SURAU.CO – Di era digital saat ini, kita bisa mengakses informasi dengan sangat mudah. Namun, tidak semua pengetahuan membawa manfaat. Kita perlu mengejar keberkahan ilmu, yaitu ilmu yang tidak hanya menambah wawasan, tetapi juga menumbuhkan akhlak, mendekatkan diri kepada Allah, dan menebar kemanfaatan.
Ilmu yang membawa berkah akan membuat seseorang semakin rendah hati, bukan justru menjadi sombong. Seperti yang Imam Malik katakan, “Bukanlah ilmu itu dengan banyaknya riwayat, tetapi dengan cahaya yang Allah tanamkan di dalam hati.”
Mulai dengan Niat yang Tulus
Setiap amal bergantung pada niat. Jika kita menuntut ilmu demi ambisi duniawi, maka ilmu itu hanya akan menjadi beban, bukan petunjuk. Imam al-Ghazali menulis dalam Ihya Ulumuddin, “Ilmu tanpa amal adalah pembusukan, amal tanpa ilmu adalah kesesatan.”
Oleh karena itu, mari kita luruskan niat dalam menuntut ilmu, bukan untuk mencari gelar atau pengakuan, tapi untuk memperbaiki diri dan memberi manfaat bagi umat.
Hormat kepada Guru: Kunci Turunnya Hikmah
Para ulama besar selalu menekankan pentingnya adab kepada guru. Imam Syafi’i bercerita bahwa ia membuka lembaran kitab di hadapan Imam Malik dengan pelan karena merasa segan. Hal ini menunjukkan bahwa kita bisa meraih keberkahan ilmu tidak hanya dari isi pelajaran, tapi juga dari penghormatan kepada guru sebagai sumber ilmu.
Jika kita memuliakan guru, maka Allah akan memuliakan kita pula dengan ilmu yang bermanfaat.
Amalkan Ilmu yang Kita Pelajari
Ilmu tanpa amal hanya seperti pohon tanpa buah. Kita tidak cukup hanya menghafal, tapi harus mengamalkan ilmu tersebut.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Ilmu itu akan menjadi hujjah bagimu atau menjadi hujjah atasmu.” (HR.Muslim)
Jika kita tidak mengamalkan ilmu, maka ilmu itu sendiri akan menjadi saksi yang memberatkan kita di akhirat. Imam Abdullah bin Mubarak mengatakan, “Ilmu itu bukan sekadar mengetahui, tetapi mengamalkan apa yang diketahui.” Ketika kita mengamalkan ilmu, Allah akan menambahkan keberkahannya.
Jauhi Maksiat
Ilmu adalah cahaya, dan dosa adalah kegelapan. Keduanya tidak akan pernah menyatu. Suatu ketika, Imam al-Syafi’i mengadu kepada gurunya karena hafalannya lemah. Gurunya lalu berkata,
“Tinggalkanlah maksiat, karena ilmu adalah cahaya, dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada pelaku maksiat.”
Kalau kita ingin hati kita terpenuhi hikmah, maka kita harus membersihkan diri dari maksiat. Kita perlu menjaga pandangan, lisan, dan perbuatan agar ilmu yang masuk benar-benar bermanfaat.
Istiqamah dan Sungguh-sungguh
Ilmu tidak akan datang kepada orang yang malas. Para ulama terdahulu menempuh perjalanan jauh hanya untuk mencari satu hadis. Imam Bukhari menyusun Shahih Bukhari selama belasan tahun. Mereka rela lapar, begadang, dan hidup sederhana demi ilmu.
Imam Nawawi bahkan tidak tidur dalam keadaan kenyang selama dua tahun karena takut kantuk menghalangi belajarnya. Perjuangan seperti inilah yang membuat ilmu mereka penuh berkah dan terus dikenang hingga hari ini.
Berdoa Memohon Ilmu yang Bermanfaat
Kita tidak bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat kecuali dengan izin Allah. Rasulullah ﷺ mengajarkan doa:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, dan amal yang diterima.” (HR. Ibnu Majah)
Doa ini menegaskan bahwa ilmu yang bermanfaat akan membawa kita pada rezeki halal dan amal yang diterima. Maka, kita perlu memohon kepada Allah agar ilmu yang kita pelajari benar-benar membawa perubahan dalam hidup.
Sebarkan Ilmu: Jadikan Warisan Jariyah
Jika kita hanya menyimpan ilmu, lama-kelamaan ilmu itu akan hilang. Namun ketika kita mengajarkannya, ilmu itu akan hidup dan terus menyebar. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Jika anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya.” (HR.Muslim)
Mari kita ajarkan ilmu yang kita miliki dengan ikhlas. Kita bisa melakukannya lewat mengajar, menulis, atau berbagi cerita. Ketika kita membagikan ilmu, Allah justru akan menambah manfaat dan pahala dari ilmu tersebut.
Penutup: Ilmu yang Menerangi Jalan Hidup
Keberkahan ilmu tidak bergantung pada banyaknya buku yang kita baca, gelar yang kita raih, atau popularitas yang kita miliki. Tapi kita bisa mengukur keberkahan ilmu dari seberapa besar ilmu itu mengubah hidup kita—menjadikan kita hamba yang lebih taat, manusia yang lebih bermanfaat, dan pribadi yang lebih berakhlak.
serupa dengan pesan Imam Ibnu al-Jawzi dalam Shaidul Khatir:
العِلْمُ دَلِيلُ الطَّرِيقِ، لَيْسَ غَايَةً نِهَائِيَّةً، فَلَا تَتَوَقَّفْ عِندَ العِلْمِ، بَلْ سِرْ حَتَّى تَصِلَ إِلَى اللهِ
“Ilmu adalah penunjuk jalan, bukan tujuan akhir. Maka, jangan berhenti di ilmu. Teruslah berjalan sampai kamu sampai kepada Allah.”
Mari kita jadikan ilmu sebagai kendaraan untuk Allah, bukan sekedar koleksi informasi. Karena ilmu yang berkah bukan hanya yang kita tahu, tapi yang mengubah kita menjadi lebih baik setiap harinya.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.



