Kalam
Beranda » Berita » Merawat Kasih Abadi: 4 Cara Berbakti kepada Orang Tua yang Telah Tiada

Merawat Kasih Abadi: 4 Cara Berbakti kepada Orang Tua yang Telah Tiada

Kisah hikmah tentang keajaiban ayat al Qur'an
Kisah menakjubkan tentang keajaiban Surat Al Hasyr yang mampu mengembalikan mata air kering. Temukan hikmah dan kekuatan ayat Al-Qur'an.

SURAU.COPergi nya orang tua selamanya pasti meninggalkan kesunyian yang dalam. Perasaan rindu dan kenangan sering datang tanpa diundang. Namun, ajaran Islam memberikan ketenangan dengan menjelaskan bahwa rasa kasih sayang anak kepada orang tuanya tidak pernah putus karena kematian. Ikat cinta itu justru bisa terus dipertahankan melalui perbuatan baik. Sebenarnya, ini adalah kesempatan yang istimewa untuk terus memberi hadiah terbaik kepada mereka.

Merawat Kasih Abadi: 4 Cara Berbakti kepada Orang Tua yang Telah Tiada

Pergiannya orang tua ke tempat yang tak pernah kembali pasti meninggalkan rasa kosong yang dalam. Perasaan rindu dan kenangan sering datang tanpa terduga. Namun, ajaran Islam memberikan ketenangan dengan mengingatkan bahwa rasa hormat dan kasih sayang seorang anak tidak akan pernah putus karena kematian. Hubungan kasih sayang itu justru bisa terus dipertahankan melalui perbuatan-perbuatan yang baik. Sebenarnya, ini adalah kesempatan yang sangat berharga untuk terus memberi hadiah terbaik bagi mereka.

Allah SWT secara langsung mengajarkan kita untuk selalu mendoakan keduanya. Dalam firman-Nya, Dia memerintahkan kita untuk memohon, “Berdoalah, ya Allah, berilah rahmat kepada keduanya, sebagaimana mereka merawatku ketika kecil.” Perintah ini menunjukkan bahwa doa adalah jembatan kasih yang tak lekang oleh waktu.

Selain itu, Rasulullah ﷺ juga memberikan kabar gembira yang menguatkan hati. Beliau menjelaskan bahwa ada amalan yang pahalanya terus mengalir meskipun seseorang telah wafat. Beliau bersabda: “Apabila seseorang mati, seluruh amalnya terputus kecuali tiga: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shaleh yang mendoakannya.”

Oleh karena itu, setiap perbuatan baik yang kita niatkan untuk mereka akan menjadi cahaya di alam barzakh. Berikut adalah beberapa cara sederhana namun sangat bermakna untuk melanjutkan bakti kepada orang tua yang sangat kita cintai.

Manajemen Waktu: Refleksi Mendalam Bab Bersegera dalam Kebaikan

1. Mendoakan dan Memohonkan Ampunan dengan Tulus

Amalan pertama dan paling utama adalah doa. Doa merupakan wujud cinta paling murni dari seorang anak. Ketika kita menadahkan tangan, kita sedang berkomunikasi dengan Allah SWT untuk memohonkan kebaikan bagi ayah dan ibu. Ibadah ini tidak memerlukan biaya, namun nilainya melampaui harta benda apapun di sisi Allah.

Kita sangat dianjurkan untuk secara rutin mendoakan mereka. Doa yang paling dikenal adalah, “Allahummaghfirlahuma warhamhuma kamaa rabbayaniy shagheeraa,” yang artinya, “Ya Allah, ampunilah keduanya dan berilah rahmat kepada mereka, sebagaimana mereka merawatku ketika kecil.” Doa ini tidak hanya berisi permohonan ampun, tetapi juga pengakuan atas jasa mereka yang tak terhingga.

Lebih dari itu, istighfar atau permohonan ampun yang kita panjatkan memiliki kekuatan luar biasa. Terdapat sebuah riwayat yang menyebutkan bahwa derajat seseorang diangkat di surga. Orang itu pun bertanya, “Mengapa aku mendapatkan ini?” Maka dijawab, “Karena permohonan ampun (istighfar) anakmu untukmu.” Ini menunjukkan betapa besar pengaruh doa seorang anak. Dengan demikian, setiap doa adalah investasi akhirat terbaik bagi orang tua kita.

2. Bersedekah Jariyah Atas Nama Orang Tua

Selanjutnya, bersedekah atas nama orang tua yang telah tiada merupakan bentuk bakti yang sangat mulia. Sedekah jariyah adalah amalan yang pahalanya terus mengalir tanpa henti, selama manfaatnya masih dirasakan oleh orang lain. Tindakan ini ibarat menanam pohon kebaikan yang buahnya akan terus dipetik oleh ayah dan ibu di akhirat.

Kisah seorang sahabat menjadi bukti nyata. Ia bertanya kepada Rasulullah ﷺ mengenai ibunya yang meninggal mendadak dan belum sempat berwasiat. Sahabat itu meyakini, jika ibunya sempat berbicara, ia pasti akan bersedekah. Ia pun bertanya, “Apakah ibuku akan mendapat pahala jika aku bersedekah atas namanya?” Nabi ﷺ pun menjawab dengan tegas, “Ya. Bersedekahlah atas nama ibumu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Membangun Etos Kerja Muslim yang Unggul Berdasarkan Kitab Riyadus Shalihin

Bentuk sedekah jariyah bisa beragam. Contohnya, kita bisa mewakafkan Al-Qur’an untuk masjid, ikut serta dalam membangun sumur atau sumber air bersih, membangun madrasah, atau menanam pohon yang buahnya bisa dinikmati orang banyak. Setiap kali Al-Qur’an dibaca atau air sumur digunakan, maka pahala tersebut secara otomatis akan terus mengalir kepada orang tua kita. Secara dasarnya, tindakan ini adalah bentuk cinta yang terus berlangsung dan memberi manfaat kepada sesama, seperti harapan yang mereka tinggalkan semasa hidup.

3. Menjaga Silaturahim dengan Kerabat dan Sahabatnya

Bakti kepada orang tua tidak hanya bersifat vertikal kepada Allah, tetapi juga horizontal kepada sesama manusia. Salah satu cara terbaik untuk melakukannya adalah dengan menyambung tali silaturahim. Kita wajib untuk menjaga hubungan baik dengan keluarga, kerabat, dan sahabat-sahabat karib orang tua kita. Ini adalah cara kita merawat warisan sosial dan kasih sayang yang telah mereka bangun.

Rasulullah ﷺ pernah bersabda, “Sesungguhnya sebaik-baik bentuk berbakti adalah seorang anak menyambung hubungan dengan keluarga dari kenalan ayahnya.” (HR. Muslim). Hadis ini memberikan pedoman yang jelas. Mengunjungi paman dan bibi, menanyakan kabar sepupu, atau sekadar menelepon sahabat lama ayah kita adalah bentuk penghormatan yang sangat tinggi.

Dengan menjaga silaturahim, kita tidak hanya membuat nama orang tua tetap harum, tetapi juga mendatangkan keberkahan bagi diri sendiri. Rasulullah ﷺ menjanjikan bahwa silaturahim dapat melapangkan rezeki dan memanjangkan umur. Lebih dari itu, tindakan ini dapat mengobati rasa rindu. Saat kita bercengkrama dengan sahabat mereka, kita seolah-olah sedang mendengar kembali cerita dan kenangan indah tentang mereka.

4. Menunaikan Nazar atau Janji yang Belum Terlaksana

Terkadang, orang tua memiliki sebuah niat, janji, atau nazar yang belum sempat mereka tunaikan semasa hidupnya. Misalnya, niat untuk berkurban, menunaikan ibadah haji, atau janji untuk membantu seseorang. Sebagai anak yang berbakti, menunaikan janji tersebut adalah sebuah kehormatan dan kewajiban moral.

Frugal Living Ala Nabi: Menemukan Kebahagiaan Lewat Pintu Qanaah

Hal ini berdasarkan pada sebuah riwayat dari Sa’ad bin Ubadah. Ibunya bernazar namun meninggal dunia sebelum sempat melaksanakannya. Sa’ad pun bertanya kepada Nabi ﷺ mengenai hal tersebut. Maka, Nabi ﷺ memberikan perintah yang lugas, “Tunaikanlah untuknya.” Perintah ini menjadi landasan kuat bahwa kita dapat mewakili orang tua dalam menuntaskan komitmen ibadah mereka.

Menunaikan nazar mereka adalah bukti nyata bahwa kita adalah penerus kebaikan mereka. Tindakan ini melambangkan rasa tanggung jawab yang mendalam. Selain membebaskan tanggungan mereka di akhirat, kita juga menunjukkan bahwa warisan terbaik dari orang tua bukanlah harta, melainkan akhlak mulia dan komitmen pada kebaikan.

Cinta yang Hidup dalam Setiap Kebaikan

Akhirnya, setiap perbuatan yang kita lakukan dengan hati yang tulus untuk orang tua adalah bukti cinta yang tak pernah binasa. Doa, sumbangan, menjaga hubungan baik, dan memenuhi janji adalah cara kita merawat kenangan mereka sekaligus terus mengirimkan pahala. Meskipun tubuh mereka tidak ada lagi, kasih sayang kita akan tetap hidup dalam setiap kebaikan yang kita lakukan.

Oleh karena itu, marilah kita terus melanjutkan tradisi yang mulia ini dengan hati yang benar-benar tulus. Semoga Allah SWT menerima setiap amal kita sebagai hadiah terbaik untuk ayah dan ibu, serta memasukkan mereka ke surga-Nya yang paling indah. Amin.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement