Pulau Buton menyimpan banyak warisan sejarah Nusantara. Benteng Keraton Buton adalah salah satu warisan sejarah Nusantara yang berada di Pulau Buton Provinsi Sulawesi Tenggara. Banyak ahli sejarah dari dalam dan luar negeri yang melakukan studi sejarah dan antropologi di Benteng Keraton Buton ; Benteng Terluas di Dunia.
Banyak ahli sejarah dari dalam dan luar negeri yang menelusuri dan menguraikan riwayat Benteng Keraton Buton. Mereka menelusuri berbagai naskah dan melakukan studi lapangan tentang Benteng Keraton Buton. Salah satu ahli sejarah yang melakukan studi antropologi dan memberikan banyak catatan tentang Benteng Keraton Buton adalah Pim Schoorl.
Riwayat Benteng Keraton Buton
Para ahli sejarah mencatat ihwal berdirinya Benteng Keraton Buton. Sultan Buton ke-3 bernama La Sangaji yang bergelar Sultan Kaimuddin membangun Benteng Keraton Buton pada abad ke-16. Benteng ini mulanya berupa tumpukan batu yang disusun untuk membatasi komplek istana dengan perkampungan masyarakat .
Sultan Buton ke-4 yang bernama La Elangi atau Sultan Dayanu Ikhsanuddin membangun benteng menjadi permanen. Sultan Buton ke-6 La Buke atau Sultan Gafarul Waduudu menyelesaikan pembangunan benteng pada tahun 1645.
Pemerintah Daerah melengkapi informasi situs-situs yang ada dengan memberikan keterangan berupa papan nama dan informasi pada setiap situs. Pengunjung lebih mudah mengetahui nama dan riwayat masing-masing situs yang ada.
Menyusuri Benteng Keraton Buton membuat takjub. Batu karang tersusun rapi membentuk struktur dinding unik yang kokoh. Menggunakan batu karang yang hampir sama besar dan bentuknya. Batuan direkat menggunakan batu yang dihaluskan dicampur kapur halus dan putih telur.
Dinding unik Benteng Keraton Buton menggambarkan betapa majunya kemampuan arsitektur orang Buton zaman dulu. Benteng ini memiliki luas sekitar 23, 375 hektar dan panjang keliling mencapai 2.740 meter. Arsitektur benteng memadukan gaya Islam dan lokal Buton.
Fitur Menarik dan Bersejarah
- Istana Sultan Buton (Kamali). Sultan menempati Istana kesultanan. Lingkungan kesultanan disebut Kamali. Dalam Kamali dibangun Rumah Panggung bertingkat yang disebut Malige. Kini istana Kesultanan berfungsi menjadi Museum Kebudayaan Buton.
- Rumah Adat Buton. Masyarakat mendiami benteng sejak dulu. Mereka membangun rumah adat Buton yang disebut “Banua Tada”. Kita akan menemukan rumah adat Buton dalam lingkungan benteng.
- Jangkar Raksasa. Pengunjung bisa melihat jangkar raksasa setinggi 3,5 meter dan lebar 2 meter di Utara Masjid Agung Keraton Buton. Sejarah mengisahkan jangkar baja raksasa ini adalah peninggalan kapal VOC yang karam di perairan Buton.
- Masjid Agung Keraton Buton. Masjid Agung Keraton Buton berusia sekitar 300 tahun. Masjid ini menggunakan 313 potong kayu. Kepercayaan Buton menganalogikan angka 313 sama dengan jumlah tulang pada manusia. Jumlah anak tangga masjid sebanyak 17, sama dengan. jumlah rakaat sholat wajib sehari semalam. Jumlah pintu dan jendela adalah 12, menandakan jumlah 12 lubang pada manusia.
- Tiang Bendera Tua. Orang Buton menyebutnya “Kasulana Tombi”, berdiri di samping Masjid Keraton Buton. Usianya sama dengan masjid, kurang lebih 300 tahun. Tiang bendera terbuat dari kayu jati tua, menjulang mencapai tinggi sekitar 21 meter. Kesultanan mengibarkan bendera Tombi Longa-Longa di ujungnya.
- Tempat Pelantikan Sultan. Situs ini berada di depan Masjid Agung Keraton Buton. Orang Buton menyebutnya “Batu Popaua” yang artinya Batu Berpayung.
- Makam Sultan Murhum. Murhum memeluk Islam dan mengislamkan Buton. Makam Sultan Murhum terletak di depan Masjid Agung Keraton Buton.
Pengakuan Internasional
Dunia internasional mengakui Benteng Keraton Buton sebagai satu warisan sejarah. Museum Rekor Indonesia (MURI) dan Guinness Book Of Record memberikan penghargaan Benteng Keraton Buton Benteng Terluas Di Dunia pada September 2006. Pemerintah Kota Bau-Bau sedang mengusulkan Benteng Keraton Buton kepada UNESCO sebagai salah sati Warisan Dunia (World Heritage).
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
