Sosok
Beranda » Berita » Sosok Gus Fahrur, Ulama Multitalenta dari Malang yang Mengakar di Pesantren dan Mengudara di Publik

Sosok Gus Fahrur, Ulama Multitalenta dari Malang yang Mengakar di Pesantren dan Mengudara di Publik

Gus-Fahrur
Gus-Fahrur

Dari Pesantren ke Panggung Nasional

Surau.co – KH Ahmad Fahrur Rozi, atau akrab disapa Gus Fahrur, adalah nama yang tidak asing di telinga umat Islam Indonesia. Sosok ini kerap muncul sebagai narasumber di televisi, membahas isu-isu sosial dan keagamaan yang hangat di masyarakat.

Ia bukan hanya tokoh publik, tetapi juga tokoh panutan yang konsisten menyuarakan nilai-nilai Islam moderat ala Nahdlatul Ulama (NU). Keaktifannya bukan hanya terlihat di layar kaca, tetapi juga di media sosial.

Di sana, Gus Fahrur kerap membagikan video ceramahnya yang menyentuh dan menenangkan jiwa. Baik dalam seminar keagamaan, pengajian umum, maupun forum-forum strategis, kehadirannya selalu dinantikan.

Dikenal sebagai narasumber yang responsif terhadap berbagai isu, Gus Fahrur juga merupakan salah satu tokoh yang mudah dijangkau oleh wartawan. Ia rajin memberikan tanggapan, tak hanya sebagai ulama, namun juga sebagai Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) serta Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

Dari Malang untuk Nusantara: Jejak Awal Sang Ulama

Gus Fahrur lahir pada 30 November 1971 di Desa Bululawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Ia besar dalam tradisi pesantren yang kuat. Ayahnya, KH Burhanuddin Hamid, dan kakeknya, KH Anwar Nur, adalah ulama pendiri Pondok Pesantren An-Nur Bululawang.

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

Sejak kecil, Gus Fahrur telah menyerap nilai-nilai keilmuan dan keagamaan dari lingkungan pesantren. Pendidikan dasarnya ditempuh di pesantren keluarganya, An-Nur, yang kemudian dilanjutkan ke Pondok Pesantren Lirboyo di Kediri.

Lirboyo dikenal sebagai salah satu pesantren tertua dan paling berpengaruh dalam tradisi keilmuan NU. Pengalaman belajar di Lirboyo memperkaya wawasan fiqh dan kebangsaan Gus Fahrur. Ia tumbuh sebagai pribadi religius, moderat, namun tetap terbuka terhadap dinamika zaman.

Penerus Pesantren An-Nur dan Pelayan Umat

Kini, Gus Fahrur meneruskan tongkat estafet sebagai pengasuh Pondok Pesantren An-Nur 1 Bululawang. Di bawah kepemimpinannya, An-Nur berkembang menjadi tiga kompleks: An-Nur 1, An-Nur 2, dan An-Nur 3. Pesantren ini tidak hanya menjadi pusat pendidikan agama, tetapi juga menjadi rujukan masyarakat dalam menyelesaikan problematika keagamaan.

Tak hanya mengelola pesantren, Gus Fahrur juga memimpin Yayasan Al-Qolam, yang mengelola kampus Perguruan Tinggi Al-Qolam di Gondanglegi, Malang. Kampus ini menjadi simbol perpaduan antara pendidikan pesantren dan akademik modern.

Perannya sebagai Ketua Ikatan Gus-Gus Indonesia (IGGI) juga menunjukkan kemampuannya menyatukan para putra kiai muda dari seluruh penjuru Nusantara. Lewat IGGI, Gus Fahrur mendorong regenerasi ulama yang siap berperan di ruang publik.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Menjabat di NU dan MUI: Kontribusi Strategis untuk Bangsa

Karier keorganisasian Gus Fahrur sudah dimulai sejak muda. Pada 1992 hingga 1994, ia sudah aktif di Lembaga Bahtsul Masail di Pesantren Lirboyo forum yang membahas persoalan fiqh kontemporer. Kepiawaiannya dalam diskusi keagamaan membawanya menjabat Sekretaris Bahtsul Masail PCNU Malang pada 1995 hingga 1998.

Kariernya terus meroket. Ia sempat menjadi Wakil Ketua RMI (asosiasi pesantren NU) dua periode berturut-turut dari 1999 hingga 2010. Dalam Muktamar NU di Lampung tahun 2021, ia ditunjuk sebagai Ketua PBNU bidang Keagamaan untuk periode 2022–2027 di bawah kepemimpinan KH Yahya Cholil Staquf.

Selain itu, ia pernah menjadi Sekretaris PWNU Jawa Timur (2014–2019) dan kemudian Wakil Ketua PWNU Jawa Timur (2019–2022). Di MUI, Gus Fahrur menjabat Wakil Sekretaris Jenderal bidang Fatwa posisi strategis dalam menentukan sikap keagamaan nasional.

Ulama yang Merangkul, Bukan Menghakimi

Keunikan Gus Fahrur bukan hanya pada keilmuannya, tetapi juga pada pendekatan sosialnya. Ia dikenal ramah, inklusif, dan tegas dalam menyampaikan pendapat. Ia bisa menyampaikan pendapat dengan lembut, namun tetap tegas pada prinsip keislaman yang rahmatan lil ‘alamin.

Konsistensinya dalam menjaga narasi Islam yang damai dan membumi membuatnya disegani lintas golongan. Ia tidak segan hadir dalam forum lintas iman maupun diskusi publik yang menuntut kehadiran ulama moderat.

Meneladani Seni Hidup Imam Nawawi: Kunci Keseimbangan Dunia dan Akhirat

Masyarakat memandangnya sebagai jembatan antara pesantren dan publik. Dengan kemampuan komunikasi yang baik, Gus Fahrur telah membuktikan bahwa ulama bisa menjadi penyambung lidah umat di tengah era digital dan modernitas.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement