Dalam pidatonya bareng Presiden Prancis Emmanuel Macron di Istana Merdeka, Jakarta, Prabowo dengan tegas bilang kalau Indonesia tetap setia pada prinsip solusi dua negara.

Bagi sebagian orang, pernyataan ini dianggap berani, bahkan kontroversial. Namun bagi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), khususnya Ketua Ahmad Fahrur Rozi alias Gus Fahrur, ini adalah sinyal kuat dari strategi diplomasi yang cerdas. “Saya kira itu bagian dari diplomasi dan upaya untuk mewujudkan kemerdekaan Palestina yang sangat penting,” ujar Gus Fahrur saat dikonfirmasi pada Jumat, 30 Mei 2025.

Pernyataan Prabowo tersebut membuka ruang baru dalam politik luar negeri Indonesia, yang selama ini tegas menolak segala bentuk hubungan dengan Israel. Namun kini, jika syarat utama—kemerdekaan Palestina—dipenuhi, Indonesia siap mengambil langkah lebih jauh.

PBNU Dukung: Jika Israel Akui Palestina, Mengapa Tidak?

Gus Fahrur bilang, nggak ada yang perlu dikhawatirin kalau Israel benar-benar mau akui kedaulatan Palestina. Ia menyebut hal tersebut sebagai terobosan yang sejalan dengan amanat konstitusi dan perjuangan kemanusiaan. “Kalau Israel benar-benar mengakui kedaulatan dan kemerdekaan Palestina sesuai kesepakatan internasional, menurut saya sih nggak bakal jadi masalah,” ungkapnya.

Lebih jauh, Gus Fahrur mendorong implementasi nyata dari solusi dua negara. Menurutnya, pengakuan terhadap dua bangsa dengan dua wilayah yang berdaulat bisa menjadi jalan tengah terbaik bagi perdamaian di Timur Tengah. Sikap ini bukan hanya mencerminkan semangat kebhinekaan, tetapi juga membawa pesan kuat: Indonesia tidak berpihak pada perang, tetapi pada keadilan.

Memimpin NU itu Bukan Cupit Kelor: Jaga Amanah, Adab dan Murua’ah

Dalam pandangan PBNU, solusi dua negara menjadi alternatif rasional yang sudah lama ditawarkan komunitas internasional namun kerap terganjal oleh ego politik dan kekuasaan. Dengan pendekatan baru ini, peluang untuk perdamaian bisa lebih terbuka lebar.

Setengah Abad Perang: Saatnya Jalan Damai yang Tegas

Konflik Israel-Palestina telah berlangsung lebih dari 50 tahun. Generasi demi generasi di wilayah itu lahir dan tumbuh dalam bayang-bayang ketakutan, kekerasan, dan kehilangan. Gus Fahrur menegaskan bahwa sudah waktunya dunia mencari solusi yang adil dan bermartabat.

“Perang yang dilakukan Israel di Palestina sudah terjadi lebih dari setengah abad dan menelan banyak korban jiwa. Menurutnya, jalan damai seharusnya dilihat sebagai langkah baik untuk menghentikan semua pertumpahan darah itu,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa salah satu titik damai yang ideal adalah kembali ke batas wilayah sebelum Perang Enam Hari tahun 1967. Jadi intinya, jalan damai yang adil itu ya kalau Yerusalem bisa jadi ibu kota bareng buat dua negara.

Rencana ini tentu tidak mudah direalisasikan. Akan ada tarik ulur politik internasional. Tapi sebagaimana Gus Fahrur tegaskan, lebih baik membuka jalan diplomasi dari pada membiarkan kebuntuan dan perang terus menelan korban.

Analisis Dukungan Indonesia Terhadap Palestina

Indonesia Tidak Berubah Haluan, Tapi Menawarkan Jalan Baru

Pernyataan Prabowo bukan berarti Indonesia berpaling dari prinsip dasar luar negeri yang bebas aktif dan pro-Palestina. Justru, hal itu menunjukkan kematangan dalam membaca situasi geopolitik global. “ satu-satunya cara buat wujudkan perdamaian sejati itu ya dengan merdekanya bangsa Palestina.,” kata Prabowo dalam pernyataannya.

Tapi dia juga bilang, Israel punya hak buat diakui dan hidup aman sebagai sebuah negara. Ini penting dalam konteks dunia yang terus bergerak ke arah kompromi dan penyelesaian damai berbasis hak asasi manusia.

Dengan demikian, Indonesia sedang memainkan peran penting sebagai jembatan antara dua kutub yang selama ini terpisah tajam. Sikap Prabowo bukan kompromi terhadap penjajahan, melainkan dorongan terhadap solusi konkret yang bisa diterima oleh kedua pihak.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement