Ibadah
Beranda » Berita » Mengenang Waktu Kecil : “Ngaji Turutan”

Mengenang Waktu Kecil : “Ngaji Turutan”

Mengenang Waktu Kecil Ngaji Turutan

SURAU.CO.Mengenang waktu kecil “Ngaji Turutan”; ada satu kitab yang pasti dipunyai anak-anak yakni kitab “Turutan”, sebagai buku panduan cara mengeja huruf Hijaiah.

Dimulai dengan pengenalan huruf hijaiyah dan dilanjutkan dengan Juz Amma (juz 30 Al-Quran), ketika masih kecil belajar mengaji karena surah-surahnya yang pendek lebih mudah dihafal dan dipahami. Belajar Juz Amma menjadi pengalaman yang menyenangkan dan bermanfaat ketika kami masih kecil dikampung mojomulyo kelurahan sragen kulon kecamatan sragen kota kabupaten sragen. Yang saya ingat waktu itu saya mengaji bersama Pak Kyai Sofyan Suri. Pak Sofyan menurut saya adalah sosok guru yang sangat baik dan juga sabar dan beliau selalu punya cerita unik dan seru untuk di ceritakan kepada saya dan teman-teman ketika mengajar mengaji.

Orang Jawa lebih mengenal “Turutan” daripada kitab “Baghdadiyah”, yang merupakan nama asli buku eja huruf Arab. Sebutan ngaji Turutan sudah dikenal dalam Serat Centhini dalam salah satu fragmen bercerita tentang kebiasaan orang Jawa sesudah matahari terbenam.

Secara bahasa, Turutan berakar kata dari tutur-urutan yang dilafalkan menjadi Turutan

Pertama, disebut tutur karena titik tekan belajar aksara Arab dengan metode Baghdadiyah ialah benar membunyikan dan melafalkan huruf: bukan sekedar tahu bacaan huruf. Di samping itu disebut tutur sebab “bacaan murid” harus sama dengan contoh “bacaan guru”, sebab metode ini menjadi inti talaqqi (ketemunya murid dengan guru). Bisa saja murid tahu bacaan huruf, tapi jika belum sama dengan cara baca gurunya, sang murid belum dianggap lulus.

Kedua, disebut urutan karena materinya tersistematisasi dari mulai huruf per huruf, vokal per vokal, dan seterusnya. Murid dituntut benar melalui tahapan-tahapan belajar dan tidak boleh loncat sekalipun sudah kenal bacaan huruf. Bisa juga urutan dipahami dengan membaca berurutan: Diawali guru kemudian ditirukan murid. Guru tidak hanya menyimak tetapi memberi contoh bacaan yang pas. Cara ini bukan mengurangi aspek keaktifan murid. Justru dengan membaca berurutan dari guru dilanjutkan murid ada hubungan aktif antar keduanya. Bahkan seorang guru ngaji dituntut hadir secara fisik dan spiritnya.

Tidak Shalat Jum’at Karena Hujan; Apa Hukumnya?

Dijelaskan dalam Centhini, bahwa anak-anak setelah salat Maghrib tidak langsung pulang ke rumah, tetapi masih tetap di langgar (mushala). Mereka ada yang langsung membaca Al-Fatihah “al-ḫamdu lillâhi rabbil-‘âlamîn”. Ada yang membaca “Qul ya ayyuhal Kafirun” dan ada yang belajar mengeja: “Alif Jabar a, jere u, bese i..”. Sejak Islam masuk Nusantara sudah dikenalkan metode mengaji Turutan atau Baghdadiyah.

Beda dengan metode ngaji yang diterapkan sekarang

Beda dengan metode ngaji yang diterapkan sekarang: secara prinsip, cara ngaji Turutan ini memiliki pengaruh besar bagi masyarakat non Arab seperti orang Jawa, sehingga mereka dapat mengeja Al-Qur’an seperti cara eja bangsa Arab yang pertama kali diturunkan Al-Qur’an. Bagi orang Jawa tidak mudah untuk dapat melafalkan huruf-huruf seperti: dza’, dha’, ‘ain, ghain, fa’, dll. Mereka tidak mudah memainkan dan menggetarkan lidah di rongga mulut. Karena ibarat senjata, lidah itu harus lurus dan dirahasiakan dalam wadahnya. Makanya zda’ dibaca Lo (zduhur jadi luhur); ‘ain dibaca nga (alam jadi ngalam), fa’ jadi pa’ (Fatihah jadi patikah), dll.

Berkat belajar Turutan mereka dapat mengeja huruf-huruf Al-Qur’an sesuai kaidah yang ditentukan. Sekalipun dalam percakapan keseharian mereka tetap konsisten dengan cara dan gaya aslinya. Alasan mereka, “turutan itu bisa juga berarti mengikuti alur/jalan (nutur-ratan). Dengan kata lain, harus pandai menyesuaikan situasi dan kondisi. Makanya wajar seorang santri Jawa yang hafizd Qur’an pun dalam komunikasi sehari-hari dengan seorang haji, dia tetap memanggil Pak Kaji bukan Pak Haji.

(Dikutip dari berbagai sumber : Budi S)

 

Amalan Sunnah Harian Sesuai Dalil Dari Al-Qur’an dan Hadist


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement