CM Corner
Beranda » Berita » Beckham dan Kapitalisasi Dunia Bola

Beckham dan Kapitalisasi Dunia Bola

Beckham dan Kapitalisasi Dunia Bola

Oleh : Masykurudin Hafidz, Pembaca setia harian olahraga TopSkor, tinggal di Jakarta

SURAU.CO  – Luar biasa, Beckham! Mantan kapten tim nasional Inggris itu baru saja masuk dalam jajaran kontrak termahal dalam sejarah olahraga dunia. Setelah pelatihnya, Fabio Capello, sering mencadangkannya di Real Madrid dan perpanjangan kontraknya menemui jalan buntu, Beckham akhirnya memilih bermain di Liga Sepak Bola Amerika (MLS) dan bergabung dengan klub Los Angeles Galaxy.

Gajinya tidak tanggung-tanggung: 9 Miliar per minggu atau 1 juta per menit! Gaji suami Victoria “Posh Spice” ini mengalahkan gaji pemain bola dunia manapun musim ini. Sebagai perbandingan, gaji Andry Shevchenko di Chelsea hanya 2.4 Miliar per minggu. Bahkan, kerja Beckham selama dua jam setara dengan gaji Benditson, pemain belakang LA Galaxy, selama setahun.

Beckham memang fenomenal. Pemain yang terkenal dengan tendangan pisangnya ini termasuk dalam daftar pemain bola terkaya dunia dengan kantong mencapai 1,2 Triliun. Dia tidak hanya lihai mengumpan bola, tetapi juga menjadi simbol pria metroseksual. Berbagai iklan ia bintangi, mulai dari minyak rambut, pelumas kendaraan, hingga pewangi tubuh. Pihak Real Madrid bahkan mengakui bahwa klub mendapatkan keuntungan besar dari kehadiran Beckham bukan karena prestasi, tetapi karena penjualan kaos, promosi, dan industri periklanannya.

Publik Amerika sendiri menyambut antusias kehadiran Beckham. Para pegiat sepak bola di sana mengatakan, kehadiran Beckham adalah sinyal invasi pemain terbaik dunia ke kompetisi Amerika. Investor klub Galaxy pun beralasan, mereka mendatangkan Beckham karena dia masih most marketable athlete dan memiliki star powerBecks Goes to Hollywood, begitulah tulis harian Spanyol, Marca.

Kompleksitas Penyelenggara(an) Pemilu

Dua Sisi Mata Uang: Olahraga dan Bisnis

Di samping permainan, sepak bola adalah bisnis. Ibarat dua sisi mata uang, sepak bola saling berkelindan dengan kekuasaan uang. Setiap pertandingan menghasilkan banyak uang, mulai dari hak siar televisi, sponsor, tiket, merchandise, hingga bisnis judi. Sepak bola kini inheren dengan bisnis kapitalis, di mana miliaran dolar berputar dalam transfer pemain, iklan, pasar taruhan, hingga urusan mode dan gaya hidup. Seperti yang Richard Giulianatti (2006) sinyalir, sepak bola telah menjadi mesin kebudayaan massa dan bagian dari budaya pop global.

Upaya memperkuat tim dengan pemain mahal tidak lain bertujuan untuk menarik dukungan publik. Kekuasaan modal seringkali menggugat independensi sepak bola sebagai olahraga. Upaya merebut kemenangan dalam kompetisi pun berbanding lurus dengan upaya mempertahankan modal di lantai bursa atau setidaknya merebut pasar “citra”.

Tiga Wajah Keterkaitan Sepak Bola

Berbicara sepak bola tidak hanya soal strategi, tetapi juga menyentuh wilayah lain. Setidaknya ada tiga hal di mana sepak bola selalu mengalami kesalingterhubungan (interconnectedness).

Pertama, secara ekonomi, sepak bola jelas memberikan kontribusi besar. Kita masih ingat bagaimana Jerman sebagai tuan rumah Piala Dunia 2006 harus mengeluarkan modal 53 Triliun untuk membangun fasilitas. Dan terbukti, seluruh warga Jerman menikmati ajang ini secara ekonomi: hotel penuh, kafe membludak, dan barang dagangan laris manis.

Kedua, secara politik, tidak bisa kita bantah bahwa sepak bola adalah bagian dari alat politik itu sendiri. Contohnya adalah perseteruan abadi antara Real Madrid dan Barcelona. Ketegangan itu berakar dari kepentingan politik penguasa Spanyol yang selalu membela Real Madrid sejak 1920-an. Kekalahan telak Barcelona 1-11 dari Real Madrid pada 1943 tidak lepas dari intimidasi penguasa terhadap skuad Barca. Di Indonesia, kita juga sering melihat turnamen sepak bola atas nama tokoh tertentu untuk mengangkat pamornya.

Partisipasi Bermakna dalam Pesta Demokrasi

Ketiga, secara budaya, sepak bola bahkan bisa mengubah kebudayaan masyarakat. Contohnya adalah Amerika Serikat, yang rakyatnya dahulu membenci sepak bola, justru menjadi tuan rumah Piala Dunia 1994. Pemerintah Iran yang mengharamkan sepak bola bagi perempuan pun tidak kuasa menghalangi mereka merayakan kelolosan timnasnya ke Piala Dunia 1998. Bahkan di Skotlandia, kebencian antara pendukung klub Rangers (Protestan) dan Celtic (Katolik) dianggap sebagai perang agama yang belum usai.

Selamat Datang di Panggung Hollywood!

Inilah sepak bola, dengan seluruh aspek yang bermain di dalamnya. Selama para pemodal masih menggelontorkan modal-modal besar, maka persepakbolaan dunia akan terus bisa kita nikmati bersama. Masyarakat Amerika akan menyambut Beckham dengan suka cita. Selamat datang Beckham, selamat datang aktor baru Hollywood


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement