Khazanah
Beranda » Berita » Maladewa 100 % Penduduknya Islam

Maladewa 100 % Penduduknya Islam

Maladewa ; 100 % penduduknya Islam
Maladewa, sebuah surga tropis di tengah Samudera Hindia yang terkenal dengan pasir putihnya yang halus, air laut biru jernih, dan kehidupan bawah laut yang menakjubkan . 100 % penduduk Maladewa Beragama Islam. Gambar : Internet

SURAU.CO – Di tengah Samudra Hindia yang luas, terdapat sebuah negara kepulauan yang memikat mata dunia dengan keindahan alamnya. Negara itu adalah Maladewa (Maldives), sebuah surga tropis yang terkenal dengan pasir putihnya yang halus, air laut biru jernih, dan kehidupan bawah laut yang menakjubkan. Namun, di balik pesonanya sebagai destinasi wisata kelas dunia, Maladewa menyimpan keunikan lain yang jarang negara lain di dunia memilikinya. Maladewa 100 % penduduknya Islam.

Fakta tentang Maladewa di atas bukan sekadar angka statistik, melainkan cerminan sejarah panjang, tradisi, serta sistem hukum sebuah negara. Maka dapat terlihat, Maladewa memiliki sistem hukum yang berlandaskan syariat Islam.

Maladewa menjadi contoh menarik bagaimana sebuah negara modern dapat mempertahankan identitas keagamaannya di tengah derasnya arus globalisasi. Dan mengapa identitas keagamaan itu penting? Identitas keagamaan suatu negara, meskipun tidak selalu menjadi dasar konstitusional, memainkan peran penting dalam membentuk nilai-nilai, norma sosial, dan bahkan kebijakan negara. Identitas ini dapat menyatukan masyarakat, memberikan dasar moral dan spiritual, serta mempengaruhi pandangan dunia dan perilaku individu warga negara tersebut.

Sejarah Singkat Islam di Maladewa

Sebelum kedatangan Islam, penduduk Maladewa menganut beragam kepercayaan, mulai dari agama Buddha, Hindu, hingga animisme. Perubahan besar terjadi pada abad ke-12 M, ketika seorang ulama Muslim dari Afrika Utara, Abu al-Barakat Yusuf al-Barbari, tiba di kepulauan tersebut. Menurut catatan sejarah Maladewa, ia berhasil mengislamkan raja setempat, Sultan Mohamed bin Abdullah, pada tahun 1153 M.

Abu al-Barakat adalah seorang Dai asal Amazigh Maroko yang mengakhiri perjalanan dakwahnya di salah satu pulau yang ada di Maladewa. Ketika itu, Sultan Maladewa masuk Islam, yang kemudian seluruh penduduknya yang beragama Budha mengikutinya. Sultan kemudian membangun masjid dan madrasah sebagai sarana untuk mengajarkan agama yang baru bagi masyarakat itu.

Hubbul Wathan Minal Iman: Manifestasi Cinta Tanah Air sebagai Pilar Keimanan yang Kokoh

Proses masuknya Islam Sultan dan rakyat Maladewa ini, sering berkaitan dengan kisah legendaris tentang pengusiran roh jahat yang menakut-nakuti penduduk. Abu al-Barakat, dengan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an, berhasil menenangkan ketakutan warga. Sebagai tanda syukur, raja memeluk Islam dan mengganti namanya menjadi Sultan Muhammad al-Adil. Sejak saat itu, seluruh penduduk mengikuti jejak sang raja, dan Islam menjadi agama resmi Maladewa.

Geografis, Demografi, Bahasa, dan Budaya Maladewa

Maladewa terdiri dari sekitar 1.192 pulau karang yang membentang sejauh 871 kilometer di Samudra Hindia. Dari jumlah tersebut, hanya sekitar 200 pulau yang berpenghuni. Dengan jumlah penduduk sekitar 521.000 jiwa (data 2024), Maladewa termasuk salah satu negara dengan populasi terkecil di Asia.

Hal yang unik, hampir seluruh penduduknya adalah keturunan campuran dari bangsa Dravida, Arab, Afrika, dan Asia Selatan. Meski memiliki latar belakang etnis beragam, agama Islam menjadi pemersatu seluruh warga negara. Konstitusi Maladewa bahkan menetapkan bahwa setiap warga negara wajib beragama Islam. Orang yang keluar dari Islam secara otomatis kehilangan kewarganegaraannya.

Bahasa resmi Maladewa adalah Dhivehi, yang memiliki banyak kosakata serapan dari bahasa Arab akibat pengaruh Islam. Tulisan asli Dhivehi bahkan pernah menggunakan modifikasi aksara Arab yaitu Thaana.

Dalam budaya Maladewa, nilai-nilai Islam terlihat dalam seni, musik tradisional, hingga adat istiadat pernikahan. Doa dan zikir menjadi bagian dari banyak acara resmi maupun adat.

Menjadi Lembut Bukan Berarti Lemah: Seni Tenang di Tengah Kekacauan

Islam dalam Konstitusi Maladewa

Konstitusi Maladewa menyatakan secara tegas bahwa Islam Sunni adalah satu-satunya agama yang resmi di negara ini. Pasal penting dalam undang-undang tersebut berbunyi: “Seorang warga negara Maladewa tidak boleh menjadi orang yang bukan Muslim.” Hal ini berarti bahwa penduduk non-Muslim tidak dapat menjadi warga negara.

Semua undang-undang yang berlaku harus sejalan dengan prinsip-prinsip syariat Islam. Pendidikan agama Islam wajib di sekolah-sekolah. Kebijakan ini menjadikan Maladewa sebagai salah satu dari sedikit negara di dunia yang benar-benar 100% berpenduduk Muslim.

Praktik Keagamaan di Kehidupan Sehari-hari

Islam di Maladewa bukan sekadar identitas, tetapi benar-benar menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Praktik keagamaan Islam sangat tampak mencolok dalam kehidupan warga sehari-hari. Beberapa ciri yang mencolok antara lain:

  1. Shalat Lima Waktu. Suara azan berkumandang di seluruh pulau, mengingatkan penduduk untuk menunaikan shalat. Aktivitas bisnis sering melambat saat waktu shalat tiba.
  2. Pakaian. Meskipun Maladewa adalah destinasi wisata internasional, penduduk lokal tetap berpakaian sopan sesuai ajaran Islam. Wanita Muslim di Maladewa umumnya mengenakan hijab.
  3. Puasa Ramadhan. Masyarakat menjalankan Bulan Ramadhan dengan khidmat. Restoran biasanya tutup di siang hari dan hanya buka menjelang berbuka.
  4. Hukum Syariah. Dalam hal pernikahan, perceraian, dan warisan, Maladewa sepenuhnya menerapkan hukum syariah.

Islam dan Pariwisata

Menariknya, Maladewa adalah salah satu destinasi wisata paling terkenal di dunia. Wisatawan dari berbagai negara datang untuk menikmati keindahan pantai, menyelam, dan berbulan madu. Namun, pengaturan interaksi antara pariwisata dan syariat Islam sangat hati-hati.

  1. Pulau-pulau wisata internasional biasanya terpisahkan dari pulau penduduk lokal.
  2. Minuman beralkohol hanya tersedia di pulau-pulau resor khusus, bukan di pulau masyarakat.
  3. Mengharuskan Wisatawan untuk menghormati budaya setempat, misalnya mengenakan pakaian sopan saat mengunjungi desa.

Pendekatan ini memungkinkan Maladewa menjaga identitas Islamnya tanpa mengorbankan pendapatan dari sektor pariwisata. Namun demikian, meskipun berhasil mempertahankan identitas sebagai negara Muslim 100%, Maladewa menghadapi beberapa tantangan besar:

Mengatur Emosi Itu Sunnah, Bukan Soft Skill

  1. Globalisasi. Arus budaya Barat dari para wisatawan dan media sosial dapat memengaruhi generasi muda.
  2. Perubahan Iklim. Sebagai negara kepulauan rendah, Maladewa sangat rentan terhadap naiknya permukaan laut. Ancaman tenggelamnya pulau-pulau dapat memengaruhi keberlangsungan penduduknya.
  3. Keseimbangan Pariwisata dan Syariat. Mengelola interaksi antara wisatawan internasional dan aturan Islam tetap menjadi pekerjaan yang rumit.

Maladewa di Dunia Islam dan Internasional

Maladewa aktif dalam kerja sama internasional, khususnya di antara negara-negara Muslim. Negara ini merupakan anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan sering mendukung isu-isu terkait umat Islam di forum global.

Selain itu, Maladewa berupaya menjadi contoh bagaimana pariwisata dapat berkembang tanpa harus mengorbankan nilai-nilai agama. Beberapa negara Muslim bahkan belajar dari model kebijakan pariwisata Maladewa.

Maladewa adalah bukti nyata bahwa sebuah negara dapat memadukan modernisasi dengan keislaman secara harmonis. Dengan penduduk 100% muslim, konstitusi yang berlandaskan syariat, serta kehidupan sosial yang kental dengan ajaran Islam, Maladewa telah menjaga warisan yang telah ada sejak abad ke-12.

Keindahan alamnya memang menjadi magnet dunia, tetapi nilai-nilai Islamlah yang membentuk jati diri negara ini. Di tengah tantangan globalisasi dan perubahan iklim, Maladewa tetap menjadi permata di Samudra Hindia — bukan hanya karena pantainya yang memukau, tetapi juga karena keindahan iman yang mengikat seluruh warganya.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement