Surau.co – Dihyah al Kalabi selalu setia mendukung dan membantu dakwah Rasulullah SAW. Pernah suatu ketika, ia diutus Rasulullah SAW kepada Heraklius, Raja Romawi saat itu. Ia diutus untuk mendakwahkan Islam pada tahun ke 6 Hijriyah, tepatnya setelah terjadinya perjanjian Khudaibiyah. Ia ditemani oleh seorang sahabat, yakni Hayyan bin Milh.
Saat itu, sebenarnya Heraklius telah membenarkan kenabian Rasulullah SAW. Namun ia enggan masuk Islam karena merasa takut akan gangguan pengikutnya dan takut kehilangan kekuasaan yang ada di tangannya.
Heraklius berkata kepada Dihyah Al Kalabi tatkala ia membawa surat dari Rasulullah SAW,
“Celaka, sungguh aku mengetahui bahwa temanmu itu (yakni Rasulullah SAW) adalah Nabi yang diutus, dan dialah yang kami tunggu-tunggu dan kami mendapatkan (beritanya) dalam kitab-kitab kami. Akan tetapi aku mengkhawatirkan diriku dari orang-orang Romawi. Seandainya bukan karena itu, sungguh aku akan mengikutinya. Pergilah engkau kepada Dhagathir Al Ashqaf Ar Rumi, ceritakanlah kepadanya tentang perkara temanmu ini! Ia (kedudukannya) lebih agung dariku dan perkataannya lebih diterima di sisi orang-orang Romawi. Lihatlah apa yang akan dikatakannya!”
Maka Dihyah al Kalabi pun mendatanginya dan mengabarkan dengan apa yang Rasulullah SAW utuskan. Setelah Dhagathir membaca isi surat Rasulullah SAW, ia pun berkata, “Demi Allah, temanmu ini adalah nabi yang diutus, kami telah mengenalnya dengan sifat-sifatnya, dan kami dapatkan namanya dalam kitab-kitab kami.”
Maka ia pun melepaskan pakaian hitam yang dikenakannya dan menggantinya dengan pakaian yang berwarna putih. Kemudian ia mengambil tongkatnya dan keluar menemui orang-orang Romawi, sedang mereka saat itu sedang berada dalam tempat ibadah mereka.
Ia pun berkata, “Wahai bangsa Romawi, telah datang kepada kita surat dari Ahmad, surat ini berisi ajakannya kepada Allah SWT. Sungguh aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya.”
Maka orang-orang Romawi serentak menyerbunya. Mereka memukulinya hingga ia meninggal dunia. Setelah itu, Dihyah al Kalabi kembali menemui Heraklius dan mengabarkan berita tersebut. Maka Heraklius berkata, “Sungguh aku telah mengatakan kepadamu, bahwa kami merasa takut atas diri-diri kami, sedangkan Dhagathir demi Allah merupakan orang yang lebih agung di sisi orang Romawi.”
Suatu ketika terjadi perang antara kaum muslimin dan orang-orang Yahudi. Dalam pertempuran ini, kaum muslimin memenangi peperangan dan banyak pasukan Yahudi yang terbunuh. Selain ghanimah yang diperoleh oleh kaum muslimin, banyak pula tawanan perang yang terdiri dari wanita-wanita dan anak-anak dari golongan Yahudi dan diberikan kepada kaum muslimin. Di antara tawanan tersebut, terdapat putri pimpinan Yahudi, yakni Shafiyah bintu Huyay. Semula Shafiyah masuk dalam pembagian kepemilikan Dihyah al Kalabi. Namun melihat kedudukan Shafiyah, maka Rasulullah SAW memutuskan untuk membebaskan dengan memerdekakannya lalu Rasulullah SAW menikahi Shafiyah. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun ke 7 Hijriyah.
Dihyah al Kalabi juga meriwayatkan beberapa hadits Rasulullah SAW. Di antara yang mengambil riwayat darinya adalah Manshur bin Said Al Kalabi, Muhammad bin Kaab, Abdullah bin Syadad bin Had, Aamir as Sya’bi, Khalid bin Yazid bin Muawiyah.
Dihyah al Kalabi hidup hingga masa kepemimpinan Muawiyah. Sepeninggal Rasulullah SAW, ia pindah ke Mizzah, sebuah daerah yang dekat dengan negeri Damaskus dan meninggal di sana. Namun tidak diketahui secara pasti waktu meninggalnya.
Baca juga: Malaikat Jibril Menemui Rasulullah dengan Rupa Sahabat Dihyah Al Kalabi
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.