Surau.co — Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kembali menghadapi tekanan berat dari rakyatnya sendiri. Ribuan warga Israel turun ke jalan menuntut pengunduran dirinya, setelah klaim kemenangannya atas Iran dianggap tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. Konflik yang baru saja terjadi justru menimbulkan kekhawatiran besar, bukan hanya soal keamanan regional, tapi juga tentang masa depan kepemimpinan Israel.
Operasi Serangan ke Iran dan Klaim Netanyahu
Konflik bermula saat Israel bersama sekutunya, Amerika Serikat, meluncurkan serangan udara terhadap fasilitas militer dan nuklir Iran selama hampir dua pekan. Netanyahu menyebut operasi tersebut sebagai kemenangan besar bagi Israel. Ia menyatakan bahwa serangan itu berhasil menghancurkan sebagian besar sistem pertahanan Iran dan menghentikan ambisi nuklir negara tersebut.
Namun, sejumlah lembaga intelijen dan pengamat militer meragukan keberhasilan tersebut. Mereka menyebut bahwa program nuklir Iran hanya tertunda beberapa bulan dan tidak benar-benar lumpuh. Artinya, ancaman terhadap Israel masih tetap ada dan belum terselesaikan secara tuntas.
Warga dan analis kemudian mempertanyakan klaim Netanyahu yang menyebut kemenangan telah diraih. Mereka menilai pernyataan itu terlalu tergesa dan tidak berdasarkan bukti kuat di lapangan.
Sorotan atas Kepemimpinan Netanyahu
Masalah ini semakin memperparah kondisi politik dalam negeri Israel. Sebelumnya, Netanyahu sudah menghadapi krisis kepercayaan setelah kegagalannya mencegah serangan besar Hamas pada Oktober 2023. Ribuan warga sipil menjadi korban karena kelalaian sistem pertahanan nasional. Sejak saat itu, tekanan terhadap Netanyahu terus meningkat.
Alih-alih memperbaiki situasi dalam negeri, Netanyahu justru memilih fokus ke luar negeri dengan menggencarkan operasi militer terhadap Iran. Banyak pihak melihat langkah ini sebagai upaya pengalihan isu dari krisis domestik yang belum terselesaikan. Ia dianggap lebih mementingkan citra politik dibanding menyelesaikan persoalan keamanan dan sosial di dalam negeri.
Gelombang Protes Meningkat
Dalam beberapa pekan terakhir, aksi demonstrasi terus berlangsung di berbagai kota besar seperti Tel Aviv, Yerusalem, hingga Haifa. Massa membawa spanduk bertuliskan “Netanyahu Gagal!”, “Waktunya Mundur!”, dan “Rakyat Butuh Pemimpin Baru!” Mereka menuntut agar Netanyahu segera meletakkan jabatannya dan memberi ruang bagi pemimpin baru yang lebih bertanggung jawab.
Demonstrasi ini tidak hanya dilakukan oleh aktivis sipil, tetapi juga diikuti oleh mantan pejabat militer, akademisi, dan sejumlah tokoh masyarakat. Mereka bersatu dalam satu suara: Netanyahu harus mundur demi masa depan Israel yang lebih baik.
Seorang peserta aksi di Tel Aviv, Leah Barak, menyebutkan bahwa rakyat Israel sudah muak dengan kebohongan dan janji kosong. “Kami lelah dijadikan alat politik. Kami butuh pemimpin yang jujur, bukan yang gemar membuat propaganda,” tegasnya kepada media lokal.
Oposisi Semakin Solid
Situasi ini memberi angin segar bagi partai oposisi. Pemimpin oposisi, Yair Lapid, mulai mendapat dukungan publik yang meningkat. Dalam pidatonya di depan parlemen, ia menyebut bahwa Netanyahu telah kehilangan arah dan gagal menjaga stabilitas nasional.
Lapid menegaskan bahwa konflik dengan Iran seharusnya menjadi momen refleksi, bukan ajang pencitraan. Ia juga menyampaikan pentingnya segera menggelar pemilu ulang agar rakyat bisa menentukan arah politik negara secara demokratis.
“Negara ini butuh pemimpin yang berpikir jernih, bukan yang menjadikan perang sebagai strategi politik,” ujarnya lantang di hadapan para pendukungnya.
Masa Depan Netanyahu di Ujung Tanduk
Popularitas Netanyahu terus menurun. Survei terbaru menunjukkan tingkat kepercayaan publik terhadap dirinya anjlok drastis dalam enam bulan terakhir. Meski ia masih memiliki pendukung dari kalangan sayap kanan dan kelompok nasionalis, tekanan dari masyarakat luas dan parlemen membuat posisinya semakin rapuh.
Jika Netanyahu tetap mempertahankan kekuasaan tanpa memberikan jawaban atas tuntutan rakyat, maka bukan tidak mungkin krisis politik yang lebih besar akan meletus. Israel membutuhkan stabilitas di tengah konflik regional yang masih terus membayangi.
Netanyahu kini berada di persimpangan jalan. Ia bisa memilih untuk mundur secara terhormat atau tetap bertahan dan berhadapan langsung dengan kekuatan rakyat yang semakin solid.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
