Pesan Gus Irfan: Aceh Bukan Hanya Pengirim Jemaah, Tapi Inspirasi Nasional Haji
Surau.co – Dalam suasana hangat malam di Pendopo Gubernur Aceh, Kepala Badan Penyelenggara Haji Republik Indonesia (BP Haji RI), Dr. KH. Moch. Irfan Yusuf atau yang akrab dikenal sebagai Gus Irfan, menyampaikan apresiasi tinggi kepada masyarakat Aceh.
Ia menilai bahwa Aceh tidak hanya rutin mengirimkan jemaah haji setiap tahun, tetapi juga berhasil menerapkan konsep Tri Sukses Haji secara nyata.
Didampingi Gubernur Aceh, H. Muzakkir Manaf, Gus Irfan menyoroti tiga capaian utama yang berhasil diwujudkan Aceh dalam penyelenggaraan haji: pelaksanaan ibadah yang tertib dan sah, kontribusi terhadap ekonomi keumatan, serta upaya membangun karakter dan peradaban Islam.
Haji Sebagai Proses Membangun Peradaban, Bukan Sekadar Rangkaian Ibadah
Gus Irfan menggarisbawahi bahwa keunggulan Aceh dalam penyelenggaraan haji terletak pada sistem pembinaannya. Di Aceh, para calon jemaah mendapatkan pembinaan mendalam dari lembaga-lembaga tradisional seperti dayah. Model ini, menurutnya, berhasil mencetak jemaah yang matang secara spiritual dan memahami makna ibadah, bukan hanya teknis pelaksanaannya.
“Pembinaan berbasis dayah ini melatih calon haji bukan hanya secara fiqih, tapi juga secara batiniah. Ini yang membedakan Aceh dari daerah lain,” ungkap Gus Irfan.
Ia menyarankan agar pendekatan holistik seperti ini dijadikan model nasional, karena terbukti mampu menghasilkan jemaah yang lebih siap secara spiritual dan moral.
Aceh Aktif Membangun Ekonomi Haji yang Berkelanjutan
Selain aspek spiritual, Aceh juga menunjukkan kiprah nyata dalam mendukung ekonomi haji. Gus Irfan mencontohkan wakaf dari tokoh Aceh, Habib Bughok, di Makkah. Wakaf ini hingga kini masih memberikan manfaat besar bagi jemaah dan pelajar asal Aceh yang berada di Arab Saudi.
“Wakaf seperti yang dilakukan Habib Bughok menunjukkan bahwa Aceh tidak hanya beribadah, tetapi juga membangun sistem ekonomi haji yang kokoh,” ujar Gus Irfan.
Ia menekankan pentingnya pengelolaan aset keagamaan seperti ini sebagai bentuk nyata kontribusi umat Islam terhadap ekonomi berbasis nilai-nilai agama.
Ulama Aceh dan Warisan Ilmu dari Tanah Suci
Dalam pidatonya, Gus Irfan juga mengenang Syekh Abdurrauf as-Singkili, ulama besar Aceh yang pernah menimba ilmu di Haramain. Setelah kembali ke tanah air, Syekh Abdurrauf membangun sistem pendidikan Islam yang pengaruhnya masih terasa hingga kini.
“Beliau adalah bukti hidup bahwa haji membawa pulang lebih dari sekadar pengalaman spiritual. Ia membawa ilmu dan membagikannya untuk membangun masyarakat,” ujar Gus Irfan penuh hormat.
Menurutnya, kisah ulama ini menunjukkan bahwa haji memiliki potensi besar sebagai pemicu lahirnya peradaban dan pendidikan Islam.
Gubernur Aceh Dorong Peningkatan Fasilitas Haji
Menanggapi apresiasi dari BP Haji RI, Gubernur Aceh H. Muzakkir Manaf menyampaikan sejumlah gagasan strategis. Ia mengusulkan agar kuota haji untuk Aceh ditambah menjadi 5.000 orang. Ia juga mendorong agar pemerintah pusat membiayai petugas haji daerah, serta mendukung pengembangan Embarkasi Aceh menjadi pusat keberangkatan umrah.
“Letak strategis Aceh membuatnya sangat potensial menjadi gerbang haji dan umrah, tidak hanya bagi masyarakat Aceh, tetapi juga provinsi tetangga,” ujar Muzakkir.
Aceh Sebagai Model Nasional Penyelenggaraan Haji
Menutup sambutannya, Gus Irfan menegaskan bahwa ibadah haji seharusnya membentuk karakter dan peradaban, bukan sekadar menunaikan rukun Islam kelima.
“Dari Aceh, kita belajar bahwa haji adalah perjalanan jiwa yang membawa pulang nilai luhur dan budaya Islam,” tegasnya.
Ia menyebut Aceh sebagai contoh nyata daerah yang mengintegrasikan aspek spiritual, sosial, dan ekonomi dalam pelaksanaan haji. Bagi Gus Irfan, Aceh telah membuktikan diri sebagai inspirasi nasional dalam merumuskan makna sejati ibadah haji.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
