SURAU.CO – Setiap manusia pasti pernah bermimpi. Alam tidur seringkali membawa kita pada pengalaman yang terasa nyata, baik itu berupa mimpi indah maupun mimpi buruk yang menakutkan. Dalam pandangan Islam, mimpi bukanlah sekadar bunga tidur tanpa makna. Ia memiliki sumber dan adab tersendiri dalam menyikapinya. Ajaran Islam memberikan panduan yang jelas agar kita dapat merespons setiap mimpi dengan cara yang benar.
Memahami hal ini sangat penting. Sebab, sikap kita terhadap sebuah mimpi dapat mendatangkan kebaikan atau justru mencegah keburukan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajarkan secara rinci tentang asal-usul mimpi. Beliau juga memberikan tuntunan praktis tentang apa yang harus kita lakukan setelah terbangun dari mimpi indah maupun mimpi buruk.
Tiga Sumber Mimpi dalam Pandangan Islam
Sebelum membahas adabnya, kita perlu mengenali dari mana sebuah mimpi berasal. Secara umum, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengelompokkan mimpi ke dalam tiga kategori. Pemahaman ini membantu kita untuk tidak mudah cemas atau terlalu berbangga diri atas mimpi yang kita alami.
Dalam sebuah hadits shahih, beliau bersabda:
الرُّؤْيَا ثَلاَثٌ: حَدِيثُ النَّفْسِ، وَتَخْوِيفُ الشَّيْطَانِ، وَبُشْرَى مِنَ اللَّهِ
Artinya: “Mimpi itu ada tiga macam: bisikan hati, godaan setan, dan kabar gembira dari Allah.” (HR. Bukhari).
Dari hadits ini, kita bisa merincinya sebagai berikut:
-
Kabar Gembira dari Allah (Ar-Ru’ya): Ini adalah mimpi indah dan benar yang datangnya dari Allah SWT. Biasanya mimpi ini membawa ketenangan dan kebahagiaan.
-
Godaan Setan (Al-Hulm): Ini adalah mimpi buruk yang berasal dari setan. Tujuannya adalah untuk membuat seorang mukmin merasa sedih, takut, dan gelisah.
-
Bisikan Hati: Mimpi ini merupakan refleksi dari apa yang kita pikirkan, alami, atau hasratkan dalam kehidupan sehari-hari. Ia tidak memiliki makna khusus.
Adab Ketika Mengalami Mimpi Indah
Ketika Allah menganugerahkan sebuah mimpi indah (Ar-Ru’ya), hal itu adalah sebuah nikmat. Ia bisa menjadi kabar gembira atau pengingat kebaikan. Untuk itu, ada beberapa adab yang sebaiknya kita amalkan:
-
Memuji dan Bersyukur kepada Allah. Langkah pertama adalah menyadari bahwa kebaikan itu datang dari Allah. Maka, ucapkanlah hamdalah sebagai bentuk rasa syukur kita.
-
Merasa Bahagia dengan Mimpi Tersebut. Merasakan kegembiraan atas kabar baik dari Allah adalah wujud prasangka baik kita kepada-Nya.
-
Menceritakannya Hanya kepada Orang yang Disukai. Rasulullah berpesan agar mimpi baik hanya dibagikan kepada orang yang shalih atau orang yang kita percayai. Tujuannya adalah untuk menghindari timbulnya rasa iri atau dengki dari orang lain.
Adab-adab ini dirangkum dalam sabda beliau:
إِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ رُؤْيَا يُحِبُّهَا فَإِنَّمَا هِىَ مِنَ اللَّهِ فَلْيَحْمَدِ اللَّهَ عَلَيْهَا وَلْيُحَدِّثْ بِهَا
Artinya: “Apabila salah seorang dari kalian melihat mimpi yang ia sukai, sesungguhnya mimpi itu berasal dari Allah. Maka, hendaklah ia memuji Allah atasnya dan menceritakannya.” (HR. Bukhari).
Cara Tepat Menyikapi Mimpi Buruk
Sebaliknya, jika kita mengalami mimpi buruk (Al-Hulm), Islam memberikan langkah-langkah perlindungan yang sangat efektif. Tujuannya adalah untuk menetralisir pengaruh buruk dari setan dan menghilangkan rasa cemas. Berikut adalah tuntunannya:
-
Memohon Perlindungan kepada Allah. Segera setelah terbangun, bacalah ta’awudz untuk memohon perlindungan dari godaan setan dan dari keburukan mimpi tersebut.
-
Meludah Ringan ke Arah Kiri Tiga Kali. Ini adalah gerakan simbolis untuk mengusir dan menghinakan setan. Cukup dengan tiupan ringan tanpa mengeluarkan air liur.
-
Mengubah Posisi Tidur. Berpindahlah dari posisi tidur semula ke posisi lainnya. Tindakan fisik ini membantu memutus kondisi tidak nyaman akibat mimpi buruk.
-
Jangan Menceritakan Mimpi Itu kepada Siapa Pun. Ini adalah kunci terpenting. Rasulullah menjamin bahwa mimpi buruk tidak akan membahayakan selama kita tidak menceritakannya.
-
Bangun dan Laksanakan Shalat. Jika rasa takut dan cemas masih ada, bangunlah untuk berwudhu dan mendirikan shalat. Shalat adalah sarana terbaik untuk mencari ketenangan dan pertolongan Allah.
Semua langkah ini berdasarkan hadits berikut:
وَإِذَا رَأَى غَيْرَ ذَلِكَ مِمَّا يَكْرَهُ فَإِنَّمَا هِىَ مِنَ الشَّيْطَانِ فَلْيَسْتَعِذْ مِنْ شَرِّهَا وَلاَ يَذْكُرْهَا لأَحَدٍ فَإِنَّهَا لاَ تَضُرُّهُ
Artinya: “Dan jika ia melihat mimpi selain itu yang tidak ia sukai (mimpi buruk), maka sesungguhnya mimpi itu berasal dari setan. Hendaklah ia memohon perlindungan dari keburukannya dan jangan menceritakannya kepada seorang pun, niscaya mimpi itu tidak akan membahayakannya.” (HR. Bukhari).
Pada akhirnya, Islam telah memberikan kita seperangkat panduan yang lengkap. Dengan mengikuti adab ini, kita dapat menjadikan mimpi indah sebagai sumber syukur dan mengubah mimpi buruk menjadi momen untuk lebih mendekatkan diri serta memohon perlindungan kepada Allah.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
