Kisah
Beranda » Berita » Kisah Makanan dari Langit

Kisah Makanan dari Langit

Ilustrasi

SURAU.CO – Sejarah kenabian seringkali dihiasi dengan berbagai peristiwa luar biasa. Allah SWT menganugerahkan mukjizat kepada para utusan-Nya. Mukjizat ini menjadi bukti kebenaran ajaran yang mereka bawa. Ia juga berfungsi untuk menguatkan iman para pengikutnya. Salah satu mukjizat paling menakjubkan dari Nabi Muhammad SAW adalah berkah pada makanan. Berbagai riwayat shahih mencatat bagaimana makanan dalam jumlah sedikit mampu mencukupi kebutuhan banyak orang. Peristiwa ini bukan sekadar cerita, melainkan bukti nyata kekuasaan Allah yang bekerja melalui tangan Rasul-Nya.

Hidangan dari Langit untuk Ratusan Orang

Salah satu riwayat yang paling terkenal mengisahkan sebuah hidangan istimewa. Hidangan ini seolah tidak pernah berkurang meski terus disantap. At-Tirmidzi dan Ad-Damiri meriwayatkan sebuah kejadian yang disaksikan langsung oleh Samrah bin Jundub.

Dia berkata, “Kami pernah makan bersama Rasulullah saw. dalam satu tempat. Hidangan itu disajikan dari pagi hingga petang. Saat itu, setiap sepuluh orang bangkit selesai makan, datang lagi sepuluh orang untuk makan. Demikian seterusnya, dari pagi hingga petang.”

Para sahabat tentu merasa sangat heran. Mereka menyaksikan sendiri bagaimana hidangan yang terbatas itu tidak ada habisnya. Rasa penasaran mendorong mereka untuk bertanya langsung kepada Sang Nabi.

“Ya Rasulullah, dari manakah datangnya hidangan makanan itu?”

Pasca Wafatnya Rasulullah: Sikap Abu Bakar Menghadapi Kemurtadan

Dengan tenang dan penuh keyakinan, Rasulullah menjawab pertanyaan mereka. Jawaban beliau menunjukkan sumber sejati dari segala keberkahan.

“Mengapa kalian merasa heran? Hidangan makanan itu berasal dari sana.” jawab Rasulullah seraya telunjuk tangannya menuding ke atas langit.

Jawaban ini menegaskan bahwa semua itu terjadi atas kehendak Allah SWT. Peristiwa agung ini menunjukkan betapa dekatnya Rasulullah dengan Sang Pencipta.

Berkah Samin dan Gandum yang Tak Terhingga

Kisah keajaiban makanan tidak berhenti di situ. Mukjizat serupa juga dialami oleh para sahabat dalam kehidupan sehari-hari mereka. Imam Muslim meriwayatkan dua kisah dari sahabat Jabir yang menunjukkan pola keberkahan yang sama. Kisah pertama melibatkan Ummu Malik dan semangkuk samin (minyak samin/ghee).

Ummu Malik menghadiahkan samin itu kepada Rasulullah SAW. Namun, suatu ketika anaknya datang meminta lauk. Ummu Malik pun terpaksa mengambil kembali wadah samin tersebut. Ternyata, samin itu terus mencukupi kebutuhan keluarganya untuk waktu yang lama. Keberkahan itu baru berhenti setelah ia melakukan sesuatu.

Penaklukan Thabaristan (Bagian 2): Kemenangan di Era Umayyah

Ketika Ummu Malik kembali bertemu Nabi, beliau bertanya kepadanya.

Rasulullah bertanya, “Apakah samin itu engkau peras?”

“Ya benar, wahai Rasulullah.”

“Jika tidak engkau peras, samin itu akan dapat mencukupi kebutuhanmu selama-lamanya.”

Kisah kedua dari Jabir menceritakan tentang seorang pria yang meminta makanan. Rasulullah memberinya setengah karung gandum. Gandum itu secara ajaib terus mencukupi kebutuhan pria itu dan keluarganya dalam waktu yang sangat lama. Namun, keberkahan itu juga berakhir ketika ia mencoba menghitungnya.

Penaklukan Thabaristan: Merebut Negeri Kapak Persia di Masa Utsmaniyah

Pria itu menakar gandum tersebut, dan setelah itu gandumnya cepat habis. Ia pun menceritakan hal ini kepada Rasulullah.

Mendengar hal itu, Rasulullah berkata, “Jika gandum itu tidak ditakar olehmu, niscaya gandum itu tidak akan habis, dan bisa mencukupimu beserta keluargamu selamanya dengan gandum itu.”

Kedua riwayat ini memberikan pelajaran penting. Berkah Allah mengalir tanpa batas selama manusia berserah diri. Tindakan memeras atau menakar seolah mengembalikan materi pada hukum alamiahnya, membatasi keberkahannya.

Kurma Abu Hurairah: Berkah yang Bertahan Puluhan Tahun

Mungkin mukjizat makanan yang paling lama dirasakan dialami oleh sahabat Abu Hurairah. Beliau adalah salah satu periwayat hadits terbanyak. At-Tirmidzi meriwayatkan kisahnya dengan beberapa buah kurma.

Abu Hurairah datang kepada Rasulullah membawa kurma miliknya. Dia berkata, “Wahai Rasulullah, doakanlah kurma ini agar diberkahi oleh Allah.”

Rasulullah pun mengumpulkan kurma itu dan mendoakannya. Setelah selesai, beliau memberikan sebuah instruksi penting.

“Terimalah kurma ini dan simpanlah di kantong perbekalanmu. Setiap kali hendak mengambil kurma, masukkan tanganmu ke dalamnya. Hati-hati jangan sampai tercecer.”

Abu Hurairah mengikuti perintah itu dengan saksama. Kantong kurma tersebut menjadi sumber rezeki yang tak putus-putus baginya. Ia memakan dari kurma itu dan juga bersedekah dengannya. Keberkahan luar biasa ini bertahan sangat lama. Ia menyertai Abu Hurairah sepanjang kehidupan Rasulullah, masa kekhalifahan Abu Bakar, Umar, hingga Utsman.

Abu Hurairah berkata, “Kurma itu selalu mencukupi kebutuhan Abu Hurairah hingga saat terjadinya pembunuhan atas diri Utsman bin Affan. Sejak itu kurma itu baru habis.”

Hikmah di Balik Peristiwa Luar Biasa

Akal manusia mungkin sulit untuk membuktikan kejadian ini secara ilmiah. Bagaimana mungkin makanan yang sedikit tidak habis dimakan banyak orang? Namun, ini bukanlah masalah rasionalitas semata. Ini adalah ranah keimanan dan bukti kekuasaan Allah.

Peristiwa ini adalah mukjizat yang Allah berikan kepada utusan-Nya. Tujuannya adalah untuk membuktikan kebenaran risalah yang dibawa. Banyak riwayat shahih menjelaskan kemampuan Rasulullah untuk melipatgandakan makanan. Hal ini disaksikan oleh banyak orang secara langsung, bukan sebuah trik sulap.

Ini adalah manifestasi dari kehendak Allah SWT, Zat Yang Maha Kuasa. Jika Allah berkehendak atas sesuatu, tidak ada hal yang mustahil. Kisah makanan dari langit ini bukan sekadar cerita. Ia adalah penegasan tentang kekuasaan Allah dan kebenaran ajaran Nabi Muhammad SAW. Keberkahan sejati datang dari sumber yang tidak pernah habis, yaitu dari sisi Allah SWT.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement