Beranda » Berita » Mengapa Doa Tak Terkabul? Waspadai Sikap Tergesa-Gesa | Tata Cara Sujud Sahwi Dalam Syariat

Mengapa Doa Tak Terkabul? Waspadai Sikap Tergesa-Gesa | Tata Cara Sujud Sahwi Dalam Syariat

Doa - Sujud
Doa - Sujud

Mengapa Doa Tak Terkabul? Waspadai Sikap Tergesa-Gesa.

 

Doa adalah senjata terkuat seorang mukmin. Ia bukan sekadar permintaan, tetapi bentuk penghambaan, keyakinan, dan ketundukan kepada Allah ﷻ. Dalam doa, kita meletakkan segala harapan dan keluh kesah kita hanya kepada Dzat yang Maha Mendengar dan Maha Kuasa. Namun, tidak jarang muncul pertanyaan di hati: “Mengapa doa saya tak juga dikabulkan?”

Pertanyaan ini wajar muncul, terutama saat seseorang merasa sudah bersungguh-sungguh berdoa, namun keadaan belum berubah, dan harapan belum menjadi kenyataan. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim no. 2735, Rasulullah ﷺ memberikan penjelasan yang sangat dalam dan menyentuh tentang sebab doa tidak dikabulkan:

“Doa hamba akan terkabul selama tidak berdoa untuk kemaksiatan atau untuk memutus silaturahim, dan selama ia tidak tergesa-gesa.”
Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, seperti apakah bentuk ketergesaan tersebut?”
Beliau ﷺ menjawab: “Hamba tadi berkata: Aku telah berdoa, sungguh aku telah berdoa, tetapi Allah belum juga mengabulkan doa tersebut.”
Maka ia merasa jenuh dan letih, lalu meninggalkan doa.”

Perlindungan Dari Perkara: Doa yang Menguatkan Hati dan Menjernihkan Jiwa

📌 Pelajaran Penting dari Hadis Ini

1. Syarat Doa Dikabulkan

Nabi ﷺ menyebutkan bahwa selama seorang hamba tidak berdoa untuk maksiat, tidak memutus silaturahim, dan tidak tergesa-gesa, maka doanya pasti dikabulkan.

Artinya, Allah pasti menjawab doa, hanya saja bentuk jawaban-Nya bisa berbeda:

Dikabulkan langsung, Ditunda sampai waktu yang lebih baik, Dijadikan penghapus dosa, atau Diganti dengan yang lebih baik di akhirat.

Sunyi kepada Keluarga, Riuh kepada Dunia: Sebuah Renungan tentang Doa yang Tak Pernah Putus

2. Larangan Tergesa-Gesa dalam Berdoa

Sikap tergesa-gesa adalah penyakit hati yang dapat merusak hubungan seorang hamba dengan Rabb-nya. Dalam hadis tersebut, bentuk ketergesaan itu ditunjukkan dengan kejenuhan dalam berdoa dan akhirnya meninggalkannya karena merasa tidak ada hasil.

Ini adalah bentuk kurangnya adab dalam berdoa, dan menunjukkan bahwa hati belum sepenuhnya tawakal dan yakin kepada Allah ﷻ.

🔎 Mengapa Allah Menunda Jawaban Doa?

Allah Maha Bijaksana. Dia tahu apa yang terbaik bagi hamba-Nya, bahkan lebih dari hamba itu sendiri. Berikut beberapa alasan Allah menunda atau tidak mengabulkan doa secara langsung:

Menolak Sistem Kufur: Doa, Loyalitas, Dan Perjuangan Umat

a. Waktu Belum Tepat

Apa yang kita minta mungkin baik, tetapi belum waktunya untuk kita miliki. Allah ingin kita siap secara mental, fisik, atau kondisi lainnya.

b. Bentuk Ujian dan Pendidikan

Allah ingin melihat kesabaran dan keistiqamahan kita. Apakah kita hanya berdoa saat butuh, atau tetap teguh dalam ibadah meski doa belum terkabul?

c. Mengangkat Derajat

Dengan terus berdoa dalam kondisi sulit, seorang hamba akan naik derajatnya di sisi Allah karena kesabaran dan pengharapannya yang tinggi.

d. Dijauhkan dari Bahaya

Bisa jadi, Allah tidak mengabulkan doa tertentu karena jika dikabulkan, justru akan membawa mudarat bagi kehidupan kita.

✨ Bagaimana Seharusnya Kita Bersikap?

1. Yakin Allah Maha Mendengar

Kita harus yakin bahwa setiap doa didengar dan diperhatikan oleh Allah. Jangan pernah merasa sia-sia. Allah tidak pernah mengabaikan hamba-Nya.

2. Jangan Pernah Berhenti Berdoa

Teruslah berdoa, walau bertahun-tahun. Lihatlah Nabi Zakariya yang terus berdoa minta anak sampai usia tua. Atau Nabi Ayub yang terus bersabar dalam kesakitan bertahun-tahun.

> “Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan.”
(QS. Ghafir: 60)

3. Perbaiki Adab dan Niat dalam Berdoa

Jangan berdoa untuk hal buruk atau permusuhan.

Berdoalah dengan kerendahan hati dan tunduk.

Jangan memaksa atau merasa berhak atas sesuatu.

Berdoa dengan penuh harap dan takut.

4. Sertai dengan Usaha dan Amal

Doa tanpa usaha adalah kelemahan. Maka iringi doa dengan amal shaleh, memperbaiki hubungan dengan Allah, menjaga silaturahim, dan menjauhi dosa.

📖 Kisah Nyata: Nabi dan Doa yang Tertunda

Nabi Nuh ‘alayhis salam berdakwah dan berdoa selama 950 tahun, namun hanya sedikit yang beriman.

Nabi Yusuf dipenjara bertahun-tahun, meski ia tidak bersalah. Namun Allah memberi jalan keluar dan mengangkat derajatnya.

Apakah mereka berhenti berdoa? Tidak. Mereka terus memohon dan bersabar hingga waktu terbaik dari Allah tiba.

📝 Penutup: Jangan Menyerah dalam Doa

Doa bukan hanya tentang hasil, tetapi juga proses penghambaan. Jangan jadikan doa sebagai alat transaksi semata, tapi jadikan ia sebagai bentuk cinta dan keterikatan hati dengan Allah.

Jika doa kita belum dikabulkan, mungkin Allah sedang mengajar kita arti sabar, ikhlas, dan tawakal. Maka jangan tergesa-gesa, jangan jenuh, jangan tinggalkan doa.

> “Barang siapa yang tidak berdoa kepada Allah, maka Allah akan murka kepadanya.”
(HR. Tirmidzi)

Tetaplah berdoa, karena yang sabar pasti akan sampai, dan yang bertahan dalam doa akan menuai keajaiban-Nya.

 


 

Tata Cara Sujud Sahwi Dalam Syariat.

 

📌 Makna “Syahwi” dalam Syari’at:

Syahwi (شَهْوِيّ) berarti:

> Bersifat nafsu (syahwat), berhubungan dengan dorongan biologis atau keinginan jasmani.

Biasanya digunakan dalam konteks:

1. Nafsu syahwat terhadap lawan jenis.

2. Dorongan jasmani seperti makan, minum, atau seks.

3. Dorongan hawa nafsu yang menurunkan derajat ruhani.

📚 Contoh Penggunaan Istilah “Syahwi” dalam Kitab-Kitab Islam:

1. Ibn Qayyim al-Jauziyyah dalam Rawḍat al-Muḥibbīn banyak membahas tentang nafsu syahwi dan dampaknya terhadap hati dan amal.

2. Dalam kitab Iḥyā’ ‘Ulūm al-Dīn oleh Imam al-Ghazali, dibahas bagaimana hawa nafsu syahwi dapat menjerumuskan manusia jika tidak dikendalikan.

3. Dalam fiqih, istilah ini sering muncul ketika membahas puasa, pernikahan, dan jihad melawan hawa nafsu.

⚖️ Konteks Hukum dalam Islam:

1. Syahwat yang halal: seperti hubungan suami-istri dalam pernikahan, disebut syahwat syar’iyyah – ini dibolehkan bahkan diberi pahala.

2. Syahwat yang haram: seperti zina, onani, atau melihat yang diharamkan – ini termasuk bagian dari syahwat syahwi yang dikecam dalam syari’at.

> QS. An-Nazi’at: 40-41
“Dan adapun orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya (syahwat), maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.”

💬 Istilah Terkait:

Syahwah (شهوة): Nafsu.

Syahwatiyyah: Hal-hal yang bersifat syahwat.

Hawa (هوى): Keinginan batin, sering dikaitkan dengan syahwat duniawi.

✍️ Kesimpulan:

“Syahwi” adalah istilah Arab yang berarti berkaitan dengan syahwat atau dorongan nafsu jasmani, baik dalam aspek makan, minum, maupun seksual. Dalam syari’at, ia memiliki konotasi negatif bila tidak dikendalikan, tetapi juga positif jika disalurkan dalam koridor syar’i, seperti melalui pernikahan. (Tengku Iskandar)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement