Ibadah
Beranda » Berita » Cinta Sejati yang Mengubah Hidup Mu

Cinta Sejati yang Mengubah Hidup Mu

Cinta sejati
Ilustrasi cinta sejati kepada Rasulullah Salallahu'alaihi wasallam. Foto: Perplexity

SURAU.CO. Cinta adalah bahasa universal yang setiap orang bisa merasakannya. Namun, ada satu jenis cinta yang begitu agung, melebihi cinta kepada harta, keluarga, bahkan diri sendiri, yaitu cinta kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Cinta ini bukan sekadar emosi, tapi ia menjadi bukti keimanan, penggerak ketaatan, dan penentu keselamatan di dunia dan akhirat. Ketika cinta ini benar-benar tertanam dalam hati, seseorang akan hidup dengan tujuan mulia dan jalan hidup yang jelas. Lalu, seperti apa seharusnya cinta kepada Rasulullah itu? Bagaimana para sahabat meneladani cinta ini, dan apa balasan bagi mereka yang mencintainya? Mari kita telaah bersama.

Mencintai Nabi Adalah Kewajiban Setiap Muslim

Islam menempatkan cinta kepada Nabi Muhammad ﷺ sebagai bagian penting dari keimanan. Bahkan, keimanan seseorang belum sempurna jika belum mencintai Rasulullah melebihi siapa pun di dunia ini, setelah kecintaannya kepada Allah.

Suatu hari, Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu berkata kepada Nabi ﷺ, “Wahai Rasulullah, engkau lebih aku cintai daripada segala sesuatu, kecuali diriku sendiri.” Maka Rasul ﷺ bersabda, “Tidak, demi Allah, hingga aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri.” Umar pun berkata, “Demi Allah, sekarang engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri.” (HR. Bukhari No. 6632).

Dalam hadits lain, Rasulullah ﷺ bersabda, “Demi Allah, tidaklah salah seorang dari kalian beriman dengan sempurna hingga aku lebih dia cintai daripada orang tuanya, anaknya, dan seluruh manusia.” (HR. Bukhari no 15 dan Muslim no 69)

Kewajiban mencintai nabi sebagai bagian dari keimanan, terdapat dalam banyak hadist. Cinta kepada Nabi bukan sekadar perasaan, tapi tuntutan iman. Ia harus menjadi prioritas dalam hati dan hidup seorang Muslim, tentunya setelah prioritas cinta kepada Allah pemilik kehidupan.

Mengatasi Kesepian di Tengah Keramaian: Solusi Persaudaraan Islam dalam Riyadus Shalihin

Kisah Cinta Para Sahabat kepada Nabi

Para sahabat adalah generasi terbaik yang telah menunjukkan bagaimana seharusnya mencintai Rasulullah ﷺ. Mereka mencintainya bukan hanya dengan lisan, tetapi juga dengan perbuatan, pengorbanan, bahkan nyawa. Para sahabat adalah orang yang paling mengenal dan mengetahui perjalanan Rasulullah ﷺ, maka tidak ada kekhawatiran besarnya cinta mereka kepada nabi daripada kecintaan orang-orang yang datang sesudah mereka.

Zaid bin Datsinah, seorang sahabat Nabi yang ditawan oleh kaum Quraisy, pernah ditawari keselamatan oleh Abu Sufyan (yang saat itu belum masuk Islam). Abu Sufyan bertanya, “Wahai Zaid, apakah kamu rela jika Muhammad menggantikan posisimu dan kami penggal disekitarnya, lalu kamu kami bebaskan kembali ke keluargamu?”

Zaid menjawab tegas, “Demi Allah, aku sama sekali tidak rela jika Muhammad sekarang berada dirumahnya terkena satu tusukan duri pun, sementara aku aman bersama keluargaku.”

Mendengar itu, Abu Sufyan berkata kagum, “Belum pernah aku melihat seseorang yang mencintai orang lain sebagaimana sahabat-sahabat Muhammad mencintai Muhammad.” (Ibn Katsir, Al-Bidayah wa an Nihayah)

Dalam Perang Uhud sebagaimana Anas bin Malik Radhiallahu ‘anhu mengisahkannya, terdengar kabar bahwa Rasulullah ﷺ wafat, hingga terdengarlah isakan di seluruh kota Madinah. Lalu, keluarlah seorang wanita Anshar yang kehilangan ayah, anak, suami, dan saudara kandungnya dalam pertempuran itu. Namun, ketika diberi kabar tentang kematian mereka, yang ia tanyakan justru, “Apa yang terjadi dengan Rasulullah ﷺ?”

