SURAU.CO – Dalam khazanah ilmu hadis Islam, para ulama menempatkan Fathul Bari pada posisi yang sangat istimewa. Kitab ini berjudul lengkap Fath al-Bari bi Syarh Shahih al-Bukhari, yang berarti “Kemenangan Sang Pencipta dalam Menjelaskan Shahih al-Bukhari.” Al-Hafiz Ibnu Hajar Al-Asqalani, ulama besar abad ke-9 Hijriah, menulis karya monumental ini dengan ketelitian dan keluasan ilmu yang luar biasa. Para ahli hadis mengakui bahwa kitab ini bukan sekadar penjelasan atas hadis-hadis dalam Shahih Al-Bukhari, tetapi juga menjadi sumber utama bagi siapa pun yang ingin memahami sabda Nabi Muhammad SAW secara mendalam dan menyeluruh.
Imam Al-Bukhari (wafat 256 H) menyusun Al-Jami’ Ash-Shahih —yang dikenal luas sebagai Shahih Al-Bukhari —untuk menghimpun hadis-hadis sahih yang paling autentik. Karena kitab tersebut mengandung makna yang dalam dan sanad yang kompleks, umat Islam memerlukan penjelasan rinci agar dapat memahaminya dengan benar.
Sejak masa setelah Imam Al-Bukhari, banyak ulama berusaha menulis syarah (penjelasan) terhadap Shahih Al-Bukhari. Namun, Ibnu Hajar Al-Asqalani (wafat 852 H) berhasil menghasilkan karya yang paling lengkap dan paling diakui oleh para ulama dari berbagai generasi. Ia mengabdikan lebih dari 25 tahun hidupnya untuk menyusun Fathul Bari. Melalui karya ini, Ibnu Hajar menunjukkan keluasan ilmunya dalam bidang hadis, fikih, bahasa Arab, sejarah, dan ilmu rijal (kritik terhadap perawi hadis).
Dalam mukadimah Fathul Bari, Ibnu Hajar menegaskan niatnya untuk memberikan penjelasan menyeluruh terhadap hadis-hadis yang Imam Al-Bukhari kumpulkan. Ia ingin para mencetak ilmu dari berbagai kalangan dapat mengambil manfaat dari karya tersebut dan memahami kandungan hadis Nabi dengan benar.
Sosok Pengarang : Al-Hafiz Ibnu Hajar Al-Asqalani
Syihabuddin Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Hajar Al-Asqalani lahir di Mesir pada tahun 773 H dan wafat pada tahun 852 H. Para ulama mendapat gelar “Al-Hafiz” karena ia menguasai lebih dari seratus ribu hadis lengkap dengan sanad dan matannya.
Ibnu Hajar tidak hanya menguasai ilmu hadis. Ia juga menguasai fikih, tafsir, sejarah, dan berbagai disiplin keilmuan Islam lainnya. Ia menulis lebih dari 150 karya sepanjang hidupnya. Di antara semua karyanya, Fathul Bari menjadi mahakarya terbesar yang membuktikan ketekunan, kecerdasan, dan keikhlasan dalam mencari serta mengajarkan ilmu.
Keistimewaan dan Kandungan Fathul Bari
Ibnu Hajar menyusun Fathul Bari dengan metode ilmiah yang sangat teliti. Ia menjelaskan makna setiap hadis, menjelaskan sebab periwayatan, menjelaskan hubungan antar bab, dan mengemukakan berbagai pendapat ulama dari mazhab yang berbeda.
Ia tidak hanya menafsirkan makna lahiriah hadis, tetapi juga menceritakan konteks hukum, adab, dan hikmah yang terkandung di dalamnya. Misalnya, ketika menjelaskan hadis tentang niat, “Innamal a’mālu binniyyāt,” Ibnu Hajar menjelaskan makna niat dalam konteks ibadah dan muamalah. Ia juga mengutip pandangan para ulama tentang kedudukan niat dalam syariat Islam.
Ibnu Hajar menggunakan referensi yang sangat luas. Ia membandingkan pendapat ulama seperti Imam Nawawi, Ibnu Battal, dan Al-Qurthubi, lalu mengulasnya dengan argumentasi yang kuat. Dengan pendekatan itu, Fathul Bari tidak hanya berfungsi sebagai penjelasan hadis, tetapi juga sebagai ensiklopedia ilmu Islam yang kaya dan mendalam.
Dalam bidang sanad, Ibnu Hajar meneliti setiap perawi yang Imam Al-Bukhari sebutkan. Ia menilai keadilan dan kekuatan hafalan mereka berdasarkan ilmu jarh wa ta’dil . Melalui penelitian itu, Fathul Bari menjadi pedoman penting bagi peneliti hadis untuk menilai keabsahan periwayatan dengan lebih akurat.
Pengaruhnya dalam Dunia Islam
Setelah Ibnu Hajar menyelesaikan Fathul Bari, para ulama di seluruh dunia Islam segera menyambutnya dengan penuh hormat. Lembaga-lembaga pendidikan Islam klasik seperti Al-Azhar di Mesir, Darul Ulum Deoband di India, dan pesantren-pesantren besar di Nusantara menjadikan kitab ini sebagai rujukan utama dalam pengajaran hadis.
Imam As-Suyuthi bahkan memuji karya ini dengan berkata, “Tidak ada syarah atas Shahih Al-Bukhari yang sebanding dengan Fathul Bari karya Ibnu Hajar.” Ucapan ini menunjukkan betapa tinggi nilai ilmiah kitab tersebut di mata para cendekiawan. Hingga kini, para ulama dan pelajar hadis terus menggunakan Fathul Bari sebagai sumber pokok dalam kajian hadis, fikih, dan tafsir.
Para pemanggil ilmu di berbagai zaman terus membaca dan menelaah Fathul Bari. Mereka mempelajari metodologi Ibnu Hajar dalam menafsirkan hadis, menimbang pendapat para ulama, serta makna hadis dengan hukum dan hikmah kehidupan.
Ibnu Hajar Al-Asqalani menulis Fathul Bari bi Syarh Shahih Al-Bukhari dengan niat tulus untuk mempermudah umat Islam memahami sabda Rasulullah SAW. Karya ini bukan sekedar syarah hadis, melainkan warisan keilmuan yang menunjukkan semangat keilmuan Islam yang tinggi.
Melalui Fathul Bari, Ibnu Hajar mengajarkan kepada umat tentang arti kesungguhan, kecintaan terhadap ilmu, dan penghormatan terhadap hadis Nabi. Setiap muslim yang ingin memahami Shahih Al-Bukhari secara mendalam akan selalu menemukan cahaya ilmu dalam lembar-lembar Fathul Bari. Karya ini akan terus hidup sebagai bukti bahwa ketulusan dan ilmu yang mendalam mampu melahirkan warisan yang abadi.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
