Politik
Beranda » Berita » Anthony Giddens: Sang Penggagas Teori Strukturasi

Anthony Giddens: Sang Penggagas Teori Strukturasi

SURAU.CO – Bagi akademisi di bidang sosial-politik, siapa yang tidak mengenal Anthony Giddens, sang penggagas teori strukturasi. Giddens dikenal luas sebagai social scientist yang mewarnai trajektori pemikiran sosiologi masyarakat modern.

Awal Kehidupan dan Latar Akademik

Anthony Giddens lahir pada 18 Januari 1938 di London, Inggris. Ia menempuh pendidikan awalnya di University of Hull sebelum meraih gelar master di London School of Economics (LSE). Kemudian, ia menyelesaikan doktoralnya di King’s College, Cambridge. Karier akademiknya berkembang pesat sejak menjadi dosen di Cambridge, sampai ia menduduki posisi bergengsi sebagai Direktur LSE pada tahun 1997–2003.

Giddens tumbuh dalam masa ketika sosiologi sedang berkembang cukup pesat. Ilmu sosiologi kala itu tengah mencari bentuk baru setelah dominasi teori struktural fungsionalisme dan Marxisme ortodoks. Ia merasa bahwa pendekatan-pendekatan tersebut gagal menjelaskan dinamika subjektivitas manusia dalam struktur sosial yang kompleks. Dorongan ini yang kemudian melahirkan karya-karyanya yang orisinal dan memengaruhi banyak cabang ilmu sosial kontemporer.

Teori Strukturasi: Mengatasi Dikotomi Agen dan Struktur

Salah satu sumbangan terbesar Giddens adalah Teori Strukturasi (structuration theory) melalui buku The Constitution of Society (1984). Dalam pendahuluannya, Giddens memproblematisasi dua cara pandang ilmu sosial yang dikotomis. Satu sisi, Giddens tidak puas dengan pandangan yang dikemukakan oleh strukturalfungsional, yang menurutnya terjebak pada pandangan naturalistik. Di sisi lain, Giddens juga tidak sependapat dengan konstruksionisme-fenomenologis, yang baginya memiliki titik akhir pada imperalisme subjek.

Melalui teori ini, Giddens berupaya menjembatani jurang antara teori agensi (individu sebagai pelaku bebas) dan teori struktur (sistem sosial yang mengikat individu). Secara sederhana, Giddens menilai bahwa struktur sosial bukanlah entitas yang terpisah dari manusia, tetapi merupakan hasil reproduksi terus-menerus oleh tindakan manusia. Ia menyebutnya sebagai duality of structure—struktur membentuk tindakan, tetapi pada saat yangsama tindakan juga membentuk dan mengubah struktur. Konsep ini menjadi landasan penting dalam memahami hubungan dialektis antara individu dan masyarakat, dan berpengaruh luas dalam studi sosiologi, antropologi, hingga ilmu politik.

Begini Pengangkatan Raja, Amir, dan Khalifah dalam Islam

Menurut John Scott (2022), Giddens mengembangkan gagasan strukturasinya dengan mengambil inspirasi dari pemikiran mikrososiologis Erving Goffman, terutama terkait pengetahuan implisit dalam interaksi sosial melalui lensa frame analysis. Cara pandang Goffman ini lantas menjadi dasar bagi Giddens untuk mengembangkan pemahaman tentang integrasi sosial dalam ruang dan waktu.

Modernitas Refleksif dan Risiko Global

Giddens juga dikenal karena kontribusinya dalam memahami dunia modern. Dalam trilogi modernitasnya—The Consequences of Modernity (1990), Modernity and Self-Identity:Self and Society in the Late Modern Age (1991), dan Runaway World: How Globalization is Reshaping Our Lives (1999)—ia menggambarkan modernitas sebagai kondisi sosial yang terus berubah secara cepat, penuh ketidakpastian, dan menuntut manusia untuk merefleksikan identitas serta pilihan hidup mereka secara terus-menerus.

Ia menyebut situasi manusia di era modern sebagai modernitas refleksif. Pada konteks itu, institusi-institusi sosial tidak lagi dianggap tetap, melainkan dipertanyakan kembali (rethinking). Dalam dunia global yang semakin saling terhubung, Giddens juga mengangkat isu masyarakat risiko global (risk society), terutama dalam konteks perubahan iklim, bioteknologi, dan terorisme, yang menuntut respons politik dan sosial yang baru.

Antara Akademisi dan Politik

Yang menarik adalah Giddens bukan sekadar pemikir menara gading. Ia juga memiliki kedekatan dengan dunia politik, khususnya dengan Perdana Menteri Inggris Tony Blair. Giddens merupakan arsitek intelektual di balik konsep “The Third Way”, yang menjadi pijakan politik Partai Buruh Inggris pada akhir 1990-an. Konsep ini mencoba menyatukan efisiensi ekonomi ala neoliberalisme dengan keadilan sosial khas sosial-demokrasi.

Meski banyak pihak mengkritik pendekatan ini karena sifatnya yang kompromistis dan terlalu ramah pasar, The Third Way menunjukkan keberanian Giddens dalam membawa ide-ide sosiologi ke ranah kebijakan dan politik praktis.

Menemukan Kembali Ruh Kesalehan Santri di Era Politik Identitas

Kontribusi dan Refleksi Intelektual

Anthony Giddens telah menulis lebih dari 30 buku. Beberapa karya utamanya yang mencerminkan perkembangan pemikiran dan kontribusi intelektualnya. Di antaranya adalah Central Problems in Social Theory (1978), The Constitution of Society (1984), The Nation-State and Violence (1985), serta The Consequences of Modernity (1990). Dalam New Rules of Sociological Method (1993), ia menawarkan kritik terhadap pendekatan interpretatif dalam sosiologi. Sementara, dalam Politics, Sociology and Social Theory (1995), ia menunjukkan keterlibatannya dalam debat klasik dan kontemporer. Kemudian, buku Sociology (2006) menjadi salah satu teks pengantar sosiologi yang paling banyak digunakan di berbagai universitas dunia.

Melalui karya-karyanya, Giddens telah mengubah cara kita memahami hubungan antara individu dan struktur sosial. Selain itu, Giddens juga menempatkan sosiologi sebagai ilmu yang relevan untuk menjawab tantangan zaman modern. Dengan kata lain, Giddens adalah salah satu intelektual publik yang tidak hanya berjasa dalam pengembangan teori sosial, tetapi juga mampu menerjemahkannya ke dalam praktik dan kebijakan. Dengan kerangka strukturasi dan wawasannya tentang modernitas, ia membuka jalan baru dalam memahami dunia yang semakin kompleks.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement