Mode & Gaya
Beranda » Berita » Menunda Kepuasan Demi Masa Depan Lebih Baik: Memahami Arti Delayed Gratification

Menunda Kepuasan Demi Masa Depan Lebih Baik: Memahami Arti Delayed Gratification

Delayed Gratification
Delayed Gratification

Apa Itu Delayed Gratification?

SURAU.CO – Delayed gratification berarti kemampuan untuk menahan diri dari godaan sesaat demi tujuan yang lebih besar di masa depan. Dengan kata lain, kamu memilih untuk tidak langsung menikmati sesuatu sekarang karena kamu tahu hasil yang lebih berharga menanti di kemudian hari.

Misalnya, kamu tidak membeli kopi mahal setiap hari karena ingin menabung untuk liburan impianmu. Atau kamu belajar keras sekarang agar bisa lulus dengan nilai terbaik dan mendapat beasiswa. Semua ini merupakan bentuk delayed gratification.

Kemampuan ini tidak hanya menunjukkan disiplin diri, tapi juga menjadi penanda penting dari self-control yang sehat. Para ahli menyebutkan bahwa orang yang mampu menunda kepuasan cenderung memiliki kehidupan yang lebih stabil secara emosional, finansial, dan sosial.

Lebih dari itu, delayed gratification menjadi fondasi untuk banyak kebiasaan baik lainnya—seperti konsistensi, ketekunan, dan kemampuan mengelola stres.

Contoh Delayed Gratification dalam Hidup Sehari-hari

Dalam kehidupan sehari-hari, kemampuan menunda kepuasan bisa muncul dalam berbagai bentuk sederhana. Misalnya, kamu sedang menjalani pola makan sehat. Lalu, saat berada di kantor, kamu melihat kue favorit buatan Izzy dari bagian akuntansi. Rasanya ingin langsung mengambil satu potong. Tapi kamu memilih mengunyah wortel atau buah sebagai gantinya. Tindakan kecil itu memperkuat komitmen terhadap tujuan kesehatan jangka panjangmu.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Contoh lain: kamu baru menerima gaji dan melihat promo besar-besaran untuk smartphone terbaru. Padahal, ponselmu masih sangat bisa dipakai. Kalau kamu tahan godaan dan memilih menyimpan uang itu, beberapa bulan kemudian kamu bisa menggunakannya untuk hal yang jauh lebih penting—seperti dana darurat atau liburan keluarga.

Dalam konteks relasi, kamu mungkin ingin langsung membalas pesan dengan nada emosi saat kesal. Tapi kamu menahan diri, menenangkan pikiran, dan memilih merespons dengan cara yang membangun. Itu juga bentuk dari delayed gratification—menunda keinginan impulsif demi hasil relasi yang lebih sehat.

Semua pilihan ini tidak mudah, tetapi membentuk kebiasaan seperti ini akan memperkuat karakter dan memberi hasil jangka panjang yang nyata.

 

Eksperimen Marshmallow dan Hasilnya

Pada 1970-an, Walter Mischel melakukan eksperimen klasik yang disebut Marshmallow Test. Anak-anak diberi pilihan: makan satu marshmallow sekarang atau menunggu beberapa menit untuk mendapat dua marshmallow.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Beberapa anak langsung memakan permen itu. Sebagian lain menahan diri. Bertahun-tahun kemudian, hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang mampu menunggu memiliki prestasi akademik lebih tinggi, lebih sedikit masalah perilaku, dan skor SAT lebih baik.

Ini membuktikan bahwa kontrol diri masa kecil berdampak besar pada masa depan.

 

Mengapa Menunggu Itu Sulit?

Secara biologis, otak manusia cenderung memilih imbalan cepat. Kita ingin sesuatu yang instan karena otak kita belum sepenuhnya berkembang dalam pengendalian impuls, terutama saat masih muda.

Psikologi evolusioner menjelaskan bahwa manusia prasejarah mengambil sumber daya saat tersedia. Mereka tidak bisa menunggu karena lingkungan tidak menjamin kelangsungan hidup.

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Secara kognitif, kita juga terjebak dalam temporal discounting dan present bias—dua jenis bias yang membuat imbalan jangka pendek terasa lebih berharga daripada imbalan masa depan.

Selain itu, kepercayaan pada masa depan juga berperan. Jika kamu tidak yakin akan hasil akhir, kamu cenderung memilih kepuasan sesaat.

 

Cara Melatih Kemampuan Menunda Kepuasan

Untungnya, kamu bisa meningkatkan kemampuan ini melalui latihan:

1. Gunakan Batas Waktu yang Jelas

Beri tahu dirimu kapan imbalan itu datang. Contohnya, “Aku bisa beli es krim nanti malam setelah lari 3 km.”

2. Buat Target yang Realistis

Jangan buat target yang terlalu keras. Alih-alih bilang “aku tidak akan makan permen selamanya,” lebih baik katakan “aku hanya makan permen di akhir pekan.”

3. Fokus pada Tujuan Jangka Panjang

Tulis impianmu dan tampilkan di tempat yang terlihat setiap hari. Visualisasi membantu memperkuat niat.

4. Rayakan Keberhasilan Kecil

Setiap kali kamu berhasil menunda keinginan impulsif, beri dirimu apresiasi. Perayaan kecil bisa meningkatkan motivasi.

5. Berlatih Secara Konsisten

Mulailah dari hal kecil, seperti menunda membuka notifikasi atau menghindari camilan malam. Lama-kelamaan, otakmu terbiasa dan kamu lebih tangguh secara mental.

 

Kesimpulan

Delayed gratification bukan hanya tentang menolak godaan kecil. Lebih dari itu, ia adalah dasar dari pengambilan keputusan yang sehat, pengendalian diri, dan kesuksesan jangka panjang. Kamu tidak perlu sempurna, yang penting kamu terus berlatih.

Setiap kali kamu berhasil menahan diri, kamu sedang memperkuat masa depanmu. Jadi, mulailah dari sekarang—satu keputusan kecil bisa menciptakan hasil besar. (AE).

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement