Slow living membuat hidup lebih berkualitas. Slow living menjadikan hidup lebih bahagia. Kita sudah sering mendengar tentang slow living. Kita pernah membacanya?. Atau mungkin kita sedang menjalankan gaya hidup ini? Slow living menjadi tren gaya hidup saat ini. Banyak media mengungkapkan hal itu. Dan banyak orang mencoba gaya hidup slow living.
Belakangan, orang marak mengungkapkan istilah ini, baik secara langsung maupun melalui media social. Slow living dianggap sebagai gaya hidup santai, berbanding sebaliknya dengan kehidupan serba cepat dan super sibuk. Konsep slow living sebagai solusi untuk menikmati hidup lebih berkualitas.
Jangan keliru memaknai, slow living bukan hidup bermalas-malasan. Slow living adalah suatu gaya hidup yang mengedepankan kualitas, kesadaran, dan penentuan prioritas. Fokus gaya hidup ini adalah melakukan sesuatu dengan lebih baik. Bukan melakukan sesuatu dengan cepat.
Apa Itu Slow Living ?
Slow living adalah sebuah gaya hidup yang menekankan pada kualitas daripada kuantitas, dengan cara melambatkan laju kehidupan dan menikmati setiap momen. Ya, menekankan kualitas, itu point pentingnya. Melambatkan laju kehidupan? Ya,,,artinya menikmati proses kehidupan.
Konsep hidup slow living berlawanan dengan fast living atau hustle culture yang cenderung melakukan sesuatu serba cepat dan terburu-buru. Slow living mendorong individu untuk lebih sadar dan hadir dalam setiap aktivitas, serta fokus melakukan hal-hal yang penting. Prinsip utama slow living adalah menekankan kualitas daripada kuantitas. Tujuannya untuk menikmati proses setiap momen kehidupan.
Sejarah Slow Living
Sebelum menjalankan, kita tentu perlu mengetahui asal-usulnya. Dari mana dan kapan orang mulai mengenal gaya hidup ini? Mari mendalaminya.
Konsep hidup slow living berawal dari gerakan Slow Food di Italia pada 1980-an. Carlo Petrini memprakarsai gaya hidup ini sebagai bentuk protes terhadap pembukaan gerai fast food di Roma.
Gerakan slow living ini mengusung pentingnya makanan berkualitas yang mempertahankan tradisi lokal dan mendukung kesejahteraan petani. Popularitas slow living meningkat setelah Carl Honoré menerbitkan buku ‘In Praise of Slowness’. Carl mengajak pembaca untuk menjalani hidup dengan ritme yang lebih lambat.
Manfaat Slow Living
Menjalani hidup dengan konsep slow living dapat memberikan berbagai manfaat, diantaranya :
- Menjadi lebih bahagia. Seringkali kita mengabaikan hal-hal kecil. Fokus pada hal-hal kecil yang sebelumnya sering kita abaikan, ternyata bisa membuat kita merasa lebih bahagia. Misalnya, menikmati alam atau jalan-jalan bersama teman atau keluarga tanpa ada notifikasi telepon genggam.
- Membuat keputusan yang bijaksana. Selain lebih bahagia, slow living memudahkan kita untuk bisa membuat keputusan yang lebih bijaksana dan berpikir lebih jernih, karena kita tidak terburu-buru oleh waktu untuk memutuskannya.
- Mampu menempatkan prioritas. Dengan slow living, kita bisa memprioritaskan waktu untuk hal yang benar-benar penting sesuai porsinya masing. Meskipun harus melakukan dengan perlahan dan makan waktu yang tidak sebentar, tapi lambat laun pasti merasakan hasilnya.
- Hidup seimbang. Konsep ini juga membuat hubungan antara pekerjaan, bersosialisasi, dan kehidupan pribadi kita menjadi lebih seimbang dan terjaga.
- Kesehatan fisik dan mental. Dengan menerapkan gaya hidup yang lebih santai dan berfokus pada proses, kita dapat menghindari stress dan mengenal diri kita lebih dalam. Slow living dapat mengurangi tekanan darah.
Memulai gaya hidup Slow Living
Ingin menerapkan gaya hidup slow living? Ada beberapa langkah awal yang dapat diterapkan untuk mulai menjalani slow living sebagai gaya hidup sehari-hari, yaitu :
- Mulai dari hal kecil. Mulailah dengan mengubah kebiasaan sehari-hari yang biasanya kita lakukan dengan cepat. Misalnya, makan dengan perlahan dan menikmati setiap suapan makananmu. Mulai menghindari membalas pesan-pesan yang masuk di aplikasi pengirim pesan pada gadget-mu.
- Hindari multitasking. Kita sering ingin melakukan banyak hal sekaligus. Cobalah untuk melakukan satu tugas di satu waktu. Mulailah mencoba untuk tidak melakukan banyak hal sekaligus.
- Mengurangi overthinking. Fokuslah pada hal-hal yang bisa dikendalikan. Banyak orang seringkali mengkhawatirkan sesuatu yang berada diluar kendali mereka, misalnya ; memikirkan kehidupan orang lain. Slow living berarti memberikan hampir seluruh fokus pada diri sendiri dan bisa mengendalikan situasi.
- Meluangkan waktu untuk diri sendiri. Kita menghabiskan waktu untuk bekerja. Luangkan waktu untuk melakukan hal-hal yang ringan, seperti membaca buku, berkebun, berolahraga ringan atau meditasi. Selain itu, kamu juga bisa meluangkan waktu di tengah rutinitas yang padat dengan melakukan hobi yang disukai, atau menulis pada suatu media untuk stress release.
- Membatasi penggunaan media sosial. Manusia kini terikat dengan media sosial. Cobalah untuk mengurangi menggunakan media sosial. Menikmati waktu tanpa gangguan dari dunia maya. Media sosial dapat membuat kita merasa terburu-buru, dan berujung stres.
- Menerapkan praktik mindfulness. Kita sering khawatir tentang hal-hal yang belum terjadi. Teknik mindfulnessa adalah praktik meningkatkan kesadaran diri dan konsentrasi pada momen saat ini tanpa mengkhawatirkan masa depan. Praktik ini akan mengurangi stres dan meningkatkan kualitas hidup.
Jangan salah memahami Slow Living
Meskipun slow living menekankan pada hidup yang lebih santai, bukan berarti gaya hidup ini sama dengan bermalas-malasan. Slow living bukan berarti hidup yang tidak produktif. Justeru, gaya hidup ini dapat dikatakan sangat tekun. Kita memberikan perhatian besar untuk hal yang sedang dikerjakan. Ini akan memberikan hasil yang berkualitas.
Slow living membuat seseorang lebih fokus terhadap diri sendiri. Kita menghargai proses serta menerima apa yang sedang dimiliki saat ini. Alih-alih menjadi malas, justeru slow living menjadikan orang lebih fokus menikmati proses dalam mencapai tujuan. Slow living memerlukan komitmen dan perubahan pola pikir.
Mari membuat hidup lebih berkualitas. Mari membuat hidup bahagia!