SURAU.CO-Konflik Palestina-Israel telah berlangsung lebih dari tujuh dekade. Banyak orang bertanya, “Mengapa Israel bersikeras merebut Palestina?” Pertanyaan ini tidak bisa dijawab dengan satu kalimat, sebab masalah ini berkaitan dengan sejarah, agama, kolonialisme, dan politik internasional.
Palestina merupakan wilayah strategis yang memiliki nilai penting secara religius dan geopolitik. Dalam artikel ini, kita akan mengupas tuntas faktor sejarah dan alasan utama di balik upaya Israel menguasai Palestina.
Palestina: Wilayah yang Disucikan Tiga Agama
Palestina terletak di Timur Tengah dan berbatasan dengan Yordania, Mesir, serta Laut Mediterania. Wilayah ini memiliki posisi penting karena dianggap suci oleh tiga agama besar: Islam, Kristen, dan Yahudi.
-
Umat Islam menjadikan Yerusalem sebagai kota suci ketiga dan lokasi Masjid Al-Aqsha. Di tempat ini, Nabi Muhammad SAW melakukan Isra’ Mi’raj.
-
Kristen meyakini Yerusalem sebagai tempat Yesus disalib dan dibangkitkan.
-
Kaum Yahudi mengklaim kota ini sebagai lokasi Bait Suci Nabi Sulaiman.
Karena alasan religius tersebut, banyak kelompok memperebutkan wilayah ini sepanjang sejarah.
Lahirnya Gerakan Zionisme
Pada akhir abad ke-19, orang Yahudi di Eropa mengalami diskriminasi. Sebagai tanggapan, muncul gerakan nasionalisme Yahudi yang disebut Zionisme. Tokohnya, Theodor Herzl, menyatakan bahwa bangsa Yahudi harus memiliki negara sendiri. Para pemimpin Zionis memilih Palestina sebagai tujuan utama karena alasan sejarah dan agama.
Zionis kemudian melakukan imigrasi besar-besaran ke Palestina. Mereka membeli tanah dari tuan tanah dan membentuk komunitas Yahudi modern. Imigrasi ini meningkat drastis setelah Inggris menerbitkan Deklarasi Balfour (1917), yang menyatakan dukungan terhadap pendirian tanah nasional Yahudi di Palestina.
Inggris, Mandat, dan Ketegangan yang Meningkat
Setelah Perang Dunia I, Inggris mengambil alih Palestina melalui mandat dari Liga Bangsa-Bangsa. Pemerintah Inggris membuka jalur bagi ribuan imigran Yahudi untuk masuk. Ketegangan pun meningkat antara penduduk Arab Palestina dan komunitas Yahudi.
Warga Palestina mulai kehilangan lahan, pekerjaan, dan posisi sosial. Ketika jumlah pemukim Yahudi bertambah, konflik terbuka pun tidak terhindarkan. Beberapa pemberontakan lokal terjadi karena warga Arab menolak dominasi Zionis di tanah mereka.
Deklarasi Israel dan Tragedi Nakba
Pada tahun 1947, PBB mengusulkan pembagian Palestina menjadi dua wilayah: satu untuk Arab dan satu untuk Yahudi. Zionis menyetujui rencana ini. Sebaliknya, pemimpin Arab Palestina dan negara-negara Arab menolaknya. Mereka menganggap pembagian itu tidak adil karena memberikan wilayah lebih luas kepada pendatang.
Pada 14 Mei 1948, Israel menyatakan kemerdekaan. Sehari kemudian, perang pecah antara Israel dan lima negara Arab. Dalam perang itu, pasukan Israel mengusir lebih dari 700.000 warga Palestina dari kampung halaman mereka. Peristiwa ini dikenal sebagai Nakba atau “malapetaka besar.”
Alasan Israel Merebut Palestina
Beberapa alasan utama di balik upaya Israel merebut wilayah Palestina meliputi:
-
Klaim historis dan keagamaan: Israel percaya bahwa tanah Palestina merupakan tanah leluhur bangsa Yahudi.
-
Keamanan wilayah: Pemerintah Israel merasa perlu menguasai wilayah strategis seperti Tepi Barat dan Dataran Tinggi Golan.
-
Kontrol demografi: Jika Palestina menjadi negara merdeka, maka jumlah warga Arab bisa melampaui jumlah Yahudi, dan ini dianggap mengancam identitas Israel sebagai negara Yahudi.
Selain itu, Israel juga membangun permukiman baru di Tepi Barat, meskipun komunitas internasional menolaknya. Permukiman ini semakin mempersempit wilayah Palestina dan menghambat pembentukan negara merdeka.
Perjuangan Palestina yang Terus Berlanjut
Meski terdesak, rakyat Palestina terus melawan melalui diplomasi, aksi damai, dan perlawanan sipil. Mereka menuntut kemerdekaan, keadilan, dan hak untuk kembali ke tanah asal mereka. Dunia internasional telah mengeluarkan banyak resolusi, tetapi belum ada tekanan nyata terhadap Israel agar menghentikan pendudukan.
Beberapa negara, termasuk Indonesia, mendukung kemerdekaan Palestina dan menolak hubungan diplomatik dengan Israel. Namun, tanpa tekanan global yang konsisten, situasi di lapangan sulit berubah.
Konflik Ini Soal Hak dan Penjajahan
Israel ingin merebut Palestina karena alasan ideologi, agama, dan kontrol wilayah. Sementara itu, rakyat Palestina hanya menginginkan hidup bebas di tanah mereka sendiri. Konflik ini tidak bisa dianggap hanya sebagai sengketa lahan, karena ia menyangkut hak hidup, identitas, dan perlawanan terhadap penjajahan modern.
Jika dunia ingin perdamaian, maka keadilan bagi Palestina harus menjadi syarat utama. Perdamaian tidak akan pernah hadir tanpa pengakuan atas hak rakyat yang tertindas.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