Manajemen Hati Riyadush Shalihin: Cara Ampuh Detoksifikasi Iri Hati dan Dendam

Ketika ditunjukkan bahwa Nabi selamat, wanita itu mendekati Rasulullah ﷺ seraya berkata, “Demi Allah wahai Rasulullah ﷺ. Selama engkau selamat, semua musibah ini menjadi ringan bagiku.” (Diriwayatkan oleh Thabrani dan Abu Nu’aim)

Sebegitu besarnya cinta para sahabat kepada Rasulullah ﷺ. Ia tidak rela, nabi terluka sedikitpun sementara ia dalam keadaan berbahagia. Bahkan musuh pun terkagum mendengar penuturannya. Mereka lebih memilih kehilangan anggota keluarga, daripada kehilangan Rasulullah ﷺ. Cinta mereka bukan basa-basi. Mereka benar-benar mengedepankan Rasulullah ﷺ dalam segala aspek kehidupan. Bagaimana dengan kita yang untuk bersholawat kepada Nabi pun masih terasa berat?

Ganjaran Mencintai Rasulullah

Cinta kepada Nabi ﷺ bukan hanya kewajiban, tapi juga merupakan ibadah yang sangat besar pahalanya. Seorang hamba akan memperoleh ganjaran luar biasa dari kecintaannya kepada Rasulullah ﷺ. Sebagaimana kabar gembira dalam sabda beliau:

Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu mengisahkan, “Ada seseorang yang bertanya kepada Nabi ﷺ tentang hari kiamat, “Kapankah kiamat datang?” Nabi ﷺ pun menjawab, “Apa yang telah kamu persiapkan untuk menghadapinya?” Orang itu menjawab, “Wahai Rasulullah, aku belum mempersiapkan shalat dan puasa yang banyak, hanya saja aku mencintai Allah dan Rasul-Nya ﷺ.” Maka Rasulullah ﷺ pun bersabda, “Seseorang (di hari kiamat) akan bersama orang yang dicintainya, dan kamu akan bersama yang kamu cintai.” Anas pun berkata, “Kami tidak lebih bahagia daripada mendengarkan sabda Nabi ﷺ, ‘Engkau akan bersama orang yang engkau cintai.’” Anas kembali berkata, “Aku mencintai Nabi ﷺ, Abu Bakar dan Umar, maka aku berharap akan bisa bersama mereka (di hari kiamat), dengan cintaku ini kepada mereka, meskipun aku sendiri belum (bisa) beramal sebanyak amalan mereka.” (HR. Al-Bukhari No 2385).

Subhanallah, betapa agungnya hadiah bagi pecinta sejati Rasulullah ﷺ yakni berkumpul bersama beliau di surga. Tidak ada umat muslim yang tidak menginginkan berkumpul bersama Nabi ﷺ dalam kehidupan abadi di akhirat. Dan hanya kecintaan kepada Beliau yang bisa membawa kita kesana.

Menjaga Kesehatan Mental dengan Qiyamullail dan Doa: Perspektif Riyadus Shalihin

Wujud Cinta Sejati Kepada Rasulullah

Cinta bukan sekadar pengakuan. Harus ada bukti nyata. Demikian juga kecintaan kepada Rasulullah ﷺ harus kita buktikan dalam keseharian. Maka, para ulama menjelaskan bahwa mencintai Nabi berarti:

1. Meyakini Kenabian dan Kerasulan Nabi Muhammad ﷺ

Seorang Muslim harus yakin sepenuhnya bahwa Nabi Muhammad ﷺ adalah utusan Allah yang benar dan jujur. Beliau tidak pernah berdusta, dan Allah pun menjaganya dari kebohongan. Kita juga harus percaya bahwa beliau adalah nabi terakhir, penutup seluruh nabi. Maka siapa pun yang mengaku sebagai nabi setelah beliau, klaimnya adalah dusta dan batil. Keyakinan ini merupakan bagian dari keimanan yang kokoh dan tidak ada tawar menawar.

2. Menaati Perintah dan Menjauhi Larangan Rasulullah ﷺ

Allah memerintahkan kita untuk menerima semua ajaran yang dibawa oleh Rasulullah ﷺ. Apa pun yang beliau perintahkan, kita laksanakan. Dan apa pun yang beliau larang, kita tinggalkan. Ketaatan ini menunjukkan kepatuhan kita terhadap ajaran Islam yang sejati, karena Rasulullah ﷺ tidak menyampaikan ajaran dari dirinya sendiri, melainkan dari Allah.

Sebagaimana Firman Allah Swt, “Dan apa yang Rasul berikan kepadamu maka ambillah, dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.” (QS. Al-Hasyr: 7)

3. Membenarkan Segala Berita dari Rasulullah ﷺ

Kita wajib mempercayai setiap berita yang disampaikan oleh Nabi Muhammad ﷺ, baik tentang masa lalu maupun masa depan. Karena semua yang beliau sampaikan bersumber dari wahyu, bukan dari hawa nafsu.

Allah berfirman, “Dan tidaklah yang diucapkannya itu berasal dari hawa nafsunya. Ucapan itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. An-Najm: 3-4)

4. Beribadah Sesuai Tuntunan Nabi ﷺ

Kita harus beribadah kepada Allah sesuai dengan cara yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ, tanpa menambah atau mengurangi. Beliau adalah teladan terbaik dalam menjalani kehidupan dan beribadah. Allah berfirman, “Sungguh pada diri Rasulullah terdapat teladan yang baik bagi kalian.” (QS. Al-Ahzab: 21)

Kemudian Rasulullah ﷺ juga mengingatkan, “Barang siapa yang melakukan suatu amalan yang tidak sesuai dengan tuntunanku, maka amalan itu tertolak.” (HR. Muslim no. 1718)

5. Meyakini Bahwa Syariat Nabi ﷺ Sama Kuatnya dengan Syariat Allah

Setiap perintah dan larangan dari Nabi Muhammad ﷺ memiliki bobot yang sama dengan yang ada dalam Al-Qur’an. Menjalankan sunnah berarti menjalankan perintah Allah juga. Rasulullah ﷺ bersabda, “Barang siapa yang menaati Rasul, maka sungguh ia telah menaati Allah.” (QS. An-Nisa: 80)

6. Membela Nabi dan Menjaga Sunnahnya

Kita wajib membela Nabi ﷺ ketika beliau masih hidup, dan setelah wafat pun kita terus membela ajarannya. Caranya adalah dengan mempelajari, menghafal, memahami, dan mengamalkan hadits-haditsnya. Kita juga harus menyebarkan sunnah beliau dan menghidupkannya dalam masyarakat.

7. Mencintai Nabi ﷺ Melebihi yang Lain, Namun Tidak Berlebihan

Kita harus mencintai Nabi Muhammad ﷺ lebih dari siapa pun. Namun, cinta ini tidak boleh berlebihan sampai mengangkat beliau ke posisi yang tidak layak, atau melebihi kedudukan yang dikaruniakan Allah kepadanya. Seperti kaum Nasrani yang menempatkan Nabi Isa sebagai Tuhannya. Kita tidak boleh memohon kepada beliau, meminta pertolongan, atau meyakini bahwa beliau tahu hal-hal gaib.

Nabi ﷺ sendiri sudah mengingatkan dalam sabdanya, “Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagaimana orang Nasrani berlebih-lebihan memuji Isa bin Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah hamba Allah, maka katakanlah: hamba Allah dan Rasul-Nya.” (HR. Al-Bukhari No. 3445)

8. Mencintai Orang-Orang yang Dicintai Nabi ﷺ

Salah satu tanda mencintai Nabi ﷺ adalah mencintai orang-orang yang beliau cintai. Di antaranya: keluarga beliau (ahlul bait), para sahabatnya, dan semua orang yang pernah menolong dan mendukung beliau. Sebaliknya, kita juga harus menjauhi dan menolak siapa pun yang memusuhi Nabi, menolak sunnahnya, atau membuat-buat ajaran baru dalam agama (bid’ah).

Cinta yang Membimbing dan Menyelamatkan

Cinta kepada Rasulullah ﷺ tidak cukup hanya mengucapkan dalam lisan atau mewarisi sebagai budaya semata. Ia adalah prinsip hidup yang membentuk cara pandang, memperbaiki ibadah, dan mengarahkan langkah seorang Muslim menuju ridha Allah. Melalui beliaulah kita mengenal siapa Rabb kita, bagaimana cara menyembah-Nya dengan benar, dan bagaimana menjalani hidup sesuai petunjuk wahyu.

Jika cinta itu benar, maka kita akan membuktikannya dalam tindakan nyata. Meneladani sunnahnya dalam akhlak, ibadah, dan keseharian, bukan hanya memilih-milih yang sesuai selera. Berusaha menjaga kemurnian ajarannya dari segala bentuk penyimpangan, bid’ah, dan pemalsuan. Kemudian ikut menyebarkan ilmunya dengan penuh hikmah dan tanggung jawab, agar risalahnya tetap hidup di tengah umat.

Dan jangan lupa berdoa dan berusaha agar kelak bisa berkumpul bersama beliau di surga, dalam kedudukan yang mulia. Karena hakikatnya, tidak ada karunia yang lebih agung dari Allah selain dapat berdampingan dengan manusia terbaik yang pernah Allah ciptakan. Kebahagiaan sejati bukan hanya ketika mengenalnya di dunia, tetapi ketika Allah mengizinkan kita bersamanya di akhirat.

“Ya Allah, masukkan kami ke dalam golongan orang-orang yang mencintai Nabi-Mu dengan tulus, mengikuti sunnahnya dengan sungguh-sungguh, dan Engkau kumpulkan bersama beliau di surga-Mu yang penuh kenikmatan. Aamiin.”


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement