SURAU.CO – Rumah tangga menjadi tempat dua insan berbagi kasih, saling mendukung, dan menapaki jalan hidup bersama. Islam menggambarkan pernikahan sebagai ikatan sakinah, mawaddah, dan rahmah. Artinya, rumah tangga harus berisi ketenangan, cinta, dan kasih sayang. Oleh karena itu, suami tidak boleh mengotori ikatan tersebut dengan kata-kata kasar, apalagi bentakan yang melukai hati istri.
Meskipun demikian, kenyataannya kehidupan rumah tangga tidak selalu berjalan ideal. Banyak suami yang karena emosi atau kebiasaan, memilih membentak istrinya. Mereka menganggap hal itu sepele, padahal Islam melarangnya. Bentakan tidak hanya menyakiti hati, tetapi juga merusak keharmonisan keluarga.
Oleh karena itu, mari kita pahami enam alasan Islam melarang suami membentak istri.
1. Membentak menyimpang dari Akhlak Nabi Muhammad
Pertama, membentak menyimpang dari teladan Rasulullah. Nabi Muhammad SAW adalah contoh terbaik dalam memperlakukan pasangan. Beliau tidak pernah membentak, mencaci, atau menyakiti istrinya dengan ucapan kasar. Sebaliknya, beliau berbicara dengan lembut, penuh kasih sayang, dan sabar menghadapi perbedaan pendapat.
Aisyah RA pernah ditanya tentang akhlak Rasulullah. Ia menjawab singkat: “Akhlaknya adalah Al-Qur’an.” Jawaban itu menunjukkan bahwa perilaku Rasulullah selalu memancarkan kasih sayang dan kelembutan. Membentak jelas bertolak belakang dengan akhlak mulia ini.
Oleh karena itu, suami yang ingin meneladani Rasulullah harus melatih diri menahan amarah dan menjaga ucapannya. Bentakan tidak mencerminkan kekuatan, tetapi kelemahan dalam mengendalikan diri.
2. Membentak Melukai Hati dan Meruntuhkan Perasaan Istri
Kedua, membentak bisa melukai hati dan meruntuhkan perasaan istri. Setiap kata yang keluar dari mulut suami membawa pengaruh yang besar. Ucapan lembut mampu menenangkan hati, sedangkan bentakan justru menghancurkan hatinya.
Istri memiliki hati dan perasaan. Saat suami membentaknya, ia merasa tidak dihargai. Luka itu bisa tertanam lama di dalam hatinya. Padahal, rumah tangga seharusnya membuat istri merasa aman dan dicintai.
Oleh karena itu, Islam menekankan pentingnya menjaga lisan. Allah berfirman agar manusia mengucapkan ucapan yang baik. Ketika suami membentak, ia melanggar perintah Allah sekaligus menyakiti hati pasangan.
3. Membentak Mengganggu Kesehatan Jiwa Istri
Ketiga, membentak bisa mengganggu kesehatan jiwa istri. Bentakan tidak berhenti pada saat yang singkat. Jika suami membentak terus menerus, istri bisa mengalami gangguan psikologis. Ia mungkin merasa stres, cemas, bahkan kehilangan rasa percaya diri. Kondisi ini akhirnya mengguncang keharmonisan rumah tangga.
Selain itu, Islam memerintahkan setiap muslim menjaga kesehatan jiwa, sama pentingnya dengan menjaga kesehatan tubuh. Suami yang membentak berarti merusak psikologis istrinya. Padahal, Allah menugaskan suami untuk melindungi dan menenangkan istrinya.
Sebaliknya, ketika suami bersikap lembut, istri bisa tumbuh menjadi pribadi yang penuh kasih sayang dan lebih kuat dalam menjaga keluarganya.
4. Membentak Meruntuhkan Keutuhan Rumah Tangga
Keempat, kebiasaan membentak juga meruntuhkan keutuhan rumah tangga. Suami yang terbiasa membentak tanpa sadar meruntuhkan fondasi rumah tangga. Istri akan merasa tidak lagi dicintai, lalu muncullah jarak emosional. Jika kebiasaan itu terus berlangsung, cinta yang dulu kuat bisa memudar, bahkan berakhir pada perceraian.
Lebih jauh lagi, Islam mengajarkan suami istri untuk saling menutupi kekurangan dan memperbaiki keadaan dengan cara yang baik. Suami boleh menegur, tetapi ia harus memilih kata yang lembut. Teguran yang dibalut bentakan tidak pernah mendidik, melainkan hanya melukai.
Rasulullah SAW juga menekankan pentingnya sikap lembut terhadap perempuan. Beliau bersabda:
“Berbuat baiklah kepada wanita, karena sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk…” (HR. Bukhari & Muslim).
5. Membentak Menentang Prinsip Memuliakan Istri
Kelima, membentak menentang prinsip memuliakan istri. Rasulullah SAW bersabda:
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluargaku, dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.” (HR. Tirmidzi).
Hadis ini menegaskan bahwa kebaikan seorang suami terlihat dari sikapnya terhadap istri. Suami yang membentak berarti gagal memuliakan istrinya. Padahal, Islam menjadikan sikap memuliakan istri sebagai perintah agama dan jalan menuju kebaikan.
Oleh karena itu, suami harus menyadari bahwa istri bukanlah pembantu yang bisa diperlakukan seenaknya. Ia merupakan amanah Allah yang harus dijaga dan dihormati. Ketika suami memuliakan istrinya, sebenarnya dia juga sedang memuliakan dirinya sendiri.
6. Membentak Merusak Generasi yang Sedang Dibangun
Keenam, membentak bisa merusak generasi yang sedang dibangun. Rumah tangga menjadi sekolah pertama bagi anak. Segala ucapan dan perilaku orang tua akan membekas dalam ingatan mereka. Jika anak sering melihat ayah membentak ibu, ia akan menganggap hal itu wajar.
Akibatnya, anak bisa meniru pola komunikasi yang kasar dan membawanya ke luar rumah. Generasi yang tumbuh pun tidak belajar kelembutan, melainkan kemarahan.
Sebaliknya, Islam sangat menekankan pendidikan anak yang penuh kasih sayang. Ketika suami berbicara lembut kepada istrinya, anak akan belajar menghargai dan mencintai. Dengan demikian, generasi yang tumbuh akan lebih berakhlak mulia.
Menahan Amarah dan Menebar Kasih Sayang
Berdasarkan enam alasan di atas, jelas bahwa Islam tidak pernah memperbolehkan suami membentak istrinya. Suami harus berlatih menahan amarah. Nabi SAW menegaskan bahwa orang kuat bukanlah orang yang pandai bergulat, melainkan orang yang mampu mengendalikan diri saat marah.
Oleh karena itu, ketika emosi datang, sebaiknya suami diam sejenak, berwudhu, atau meninggalkan ruangan sementara. Cara sederhana ini bisa mencegah bentakan keluar dari lisannya.
Selain itu, suami yang ingin meneladani Rasulullah harus menjaga lisannya dan memperlakukan istrinya dengan cinta. Dengan begitu, rumah tangga akan menjadi surga kecil di dunia, tempat setiap anggota keluarga merasa damai dan bahagia.
Semoga para suami mampu menahan amarah, memperbaiki sikap, dan menjadikan kelembutan sebagai bahasa utama dalam rumah tangga. Sebab, istri adalah amanah Allah yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
