Kisah
Beranda » Berita » Kisah Dua Harimau di Sisi Rasulullah

Kisah Dua Harimau di Sisi Rasulullah

Ilustrasi

SURAU.CO – Sahabat Bilal bin Rabah RA meriwayatkan sebuah peristiwa luar biasa. Peristiwa ini menunjukkan salah satu mukjizat agung Nabi Muhammad SAW. Kisah ini menjadi bukti nyata perlindungan Allah SWT kepada utusan-Nya. Semua bermula di kediaman Abu Bakar Ash-Shiddiq di Mekah. Saat itu, Rasulullah SAW sedang bersama para sahabat.

Tiba-tiba, seseorang mengetuk pintu dengan cukup keras. Bilal RA segera beranjak untuk melihat siapa tamu yang datang. Di depan pintu, berdiri seorang laki-laki Nasrani yang tampak gelisah.

Aduan Seorang Nasrani kepada Rasulullah

Lelaki Nasrani itu datang dengan satu tujuan penting. Ia mencari sosok yang mulai dikenal luas di Mekah.

“Apakah di sini ada Muhammad bin Abdullah?” tanya laki-laki Nasrani tersebut.

Kisah Nama Abu Hurairah: Dari Pecinta Kucing Menjadi Penjaga Hadis

“Ya benar. Di sini ada Rasulullah,” jawab Bilal dengan ramah. Ia kemudian mempersilakan tamu itu untuk masuk ke dalam.

Setelah berhadapan langsung dengan Nabi Muhammad SAW, lelaki itu tanpa ragu menyampaikan keluhannya. Ia datang untuk mencari keadilan.

“Wahai Muhammad, engkau telah mendakwahkan diri sebagai utusan Allah,” ucapnya. “Jika engkau benar-benar seorang utusan Allah, maka tolonglah aku. Seseorang telah berlaku aniaya terhadap diriku!”

Rasulullah SAW mendengarkan dengan saksama. Beliau lalu bertanya dengan tenang, “Siapakah yang telah menganiaya dirimu?”

“Abu Jahal bin Hisyam. Dia telah merampas seluruh harta milikku,” jawab lelaki Nasrani itu dengan penuh harap.

Pasca Wafatnya Rasulullah: Sikap Abu Bakar Menghadapi Kemurtadan

Keberanian Rasulullah Menemui Abu Jahal

Tanpa berpikir panjang, Rasulullah SAW langsung berdiri. Beliau berniat untuk segera menemui Abu Jahal. Padahal, saat itu matahari sedang bersinar sangat terik di tengah hari. Melihat hal itu, para sahabat yang lain merasa khawatir. Mereka tahu betul sifat Abu Jahal yang kejam dan penuh benci.

“Wahai Rasulullah, saat ini mungkin Abu Jahal sedang makan siang,” kata seorang sahabat. “Sangat sulit bagi engkau untuk menuntaskan masalah ini sekarang. Kami khawatir dia malah akan marah dan berani menyakiti engkau.”

Para sahabat berusaha mencegah kepergian Nabi. Mereka cemas akan keselamatan beliau. Namun, Rasulullah SAW seakan tidak mendengar kekhawatiran itu. Tekad beliau untuk membela orang yang terzalimi sudah bulat. Beliau tetap melangkahkan kaki menuju kediaman Abu Jahal.

Abu Jahal Tunduk Tanpa Perlawanan

Setibanya di sana, Rasulullah SAW mengetuk pintu rumah Abu Jahal. Tak lama, Abu Jahal keluar dengan wajah penuh amarah. Namun, amarahnya seketika sirna. Raut mukanya berubah drastis saat melihat Nabi Muhammad SAW berdiri di hadapannya. Ia menahan emosinya dan justru berbicara dengan nada yang sangat sopan.

“Masuklah engkau wahai Muhammad,” kata Abu Jahal. “Mengapa engkau tidak mengutus orang lain saja untuk memanggilku? Tentu aku akan segera datang menemuimu.”

Penaklukan Thabaristan (Bagian 2): Kemenangan di Era Umayyah

Rasulullah SAW menolak berbasa-basi. Beliau langsung menyampaikan maksud kedatangannya dengan tegas.

“Wahai Abu Jahal, engkau telah mengambil harta orang Nasrani ini. Tolong segera kembalikan harta itu kepadanya,” kata Nabi.

Abu Jahal mencoba berkelit dengan sikap manisnya. “Hanya karena masalah ini engkau datang kemari? Kalau sekiranya engkau utus seseorang, tentu aku akan mengembalikan seluruh harta itu kepadanya.”

Nabi Muhammad SAW tidak terpengaruh. “Wahai Abu Jahal, engkau tidak usah berbasa-basi. Cepatlah engkau kembalikan harta itu kepada dia sekarang juga.”

Mendengar perintah tegas itu, Abu Jahal tidak berkutik. Ia memanggil anak laki-lakinya yang kebetulan ada di dekatnya. “Hai anakku, keluarkanlah seluruh harta yang aku ambil dari laki-laki Nasrani ini. Kembalikan semuanya kepadanya.”

Setelah harta itu diserahkan, Rasulullah SAW bertanya kepada pemiliknya. “Wahai laki-laki Nasrani, apakah harta ini telah sesuai dengan hartamu yang diambil Abu Jahal?”

“Ya, sudah cukup. Hanya saja sebuah keranjang milikku belum dikembalikan,” jawabnya.

Rasulullah kembali memerintah, “Wahai Abu Jahal, keluarkanlah keranjang milik laki-laki ini dan kembalikan kepadanya.”

Abu Jahal segera masuk ke dalam rumah untuk mencari keranjang itu. Namun, ia tidak berhasil menemukannya. Akhirnya, ia keluar dan memberikan keranjang lain yang jauh lebih baik sebagai gantinya.

Rahasia di Balik Ketakutan Abu Jahal: Dua Harimau Besar

Sikap Abu Jahal yang begitu tunduk membuat istrinya keheranan. Tiba-tiba, istrinya datang dan memakinya di depan banyak orang.

“Sungguh engkau telah tunduk dan patuh kepada anak yatim dari Abu Thalib! Di mana harga dirimu?” umpat sang istri dengan penuh amarah.

Abu Jahal menatap istrinya dengan wajah pucat. “Wahai istriku, diamlah. Sekiranya engkau melihat apa yang aku lihat, tentulah engkau tidak akan berkata seperti itu.”

“Memang apa yang engkau lihat?” tanya istrinya penasaran.

“Jangan engkau maki diriku,” ucap Abu Jahal dengan suara bergetar. “Jangan buka aibku di depan kaumku. Sungguh, aku melihat di sebelah kanan Muhammad ada seekor harimau yang sangat besar. Di sebelah kirinya juga terdapat seekor harimau yang sama besarnya. Setiap kali aku hendak membantah, kedua harimau itu seakan hendak menerkamku. Karena itulah aku tunduk dan patuh pada semua yang dikatakan oleh Muhammad.”

Hidayah bagi Sang Nasrani

Lelaki Nasrani itu menyaksikan seluruh kejadian dengan mata kepalanya sendiri. Ia melihat bagaimana musuh terbesar Nabi justru tunduk tak berdaya. Ia menatap wajah Rasulullah SAW dalam-dalam, penuh kekaguman.

Dengan hati yang mantap, ia berkata, “Sungguh, engkau adalah seorang Nabi utusan Allah. Dan sungguh, agama yang engkau bawa adalah agama yang benar.”

Lelaki itu kemudian mengucapkan dua kalimat syahadat. Ia memeluk Islam dengan tulus dan ikhlas di hadapan Rasulullah SAW.

Hikmah dan Pelajaran dari Kisah Agung

Kisah ini adalah bukti nyata dari sekian banyak mukjizat Rasulullah SAW. Peristiwa yang menimpa Abu Jahal menunjukkan betapa Allah SWT senantiasa melindungi utusan-Nya dengan cara yang tak terduga. Dua harimau gaib itu adalah tentara Allah yang dikirim untuk menjaga Nabi.

Abu Jahal, yang setiap hari memusuhi Nabi, mendadak menjadi penurut. Ia takut bukan pada sosok Muhammad, tetapi pada kekuatan agung yang melindunginya. Hal ini menjadi logis mengapa ia begitu patuh. Ia melihat ancaman nyata yang siap menghancurkannya jika ia berani melawan.

Namun, sayang seribu sayang. Meskipun telah menyaksikan mukjizat yang begitu jelas di depan matanya, pintu hidayah Allah tidak pernah terbuka untuk Abu Jahal. Ia tetap memilih jalan kekafiran hingga akhir hayatnya. Kisah ini mengajarkan kita bahwa melihat kebenaran tidak selalu membuat seseorang menerima kebenaran. Hidayah adalah murni karunia dari Allah SWT.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement