Beranda » Berita » Perang Uhud dan Pengorbanan Ummu Umarah

Perang Uhud dan Pengorbanan Ummu Umarah

Perang Uhud & Ummu Umarah
Ilustrasi: bacadata.com

Surau.co – Peperangan yang dipimpin dibawah komando Abu Sufyan di Bukit Uhud bertarikh 7 Syawal 3 H atau 22 Maret 625 M. Anggota Abu Sofyan para tentara kafir berjumlah 3.000 orang. Sedangkan lawan dari Abu Sofyan, pasukan Muslim yang dikomandoi oleh Rasulullah Muhammad SAW memiliki sekitar 700 pasukan. Jumlah ini tentu tidak setara. Sayangnya saat itu, kondisi kemenangan memang tak bergnatung dengan jumlah, pasukan Muslim hampir mengalami keenangan, tapi naas berubah menjadi kekahalan karena adanya pengabaian terhadap apa yang diperintahkan oleh baginda Nabi Muhammad SAW.

Dalam moment Perang Uhud itu, para tentara kafir melakukan serangan balik dan berniat unutk melakukan pembunuhan terhadap Rasulullah SAW. Dalam Thabaqat, Ibnu Sa’ad menceritakan saat itu hari tengah siang. Ketika itu Ummu Umarah menjalani tugas menjadi seorang perawat yang bergabung dalam perang. Tugas utamanya adalah menangani pra prajurit Muslim yang terluka, selain itu juga menyediakan kebutuhan minuman dan makanan.

Umarah tengah membawa kendi yang berisi air dan menuju Perang Uhud untuk melihat pertempuran. Pada awalnya tentara Muslim hampir mengalami kemenangan tapi berubah posisi menjadi kekalahan. Sebab kekalahan tersebut, Umarah lari dan terjun ke medan perang. Menggunakan pedang, Umarah menghadap siapa saja yang melakukan serangan terhadap Rasulullah SAW.

Kisah ini menjadi salah satu teladan yang hebat bagi para Muslimah. Di mana seorang perempuan juga bisa melakukan jihad sesuai dengan kadar kemampuannya, baik di waktu aman sebagai perawat hingga di waktu genting dalam perang. Tak hanya dalam Perang Uhud, tapi juga perang lain seperti Perang Hunain—juga Perang Hudaibiyah dan Perang Yamamah. Umarah meminta izin kepada Abu Bakar Ash-Shidiq untuk melakukan perjuangan di medan laga dengan menyebut nama Allah.

Dalam kisah ini terkandung pelajaran berharga pula jika tugas perempuan tidak sekadar mengurusi rumah tangga  atau hal-hal domestik lainnya. Pada zamannya Ummu Umarah mematahkan anggapan bahwa tak hanya kaum laki-laki saja yang berperang, tapi juga perempuan ikut melakukan perang. Umarah juga dipandang sebagai Mujahidiyah yang agung.

Mitos dan Fakta: Mengungkap Manfaat Air Kelapa untuk Ibu Hamil

Dalam kitab “Nisaa’ Haular Rasul” karya Mahmud Mahdi Al-Istanbulli dan Musthafa Abu Nashr Asy-Syalabi, Nusaibah adalah prajurit perempuan yang memasok air. Dia rela meninggalkan urusan dan perkara-perkara yang bersifat duniawi. Dia juga dikenal sebagai perempuan yang mempunyi rasa sabar yang luar biasa, semisal ketika mendapat kabar kematian anak kandungnya dia bersabar. Dia menganggap jika putranya mati dalam keadaan mulia dan derajatnya akan diangkat ke tingkat yang lebih tinggi di sisi Allah SWT, karena itu dia bangga terhadap anaknya. Dia juga dikenal sebagai sosok yang berlapang dada, kepentingan orang lain lebih utama dibandingkan dengan kepentingannya sendiri. Dia melakukan perawatan mereka yang menderita, dan bersedia mengangkat senjata kala entara musuk melakukan serangan.

Selain itu Ummu Umarah dikenal sebagai seroang pejuang Hak Asasi yang didengungkan oleh orang-orang modern di masa sekarang. Juga pejuang hak kesetaraan perempuan sebagaimana pertanyaan Umarah kepada Rasulullah SAW ketika bertanya mengapa Allah hanya menyebut laki-laki dalam Al-Quran?

Dari situ turunlah Surat Al-Ahzab ayat 35, yang berbunyi:

“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”. (QS Al Ahzab : 35)

Bahwa laki-laki dan perempuan memperoleh balasan yang sama akan perbuatan dan amal salehnya masing-masing. Dengan berpatokan ini, Umarah layak dikenal sebagai pejuang kaumnya dan menjadi perempuan yang mulia.

Catatan Panjang Islam di Tanah Papua: Dari Raja Empat Hingga Sekarang

Baca juga: Doa Rasulullah untuk Para Penyair


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement