Surau.co – Banyak orang memimpikan untuk memiliki rumah. Bagi sebagian orang, rumah bukan sekadar tempat berteduh, melainkan pusat kehidupan sebuah keluarga. Di sanalah mereka tidur, bersenda gurau, beristirahat, dan menjalani berbagai aktivitas hidup lainnya penuh kehangatan.
Namun, meskipun rumah dalam pelajaran di sekolah termasuk kebutuhan dasar, sebagian orang belum mampu membelinya. Mereka akhirnya harus ngekos, mengontrak, atau bahkan menumpang di rumah kerabat atau orang tua sekadar untuk berteduh, tentu dengan berbagai suka dukanya.
Kondisi ini muncul karena harga properti terus melonjak. Para pengembang menawarkan rumah dengan harga yang jauh melampaui pendapatan masyarakat yang biasanya mengacu pada standar upah minimum. Di Jogja, misalnya, Upah Minimum Provinsi (UMP) sebesar Rp 2,26 juta, sedangkan harga rumah layak huni mencapai lebih dari Rp 200 juta.
Masyarakat pun harus menabung puluhan tahun untuk bisa membeli rumah. Padahal, untuk kebutuhan pokok saja mereka masih pas-pasan.
Rumah Perlu Usaha Ekstra dan Pengelolaan Keuangan
Untuk bisa memiliki rumah, seseorang harus bekerja keras—terutama mereka yang tidak mendapatkan warisan, atau bahkan mewarisi utang. Saya pun pernah mengalami hal ini secara langsung, menabung tujuh tahun dengan susah payah.
Orang yang berpenghasilan kecil perlu mencari tambahan pemasukan agar bisa menyisihkan uang untuk ditabung atau membayar cicilan KPR. Sedangkan orang yang penghasilannya cukup, punya tugas lain, yakni mengatur keuangan dengan bijak. Jika tidak, penghasilan sebesar apa pun bisa habis hanya untuk konsumsi.
Pendekatan Spiritual Lewat Doa
Selain bekerja keras, seseorang juga perlu mengiringi usahanya dengan pendekatan spiritual. Dalam ajaran Islam, umat diajarkan untuk meminta pertolongan kepada Allah sebagai upaya mengetuk pintu langit.
Islam mengajarkan, bahwa doa bisa membuka jalan untuk meraih impian, termasuk memiliki rumah. Mengutip NU Online, ada doa dari Nabi Nuh dalam surat al-Mukminun ayat 29 yang dapat diamalkan:
رَّبِّ اَنْزِلْنِيْ مُنْزَلًا مُّبٰرَكًا وَّاَنْتَ خَيْرُ الْمُنْزِلِيْنَ
Artinya: “Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkahi, dan Engkau adalah sebaik-baik pemberi tempat.”
KH Sujadi, Mustasyar PCNU Pringsewu, Lampung, meyakini bahwa doa ini dapat membantu seseorang mendapatkan rumah yang penuh berkah. Ia menerima amalan ini saat menimba ilmu di Pesantren Al-Asy’ariyah, Kalibeber, Wonosobo, Jawa Tengah. Ia juga menganjurkan umat untuk berpuasa terlebih dahulu sebelum mengamalkan doa tersebut.
Sementara itu, KH Achmad Chalwani Nawawi, Pengasuh Pesantren An-Nawawi Purworejo, memberikan ijazah dari dua ayat terakhir surat Yasin untuk memudahkan proses membangun rumah:
اِنَّمَآ اَمْرُهٗٓ اِذَآ اَرَادَ شَيْـًٔاۖ اَنْ يَّقُوْلَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ
فَسُبْحٰنَ الَّذِيْ بِيَدِهٖ مَلَكُوْتُ كُلِّ شَيْءٍ وَّاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ
Artinya:
“Sesungguhnya ketetapan-Nya, jika Dia menghendaki sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, ‘Jadilah!’ Maka jadilah sesuatu itu.”
“Maka, Mahasuci Allah yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya kamu dikembalikan.”
KH Chalwani menyarankan umat untuk membaca ayat tersebut tujuh kali setiap selesai salat Subuh, sambil berserah diri kepada Allah.
Pentingnya Kombinasi Doa dan Ikhtiar
Pada akhirnya, doa tidak bisa berdiri sendiri. Seseorang harus mengimbanginya dengan usaha sungguh-sungguh. Dalam pandangan Islam, doa dan usaha memiliki peran yang sama penting.
Habib Syarief Muhammad pernah menyampaikan pesan penting:
“Usaha tanpa doa adalah sombong. Doa tanpa usaha adalah sia-sia. Maka padukanlah keduanya lalu diakhiri dengan tawakal.”
Tawakal menjadi puncak dari sikap seorang Muslim setelah mengerahkan segala daya, baik secara duniawi maupun spiritual. Wallahualam.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
