Opinion
Beranda » Berita » Waktu dan Umur: Anugerah yang Menguji Amal

Waktu dan Umur: Anugerah yang Menguji Amal

Waktu dan Umur: Anugerah yang Menguji Amal

Waktu dan Umur: Anugerah yang Menguji Amal.

 

Dalam kehidupan manusia, waktu adalah modal paling berharga yang tak dapat dibeli kembali. Seiring waktu berjalan, umur bertambah, dan setiap hembusan nafas mendekatkan manusia kepada akhir perjalanannya: kematian dan perjumpaan dengan Rabb-nya. Namun, tidak semua pertambahan umur membawa kebaikan. Inilah yang diisyaratkan Rasulullah ﷺ dalam hadis yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhu:

> “Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling baik?”
Beliau menjawab: “Dia adalah orang yang bertambah umur, maka semakin bertambah baik amalannya.”
Lalu ditanya lagi: “Siapakah manusia yang paling buruk?”
Beliau menjawab: “Dia adalah orang yang bertambah umur, namun semakin bertambah buruk amalannya.” (HR. At-Tirmidzi, no. 2330)

Hadis ini mengandung pelajaran mendalam tentang makna umur, pertambahan usia, serta kaitannya dengan kualitas amal seseorang. Mari kita telaah nilai-nilai agung dari sabda Nabi ﷺ ini.

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

1. Umur: Nikmat atau Petaka?

Umur adalah karunia. Tapi karunia ini sekaligus ujian. Dalam Al-Qur’an, Allah menegaskan:

> “Bukankah Kami telah memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berpikir bagi orang yang mau berpikir, dan (bukankah) telah datang kepadamu pemberi peringatan?”
(QS. Fathir: 37)

Artinya, umur panjang bukan semata keberuntungan. Ia bisa menjadi alasan seseorang diazab jika tidak digunakan untuk mendekat kepada Allah. Setiap detik yang dilalui menjadi saksi: apakah ia diisi dengan amal shalih atau justru dihabiskan untuk lalai dan maksiat?

2. Standar Kebaikan Menurut Nabi ﷺ

Sering kali, standar manusia dalam menilai ‘orang baik’ adalah seberapa kaya dia, seberapa tinggi jabatannya, atau seberapa terkenal namanya. Tapi Rasulullah ﷺ menjungkirbalikkan semua itu. Orang terbaik menurut beliau adalah:

> “Orang yang bertambah umur, dan semakin bertambah baik amalannya.”

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Bertambah baik amalnya, bukan hartanya. Bertambah baik akhlaknya, bukan popularitasnya. Bertambah dekat kepada Allah, bukan kepada dunia.

Inilah indikator yang benar menurut Islam. Jika umur bertambah tetapi tak ada peningkatan dalam ibadah, akhlak, atau kontribusi terhadap kebaikan umat, maka itu adalah tanda bahaya.

3. Umur Panjang yang Diberkahi

Dalam hadis lain, Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Sebaik-baik manusia adalah yang panjang umurnya dan baik amalannya.”
(HR. Ahmad, no. 23391)

Betapa indahnya jika usia yang panjang digunakan untuk terus belajar ilmu agama, memperbaiki diri, membina keluarga dalam iman, dan menebar manfaat. Seperti pohon yang makin tua makin lebat buahnya, begitu juga seharusnya seorang Muslim — makin tua makin bijak, makin shalih, makin bermanfaat.

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

Sebaliknya, umur yang panjang tapi penuh kemaksiatan adalah musibah. Karena makin banyak waktu yang dihabiskan untuk mendurhakai Allah, dan makin berat hisabnya kelak di akhirat.

4. Merenungi Diri: Apakah Aku Semakin Baik?

Setiap kali bertambah usia — baik di ulang tahun, atau saat menyaksikan uban tumbuh dan tenaga berkurang — seharusnya kita bertanya dalam-dalam:

“Apakah aku makin baik di sisi Allah? Ataukah makin jauh dari-Nya?”

Jangan sampai umur bertambah, tapi hati makin keras. Ilmu makin banyak, tapi amal tetap sedikit. Harta makin bertambah, tapi zakat dan sedekah tetap tak tergerak. Pengalaman hidup bertambah, tapi akhlak dan kesabaran tak kunjung dewasa.

5. Bahaya Umur Tanpa Amal

Rasulullah ﷺ menyebutkan bahwa orang paling buruk adalah:

> “Dia yang bertambah umur, namun semakin bertambah buruk amalannya.”

Ini adalah gambaran kehinaan spiritual. Umur yang seharusnya menjadi kesempatan emas untuk bertaubat, justru digunakan untuk semakin tenggelam dalam dosa. Ini bisa karena kerasnya hati, atau karena kesombongan yang tak kunjung surut.

Bahkan Allah menyebut dalam Al-Qur’an bahwa salah satu penyebab kebinasaan kaum terdahulu adalah karena mereka hidup panjang tapi tidak mengambil pelajaran:

> “Kemudian Kami bangkitkan generasi setelah mereka, dan Kami panjangkan umur mereka. Namun hati mereka tetap keras, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.”
(QS. Al-Hadid: 16-17)

6. Refleksi untuk Penyuluh, Dai, dan Orang Tua

Bagi para dai, guru, dan orang tua, hadis ini adalah pengingat besar: tugas kita bukan hanya menambah usia umat, tapi juga membimbing agar setiap usia membawa perbaikan amal. Seiring bertambahnya umur anak-anak, jamaah, atau binaan kita — kita wajib memastikan ada peningkatan akhlak, ibadah, dan keimanan mereka.

Begitu pula untuk diri pribadi: jangan terlena dengan panjangnya umur. Lihatlah apakah amal kita semakin baik atau sebaliknya?

7. Meraih Umur Barakah

Apa rahasianya agar umur kita membawa berkah dan tidak sia-sia?

Taubat yang tulus: Kunci untuk memperbaiki masa lalu.
Menuntut ilmu: Agar hidup lebih terarah dan amal lebih benar.
Bersahabat dengan orang shalih: Lingkungan yang baik memudahkan kita memperbaiki diri.
Istiqamah dalam ibadah: Shalat, puasa sunnah, membaca Al-Qur’an, dan dzikir.
Menjaga waktu dari hal yang sia-sia: Karena waktu adalah nyawa yang berjalan.

Penutup: Jangan Terlena Umur, Fokus pada Amal

Umur bukan jaminan kemuliaan. Banyak orang yang wafat muda tapi menjadi penghuni surga karena amalnya yang luar biasa. Dan banyak pula yang hidup panjang tapi jadi penghuni neraka karena tak pernah memperbaiki amalnya.

Hadis ini mengajak kita semua untuk merenung dan bertanya kepada diri sendiri:

“Apakah hari ini aku lebih baik dari kemarin?”

Jika ya, maka syukur dan teruskan. Jika belum, maka saatnya berbenah — sebelum datang masa di mana usia tak lagi bertambah.

📌 Renungan Hari Ini

“Bertambahnya umur tanpa bertambahnya amal, adalah bentuk kerugian yang nyata. Tapi bertambahnya umur yang disertai dengan perbaikan amal, itulah kemenangan sejati.”

Semoga kita termasuk dalam golongan manusia terbaik menurut Rasulullah ﷺ — yaitu mereka yang setiap pertambahan usianya diiringi dengan perbaikan amal dan kedekatan kepada Allah. Aamiin. (🖋️ Tengku Iskandar
Penyuluh Agama Islam | Aktivis Dakwah dan Pendidikan)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement